Migor Tetap Langka Harga Menggila

Minyak Goreng Mahal, Pedagang Gorengan di Dumai Terpaksa Naikkan Harga

Dampak mahalnya minyak goreng usai HET dicabut membuat pedagang gorengan di Dumai mulai menaikkan harga

Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM/DONNY KUSUMA PUTRA
Pedagang gorengan di Dumai mulai menaikkan harga sebab harga minyak goreng makin mahal. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, DUMAI - Dampak mahalnya minyak goreng usai HET dicabut membuat pedagang gorengan di Dumai mulai menaikkan harga.

Minyak goreng kemasan mulai di Dumai dijual dengan harga baru yang cukup mahal dibanding saat penerapan HET, yakni mulai dari Rp45 ribu hingga Rp50 ribu per 2 liter.

Ternyata mahalnya harga minyak goreng kemasan ini mulai berdampak terhadap para pedagang gorengan.

Hal tersebut terbukti, yang mana pedangang gorengan mulai menaikan harga hingga menyesuaikan volume.

Seperti yang dilakukan penjual jamur crispy di Dumai, Rizal. Ia harus menaikkan harga sebesar Rp2 ribu dari harga sebelumnya Rp10 ribu per bungkus jadi Rp 12 ribu.

"Terpaksa harus dinaikkan harganya. Minyak goreng mahal kali sekarang, Rp48 ribu yang kemasan. Jadi saya harus naikkan harganya Rp2 ribu. Sekarang harga sebungkus jamur crispy original itu Rp12 ribu per bungkus," sebutnya, Minggu (20/3/2022).

Ia menambahkan, untuk minyak goreng kemasan sekarang tidak sulit menemukannya di Dumai.

Di ritel modren seperti Alfamart dan Indomaret itu sudah ada, sejak HET dicabut.

"Gak sulit sih cari minyak goreng kemasan, tapi itu dia harganya mahal. Jadi ya mau tak mau harga dagangan, saya naikan agar ada untung," imbuhnya.

Rizal berharap harga minyak goreng bisa turun sebab, banyak pelangganya yang awalnya membeli dua bungkus, harus membeli satu bungkus akibat dinaikkan harga.

"Kalau tak dinaikkan saya rugi. Jadi wajib dinaikan, walaupun untungnya sikit, tapi ya tetap ada untungnya," sebutnya.

Hal sama juga dirasakan oleh Sukardi penjual gorengan, dari bakwan hingga pisang goreng.

Sukardi mengaku terdampak akibat harga minyak goreng mahal.

Dirinya terpaksa mengurangi jumlah, seperti bakwan yang awalnya Rp5 ribu dapat 5 saat ini hanya dapat 4 gorengan saja.

"Harus gitu, kalau gak, gak ada untung. Kami juga berupaya menggunakan minyak curah yang harganya masih terbilang sangat terjangkau dibanding harga yang kemasan," jelasnya.

Rizal berharap, pemerintah bisa mencari solusi permasalahan minyak goreng kemasan yang mahal, dan semoga bisa cepat diselesaikan.

( Tribunpekanbaru.com / Donny Kusuma Putra )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved