Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Rakyat Sri Lanka Rela Ngantre Panjang Demi Sepiring Makanan, 5 Juta Warga Kelaparan

Kondisinya cukup suram sehingga lebih dari lima juta orang Sri Lanka dilaporkan terpaksa melewatkan makan, menurut Program Pangan Dunia.

YouTube Aljazeera
Warga Sri Lanka mengantre untuk mendapatkan sembako murah 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka membuat rakyatnya menderita. Mereka harus masuk dalam antrean panjang untuk mendapatkan sepiring makanan.

Inflasi makanan yang merajalela dan kekurangan kronis gas untuk memasak dan bensin membuat kehidupan sehari-hari menjadi pertempuran bagi jutaan orang di tengah krisis ekonomi terburuk Sri Lanka sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Tanpa bahan bakar dan tanpa uang untuk makanan, HG Indrani dan keluarganya yang terdiri dari sembilan orang berjalan dengan susah payah selama satu jam ke dapur umum di Kolombo dengan harapan dapat menemukan makanan vegetarian sederhana.

“Tidak ada pemasukan,” kata Indrani, salah satu dari ratusan orang yang mengantri di siang hari di dapur darurat yang dikelola gereja. “Sebagian besar waktu tidak ada makanan. Kami telah banyak menderita.” katanya seperti dilasir dari Aljazeera.

Dua lusin sukarelawan menanak nasi, memotong bawang dan memarut kelapa. Mereka memasak dengan kayu di ruang di atap gereja di dekat gedung Parlemen Sri Lanka.

“Kebutuhannya sangat besar,” kata Akila Alles, chief operating officer Bethany Christian Life Centre, yang mendirikan dapur di 12 gerejanya dan menyajikan makanan kepada sekitar 1.500 orang setiap hari sejak Juni.

“Inflasi sangat tinggi, orang tidak mampu makan. Tanpa gas, orang tidak bisa memasak, dan tanpa transportasi, orang tidak bisa bekerja.”

Kondisinya cukup suram sehingga lebih dari lima juta orang Sri Lanka dilaporkan terpaksa melewatkan makan, menurut Program Pangan Dunia.

Protes anti-pemerintah berbulan-bulan yang memuncak bulan ini setelah ribuan orang menyerbu gedung-gedung pemerintah, menjatuhkan mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa, telah melintasi garis agama dan etnis di negara Samudra Hindia yang beragam itu.

Biarawati Katolik dan biksu Buddha telah menjadi pemandangan biasa di protes, dan masyarakat telah bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang berkembang.

Sumbangan datang dari Cina dan Vietnam, dengan seorang biksu Buddha memberikan sumbangan besar berupa beras di gereja.

“Kadang-kadang orang yang datang ke sini tidak punya apa-apa,” kata seorang juru masak sukarelawan, KD Irani, sambil mengaduk kuali dal, atau lentil.

“Saya berusia 66 tahun, tetapi saya belum pernah melihat krisis seperti ini dalam hidup saya. Kami melakukan ini untuk cinta rakyat.”

Kepala CIA Bill Burns pada Rabu (20/7/2022) mengatakan, penyebab bangkrutnya krisis Sri Lanka karena jebakan utang China.

Bill Burns pun memperingatkan negara lainnya untuk tidak melakukan hal yang sama dengan Sri Lanka.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved