Berita Bengkalis
Kami Sudah Muak! Abrasi di Pulau Terluar Indonesia, Banyak Pejabat Datang Tapi Cuma Melihat Saja
Abrasi yang terjadi di Pulau Bengkalis, satu di antara pulau terluar Indonesia makin mengkhawatirkan
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: Nurul Qomariah
"Ditambah lagi tahun ini, sisa lahan yang tersisa akibat abrasi tahun lalu juga ikut rusak karena abrasi dan pergeseran tanah kemarin. Kembali kita gagal panen lagi tahun ini," tutur Supendi.
Menurut dia, selain lahan kebun mereka, jalan akses menuju kebun yang baru di base tahun ini juga terputus.
Mereka harus membuka jalan baru lagi untuk bisa sampai ke lahan yang tersisa.
Hal yang sama juga diungkap Suripno satu di antara anggota kelompok tani nenas yang memiliki lahan disekitar bibir pantai Desa Simpang Ayam ini.
Pengakunan pria paruh baya ini sudah sejak lama kehilangan lahannya yang terus terjun kelaut setiap tahunnya.
Tidak banyak yang bisa dibuatnya untuk mengatasi abrasi ini, dirinya hanya berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan pembangunan pengaman pantai di bibir pantai sekitaran kebunnya yang berada di Desa Simpang Ayam kecamatan Bengkalis.
Suripno bercerita di mana tanahnya bersama kelompok tani desa Simpang Ayam sebenarnya cukup luas dahulunya.
Bahkan diujung menjorok ke laut sana pada tahun 2003 lalu sama sekali belum terlihat laut.
Di sana masih tertutup hutan yang lebat sekitar 400 sampai 500 meter panjang hutan dari batas kebunnya sampai ke laut.
"Sekarang bisa dilihat sendiri itu sudah laut, tidak ada lagi hutan. Bahkan sudah tidak terhitung berapa banyak nenas saya dan kelompok terjun ke laut," terang Suripno.
Menurut dia, luas lahan kebun nenas miliknya bersama kelompok tani nenas ini dahulunya dengan bukaan lebar sekitar 400 meter dan panjang 4.500 meter, itu diluar hutan yang dulu ada.
"Sekarang hutan sudah tidak ada kebun yang hampir empat ratus meter lebarnya pun bisa dilihat paling ada sekitar dua ratusan saja lagi. Kalikan saja ke samping sana sudah berapa hektare habisnya," ceritanya.
Selain kebun nenas, dirinya dahulu sempat menanam ubi dan membuat kolam ikan dekat ujung sana.
Namun hanya hitungan tahun semuanya turun ke laut.
"Termasuk kolam saya, sempat saya lihat sendiri bagaimana kolam ini dikikis gelombang. Sampai mau nangis melihat kolam yang sudah dibuat beberapa tahun hancur begitu saja," ungkapnya.
