Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Subsidi Minyak Goreng Dicabut

Subsidi Minyak Goreng Curah Akan Dicabut, Dewan Riau Minta Jangan Sampai Masyarakat Menjerit Lagi

Anggota dewan Riau meminta jangan sampai masyarakat dibuat menjerit lagi akibat subsidi minyak goreng curah dicabut.

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
Warta Kota/Nur Ichsan
Anggota dewan Riau meminta jangan sampai masyarakat dibuat menjerit lagi akibat subsidi minyak goreng curah dicabut. Foto Ilustrasi minyak Goreng Curah. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Anggota dewan Riau meminta jangan sampai masyarakat dibuat menjerit lagi akibat subsidi minyak goreng curah dicabut. 

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan menghentikan subsidi minyak goreng curah mulai 31 Mei 2022.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau Yulisman berharap jangan sampai masyarakat menjerit lagi.

"Yang jelas kita berharap agar masyarakat tidak menjerit lagi, semuanya bisa distabilkan oleh pemerintah,"ujar Yulisman.

Karena bagaimanapun juga persoalan harga minyak goreng yang mahal sebelumnya banyak dikeluhkan masyarakat, terutama pelaku usaha kecil menengah.

"Kita juga yakin pemerintah sudah memiliki langkah dan memikirkan masyarakat untuk tidak terjadi gejolak nantinya, semuanya bisa stabil," ujar Yulisman.

Baca juga: BREAKING NEWS: Pedagang di Riau Khawatir Subsidi MInyak Goreng Curah Dicabut

Diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, langkah ini diambil menilik harga komoditas yang sudah turun dibanding beberapa bulan lalu.

Selain itu, pencabutan subsidi minyak goreng curah juga menyusul kebijakan baru dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), terkait kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO).

DMO merupakan batas wajib pasok yang mengharuskan produsen memenuhi stok dalam negeri sesuai ketentuan.

Sementara, DPO adalah harga penjualan dalam negeri sesuai ketentuan pemerintah.

Sebelumnya, Rasa pesimis dan tidak percaya dengan janji-janji manis pemerintah keluar dari mulut para pelaku usaha kecil menengah keripik ubi di Kecamatan Kulim Pekanbaru, mereka mengaku selama ini tidak pernah merasakan murahnya harga minyak goreng setelah ditutupnya keran ekspor CPO dan turunannya.

Bahkan mereka juga yakin, dengan kebijakan pemerintah yang baru dengan membuka keran ekspor CPO dan produk turunan sawit akan tetap menyusahkan mereka para pelaku usaha kecil itu.

Karena sejak kebijakan larangan ekspor sawit beberapa waktu lalu harga minyak goreng masih dibeli dengan harga mahal oleh para pengais rupiah dari minyak goreng panas itu.

Bahkan saat ini saja harga minyak goreng yang mereka beli jenis minyak goreng curah masih dikisaran Rp17 ribu hingga Rp18 ribu perliternya. Padahal pemerintah sudah membuat kebijakan dengan harga minyak curah hanya Rp14 ribu.

Harga minyak goreng ini bahkan pernah dibeli pelaku UKM ini dengan harga Rp26 ribu perkilonya, tentu kondisi ini sangat menyulitkan mereka yang bergantung dengan minyak goreng.

Beberapa pelaku UKM keripik ubi di Kulim ini sebelumnya bahkan sempat ada yang tutup, tidak menjalankan usahanya karena tidak terbeli minyak goreng.

"Sekarang ini harga masih mahal, karena satu derigen itu masih kami beli dengan harga sekitar Rp 17 ribu perliter, bahkan bisa lebih,"ujar Sutarto seorang pemilik usaha kerupuk ubi di Pekanbaru.

Sutarto yang juga penggagas usaha keripik ubi di Tenayanraya dan Kulim itu mengaku selalu menjadi korban akibat kebijakan pemerintah, mereka sebagai pelaku UKM tidak menjadi perhatian sepenuhnya pemerintah.

"Kalau kami ini kan selalu menjadi sasaran korbannya dari kebijakan, kami bahkan takut harga minyak bakal naik lagi dengan dibukanya keran ekspor CPO dan sawit,"ujar Sutarto.

Akibatnya memang diakui Sutarto, pelaku usaha keripik di daerah sejak beberapa waktu terakhir mengalami pendapatan anjlok, akibat harga minyak goreng yang tidak stabil itu.

"Penghasilan yang jelas menurun, setelah sebelumnya pada saat covid banyak usaha kami mengalami penurunan, sekarang dihadapkan dengan harga minyak yang mahal," ujarnya.

Sutarto tidak berharap bantuan dari pemerintah, karena selama ini ia mengaku sudah sering ditinjau pemerintah untuk diberikan bantuan, hanya saja tidak pernah sampai.

Namun yang diharapkannya bagaimana agar harga minyak goreng ini bisa tetap stabil dan berpihak kepada mereka, jangan ada permainan harga hingga ke tingkat bawah.

"Kalau memang harganya turun, jangan sampai ke tingkat masyarakat harganya tetap mahal, diaturlah tata niaga yang baik,"ujarnya.

Selain Sutarto, pengusaha keripik ubi lainnya Sumartini juga mengaku khawatir dengan kebijakan pemerintah menaikkan kembali harga sawit akan berdampak kepada harga minyak goreng.

"Kami takutnya harga minyak goreng melambung lagi, meskipun sekarang masih dianggap mahal, jadi mohon pemerintah perhatikan kami,"ujar Sumartini.

Karena selain harga minyak goreng yang tetap mahal, biaya produksi mereka juga meningkat karena harga ubi juga yang meningkat. (Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved