Sinopsis Film Yuni, Kisah Seorang Remaja Mencari Jati Dirinya, Sudah Bisa Ditonton di Disney+

TRIBUNPEKANBARU.COM - Berikut sinopsis Film Yuni yang bercerita tentang kisah remaja perempuan bernama Yuni yang sedang menghadapi masa remajanya.

Jangan lewatkan Film Yuni yang saat ini sudah bisa ditonton per hari ini di Disney+.

Film Yuni merupakan karya sutradara Kamila Andini.

Film Yuni dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris ternama seperti Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Asmara Abigail, Marissa Anita, dan Dimas Aditya.

Film Yuni pertama kali rilis di Kanada, 12 September 2021 dan baru secara resmi tayangi di Indonesia pada 9 Desember 2021.

Sejumlah penghargaan diterima oleh Film Yuni baik nasional maupun internasional.

Di antaranya, pemenang kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dan Platform Prize Festival Film Internasional Toronto 2021, Aktris Pilihan di Festival Film Tempo 2021, dan sejumlah kategori juga dimenangkan dalam Piala Maya 2022.

Sinopsis film Yuni

Seperti pada judulnya, film Yuni menceritakan kisah remaja perempuan bernama Yuni yang sedang menghadapi masa remajanya.

Latar belakang film Yuni diambil di daerah Cilegon, Banten. Dialog-dialognya pun secara konsisten menggunakan bahasa daerah Cilegon (campuran Sunda dan Jawa), dari awal hingga akhir.

Diceritakan bahwa Yuni sangat menyukai warna ungusehingga penonton akan disuguhkan warna serba ungu, seperti kamar Yuni, pakaian Yuni, hingga aksesoris yang digunakan Yuni.

Jalan cerita film Yuni berkisah tentang Yuni, seorang gadis cerdas yang duduk di bangku SMA.

Yuni memiliki mimpi untuk bisa berkuliah, tetapi ketika ia sedang menempuh semester akhir sekolah, justru ada dua pria yang melamarnya.

Mitosnya, apabila perempuan menolak lamaran sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan pernah menikah seumur hidupnya.

Penonton akan dibawa dengan pengalaman Yuni mencari jati dirinya sebagai seorang remaja. Bagaimana Yuni membuat pilihan, perasaan Yuni yang bergejolak antara mimpi dan realita, dikungkung mitos, dan sebagainya.

Dalam perjalanannya juga, film Yuni memberikan porsi yang pas untuk teman-teman di sekeliling Yuni yang juga memiliki permasalahan yang kemudian mememberikan sumbagsih terharap pola pikir Yuni.

Review film Yuni

Film Yuni berhasil mendobrak pembahasan tabu soal remaja di masyarakat Indonesia.

Khususnya perempuan. Remaja perempuan Indonesia seringkali dibekali dengan sejuta pesan soal menjaga diri, soal bagaimana masa depan mereka hanya terbatas untuk menjadi seorang istri.

Film Yuni, ingin membuka diskusi mengenai isu-isu sistemik yang dialami perempuan seperti pernikahan anak, kekerasan dalam rumah tangga, edukasi seksual, hingga masalah poligami.

Film Yuni tidak secara eksplisit menyebut dirinya sebagai film feminis, tapi justru memberikan gambaran kepada masyarakat Indonesia mengenai perjuangan perempuan Indonesia khususnya di daerah.

Bagaimana sejatinya sesama perempuan bisa bekerja sama untuk membangun kultur yang lebih setara dari berbagai sisi, bukan menonjolkan perempuan lain lebih baik dari perempuan lainnya.

Dalam memperingati Hari Kartini, film ini cocok untuk ditonton sebagai pengingat kembali kompleksnya permasalahan perempuan di Indonesia.

Walaupun film Yuni sudah tidak tayang lagi di bioskop, Anda sekarang bisa menikmatinya lewat streaming platform, Disney+.

Secara monumental, film Yuni dirilis di Disney+ Hotstar pada 21 April sebagai peringatan Hari Kartini.

Cara Langgangan Disney+ Hotstar

1. Unduh aplikasi Disney+ Hotstar di Google Play Store atau Apple App Store

2. Klik ikon tiga garis bertumpuk di pokok kiri, lalu pilih Log in

3. Masukkan nomor ponsel kemudian lakukan proses verifikasi

4. Jika belum memiliki akun, kamu bisa membuatnya terlebih dahulu dan isi data diri dengan lengkap

5. Kemudian kamu bisa berlangganan dengan membayar sejumlah uang mulai dari Rp39 per bulan hingga Rp 199 ribu per tahun

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id: https://jabar.tribunnews.com/2022/04/21/sinopsis-dan-review-film-yuni-sudah-bisa-ditonton-di-disney-peringati-hari-kartini?page=all.
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Tarsisius Sutomonaio