Polisi India Bongkar Rumah-rumah Warga Karena Mereka Beragama Islam
Warga Muslim di India mendapat hukuman dari pemerintah lantaran berani melawan kelompok ekstremis Hindu radikal yang memprovokasi Islam.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Guruh Budi Wibowo
Kelompok ekstremis Hindu yang bersenjatakan pedang menyerang warga Muslim yang bersenjatakan batu secara membabi buta.
Menteri Dalam Negeri Madhya Pradesh Narottam Mishra menggambarkan tindakan negara sebagai bentuk balas dendam, mengatakan kepada wartawan pada 11 April: "Dari rumah-rumah yang dilempari batu, kami akan mengubah rumah-rumah itu menjadi tumpukan batu."
Dia tidak memberikan bukti bahwa penduduk yang rumahnya dihancurkan telah dikaitkan dengan kekerasan.
Inilah harga yang harus dibayar ketika menjadi seorang Muslim di India.
Dr. Tameezuddin Shaikh sedang berada di rumah pada 11 April ketika dia menerima telepon dari seorang teman yang memberitahukan bahwa pihak berwenang sedang membuldoser toko obat putranya di lingkungan Talab Chowk yang mayoritas penduduknya Muslim di Khargone.
"Saya tercengang," kata Shaikh, yang mengatakan bahwa dia sering memberikan layanan gratis kepada keluarga miskin dan terpinggirkan.
“Ada jam malam yang diberlakukan di kota dan saya tidak diberi peringatan apapun tentang ilegalitas. Saya tinggal jauh dari toko medis saya, dan dengan jam malam yang diberlakukan, tidak mungkin kami bisa pergi dan menghentikan pembongkaran. "
Sekitar selusin toko di Talab Chowk dihancurkan oleh otoritas Khargone, menurut Shaikh.
Ayub Khan, seorang penduduk lingkungan Aurangpura Square, sekitar 2 kilometer dari Talab Chowk, kehilangan tujuh toko miliknya.
Khan mengatakan dia kehilangan puluhan ribu dolar akibat pembongkaran tersebut.
"Toko-toko yang dihancurkan telah berdiri di sana selama lebih dari 70 tahun dan kami tidak pernah menerima satu pun pemberitahuan (pemerintah)," katanya.
“Memang toko saya dihancurkan karena saya seorang Muslim yang menolak untuk tunduk di hadapan para pemimpin BJP. Cara pemerintah distrik menargetkan Muslim setelah kekerasan di Khargone, terbukti bahwa mereka membenci komunitas tertentu.” ujarnya.(Tribunpekanbaru.com).
