Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Napi Geng Pemerkosa dan Anti-Islam di India Dapat Remisi, Para Korban Ketakutan

Mereka seharusnya dipenjara seumur hidup karena memperkosa wanita hamil dan membunuh anak korban yang masih balita.

Xinhua / Yan Yan
Perdana Menteri India Narendra Modi 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Geng anti-Islam dan pemerkosa di Gujarat, negara Bagian India dibebaskan pengadilan setelah menjalani 14 tahun hukuman penjara. 

Mereka seharusnya dipenjara seumur hidup karena memperkosa wanita hamil dan membunuh anak korban yang masih balita.

Namun, mereka dibebaskan dari penjara di kota Godhra Gujarat setelah pemerintah negara bagian menyetujui permohonan mereka untuk pengampunan hukuman.

Geng yang terdiri dari 11 orang tersebut melakukan aksi bejatnya pada kerusuhan Gujarat 2002. 

Kelompok ekstremis Hindu melakukan serangan kepada Muslim sebagai balasan atas kecelakaan kereta api yang menewaskan 59 peziarah Hindu dalam insiden kebakaran kereta api.

Belakangan, Mahkamah Agung India menyatakan insiden itu tidak ada kaitannya dengan Islam. 

Namun pernyataan itu terlambat, 2.000 Muslim telah menjadi korban pembantaian dan ratusan wanita Muslim diperkosa massal pada 3 Maret 2002, di daerah Limkheda, Dahod, Gujarat oleh kelompok Hindu radikal.

Salah satu korbannya bernama Bilkis Bano. Ia berusia 21 tahun dan hamil saat diperkosa 11 pria tersebut. 

Kelompok ekstremis Hindu pun membunuh putri Bilkis yang bernama Saleha yang masih berusia 3 tahun dengan cara membenturkan kepala balita itu ke tanah berulangkali.

Kerusuhan itu terjadi ketika para perusuh itu sedang membangn kuil di atas masjid yang baru saja mereka runtuhkan paksa.

Saat kerusuhan itu terjadi, Perdana Menteri India, Narendra Modi adalah kepala menteri negara bagian (gubernur) pada saat itu.

Namun ia hanya tutup mata saat pembantaian terjadi, bahkan ekstremis Hindu menargetkan pegiat HAM yang berjuang untuk keadilan para korban.

Bilkis selamat dengan berpura-pura mati selama pembantaian dan kemudian kehilangan kesadaran.

Dilansir dari Aljazeera, Birokrat senior Gujarat Raj Kumar mengatakan kepada surat kabar The Indian Express pada hari Senin bahwa permohonan remisi yang diajukan oleh 11 terpidana dianggap karena telah menjalani 14 tahun penjara.

Hukuman seumur hidup di India biasanya membawa hukuman penjara 14 tahun.

Mahkamah Agung India telah memerintahkan penyelidikan federal atas kasus tersebut oleh Biro Investigasi Pusat (CBI).

Pada tahun 2004, pengadilan tinggi memerintahkan agar persidangan dipindahkan dari Gujarat ke Maharashtra setelah Bilkis menuduh adanya ancaman pembunuhan dari terdakwa.

Sebuah pengadilan khusus Biro Investigasi Pusat memvonis 13 terdakwa pada tahun 2008, menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada 11 orang atas tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan beramai-ramai.

Setelah pertempuran selama 17 tahun, Mahkamah Agung pada tahun 2019 memberikan kompensasi kepada Bilkis sebesar lima juta rupee India atau 63.000 dolar AS.

BJP terlibat pembebasan geng pemerkosa

Pengacara yang berbasis di New Delhi Mehmood Pracha mengatakan kepada Al Jazeera bahwa itu adalah satu lagi bukti keterlibatan para terpidana dengan kepemimpinan politik Partai Bharatiya Janta (BJP) yang berkuasa.

“Mereka terlibat dalam pembantaian Gujarat terhadap komunitas Muslim. Dan sekarang mereka (pemerintah) menepati janji yang telah mereka buat kepada para penjahat, pelaku, dan kader mereka dalam kasus (kerusuhan Gujrat) bahwa mereka akan melindungi mereka dari semua tuntutan hukum dan itulah yang mereka lakukan sampai saat ini," katanya.

“Ini adalah pesan untuk semua yang mencari keadilan bahwa Anda harus memiliki dukungan hukum yang baik. Kecuali Anda memiliki tim hukum yang baik dan Anda bertekad untuk memperjuangkan hak-hak Anda, mendapatkan keadilan terutama di bawah rezim saat ini menjadi semakin sulit.”

Dalam sebuah pernyataan, Asosiasi Wanita Progresif Seluruh India (AIPWA) mengecam keputusan pemerintah Gujarat.

Dikatakan keputusan untuk membebaskan pemerkosa Bano membuat orang-orang tersebut dan pengikut mereka berani untuk bertindak atas ancaman mereka.

“Penghukuman pembunuh komunal dan pemerkosa bagaimanapun juga merupakan penyimpangan di India, bukan aturannya. Apakah remisi tersebut bermaksud untuk mengembalikan aturan impunitas bagi para pembunuh dan pemerkosa komunal?” kata pernyataan itu.

“Akankah Perdana Menteri Modi dan Menteri Dalam Negeri Amit Shah mengomentari keputusan ini? Apakah kita benar-benar percaya bahwa keputusan ini diambil tanpa restu dari dua pemimpin tertinggi BJP ini?” itu bertanya.

Dalam pernyataannya, AIPWA mengatakan keputusan untuk membebaskan 11 terpidana itu terjadi pada hari India merayakan 75 tahun kemerdekaan dari kekuasaan Inggris.

"Hari itu menjadi hari yang memalukan bagi setiap wanita India karena BJP yang berkuasa memilih untuk menjadikannya hari untuk membebaskan pemerkosa Bilkis," kata pernyataan itu.

“Hari ini, sudah menjadi hal biasa bagi supremasi Hindu untuk secara terbuka menyerukan genosida dan pemerkosaan terhadap Muslim tanpa konsekuensi apa pun.”(Tribunpekanbaru.com).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved