Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Nabi Adam Singkat dan Kisah Nabi Ilyas Singkat

Berikut kisah Nabi Adam singkat dan kisah Nabi Ilyas singkat dan kami akan mengawali menceritakan Kisah Nabi Adam

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
Ilustrasi
Kisah Nabi Adam Singkat dan Kisah Nabi Ilyas Singkat 

Adam bertanya mengenai umur Daud, dan Allah menjawab bahwa Dia memberikan 60 tahun padanya.

Nabi Adam lalu meminta Allah untuk menambahkan 40 tahun umur Daud yang dikurangi dari umurnya.

Temukan berbagai kisah para nabi lainnya yang tak terhitung jumlahnya pada buku karya Imam Ibu Katsir ini dengan judul Kisah Para Nabi yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.

Tubuh Nabi Adam

tinggi badan Nabi Adam AS sendiri sebetulnya telah diungkap oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya. Hadits berikut dikisahkan dari Abu Hurairah RA :

Artinya: Allah telah menciptakan Adam AS berdasarkan bentukNya, tingginya 60 hasta. Kemudian (Allah) berfirman, "Pergilah dan memberi salamlah kepada para malaikat itu, dan dengarkanlah mereka memberi hormat kepadamu. Itulah kehormatanmu dan keturunanmu.

Lalu, (Adam) mengucapkan, "Assalamualaikum," maka, (para malaikat) mengucapkan, "Assalamualaika wa rahmatullah," (para malaikat) menambahkan 'warrahmatullahi,'

Maka, setiap orang yang masuk surga serupa dengan Adam (dalam hal perawakan/postur dan gambaran), dan manusia itu senantiasa bertambah kecil sampai sekarang," (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Berdasarkan keterangan hadits di atas, tinggi Nabi Adam AS diketahui sebesar 60 hasta. Hasta sendiri merupakan satuan ukuran yang biasa digunakan oleh orang Arab.

Menurut buku Mukjizat Hadits Nabi yang ditulis Dana Nur, 60 hasta bila dikonversi ke dalam ukuran meter kurang lebih mencapai 27,4320 meter yang kemudian dibulatkan menjadi 30 meter. Hal ini juga senada dengan penemuan dalam jurnal Ha Mada Ha Yisraeil B'Angleet V'lvreet dari seorang pakar biologi Universitas Hebrew yang menyatakan tinggi rata-rata manusia zaman dahulu sekitar 90 kaki atau 27,43 m.

Penyusutan Tinggi Badan dari Masa ke Masa

Abdul Syukur Al Azizi dalam buku Hadits-hadits Sains menyatakan, tubuh manusia terus mengalami penyusutan secara berkelanjutan hingga saat ini. Rata-rata tinggi badan manusia pada masa Nabi Adam AS yang sebesar 30 m, sementara rata-rata tinggi manusia pada masa kini hanya berkisar 1,5-1,7 meter menurut Our World in Data.

Bila dihitung, tinggi manusia sudah mengalami penyusutan sebesar 3,77 mm per tahun sejak zaman Nabi Adam AS. Meski demikian, angka pasti penyusutan ukuran tubuh manusia tersebut masih berupa gambaran dasar.

"Satu hal yang pasti, tinggi manusia mengalami penyusutan. Tentunya, Allah SWT memiliki alasan terbaik terkait penyusutan tubuh manusia, karena rencanaNya selalu yang paling hebat," tulis Abdul Syukur Al Azizi.

Nabi Adam dan Siti Hawa Turun ke Bumi

Nabi Adam memiliki segalanya di surga. Adam bisa mengambil dan menikmati apa saja yang ada di dalamnya. Walaupun begitu Adam merasa kesepian. Kodratnya sebagai manusia yang butuh ada manusia lain muncul. Adam menginginkan teman untuk menemani hari-harinya.

Mengetahui Adam yang kesepian, Allah akhirnya menciptakan Hawa. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam ketika sedang tidur. Nabi sangat senang dengan kehadiran Hawa. Hasratnya sebagai manusia yang butuh pasangan jadi terjawab. Allah mengizinkan Adam dan Hawa untuk menikmati apa saja yang ada di dalam surga, terkecuali pohon Khuldi.

Allah berfirman, “Wahai Adam, tinggallah Engkau dan istrimu di surga ini. dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu mendekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Pohon khuldi adalah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat. Ada maksud tertentu dari larangan yang Allah berikan pada Adam dan Hawa. Mengetahui larangan Allah, setan memanfaatkan hal ini untuk menggoda keimanan Adam dan Hawa. Sesuai dengan tekadnya untuk menggoda manusia sepanjang masa.

Iblis kemudian berbisik pada Adam dan Hawa tentang keistimewaan pohon Khuldi. Kisah ini tertulis di Alquran surat Thaha ayat 120, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” demikian iblis membujuk mereka.

Khuldi merupakan nama pemberian iblis. Iblis menghasut Adam dan Hawa dengan mengatakan maksud Allah melarang mereka. Bahwa Allah disebutkan oleh iblis tidak mau membuat Adam dan Hawa kekal. Iblis dengan penuh semangat merayu mereka untuk memakan buah terlarang.

Adam dan Hawa yang dilengkapi dengan napsu sebagai manusia akhirnya tergoda. Rayuan iblis berhasil menggoyahkan keimanan mereka dan jadi tidak taat pada Allah. Ketika Adam dan Hawa memakan buah Khuldi sesuatu yang memalukan terjadi. Nabi Adam dan Hawa menyadari kalau tubuh mereka jadi telanjang.

Selain itu, Adam juga merasakan sakit perut yang hebat. Adam baru merasakan rasa ingin buang hajat, dan ia kebingungan. Surga adalah tempat suci, apa sepantasnya mengotorinya? Demikian yang ada dalam pikiran Adam. Allah kemudian menyindirnya atas keinginan tersebut. Sekaligus juga menyindir tentang ketidaktaatannya.

Surat Al A’raf ayat 22-23 menceritakan kejadian ini. Dalam surat ini Allah mengingatkan akan larangannya pada Adam. Juga mengingatkan Adam akan peringatan-Nya tentang kebusukan setan. Adam kemudian memohon ampun dan bertaubat pada Allah.

Diceritakan Hawa digoda iblis dalam wujudnya yang berupa ular. Namun, tidak dijelaskan siapa dahulu yang memakan buah terlarang itu. ada yang meyakini Khuldi adalah pohon apel yang diambil dari bumi. Karena itu Khuldi disebut memiliki sifat bumi atau tanah, yaitu sifat dasar tanah. Tanah disebut sebagai tempat yang pantas untuk membuang kotoran.

Buah Khuldi bisa membangkitkan hawa nafsu, dan membuat lupa diri. Allah melarang Adam memakan buahnya karena bisa membuat dirinya jadi kotor. Kotor dalam artian napsunya ternoda dan mempengaruhi sifat dasar manusia yang penuh dengan ketidakpuasan. Bisa dikatakan pohon Khuldi diciptakan sebagai cobaan bagi Adam dan Hawa. Ujian dari ketaatan seorang hamba pada penciptanya.

Namun terlepas dari itu semua, Allah memang menakdirkan manusia untuk turun ke bumi dan menjadi pemimpin di tempat itu. Manusia diciptakan bukan dengan maksud untuk pemimpin di surga. Meskipun Adam dan Hawa telah bertaubat, Allah tetap memberikan hukuman pada mereka dengan turun ke bumi.

“Turunlah kalian dari surga menuju bumi. Dan kalian akan menjadi musuh satu sama lain. kalian akan memiliki tempat tinggal di bumi sampai batas waktu tertentu.” Qs. Al A’raf 24-25

Nabi Adam dan Hawa tidak diturunkan pada tempat yang sama. Nabi Adam diturunkan di puncak bukit Sri Pada di daerah Srilanka. Sedangkan Hawa diturunkan di daerah Arab. Mereka berdua bingung dan sedih karena diturunkan terpisah. Namun, Adam dan Hawa yakin satu sama lainnya akan saling bertemu lagi.

Lalu setelah 40 hari mereka pun dipertemukan kembali oleh Allah di Jabal Rahmah. Nabi Adam dan Hawa memulai kehidupan baru sebagai manusia biasa. Diceritakan mereka diturunkan ke bumi dengan membawa dosa atas ketidaktaatannya di surga. Disebutkan pula Allah menghukum Adam akan bersusah payah untuk mencari nafkah.

Hawa dihukum akan merasakan sakit pada saat melahirkan anak-anak. Sedangkan ular yang menggoda mereka dihukum berjalan dengan perut selamanya di bumi. Dosa yang pada akhirnya menjadi takdir bagi manusia. Kaum laki-laki dengan kewajiban menafkahi, dan kaum wanita berkewajiban mengurus anak-anaknya.

Adam dan Hawa kemudian belajar bercocok tanam juga cara bertahan hidup di bumi. Mereka juga melahirkan anak-anaknya. Allah memperlihatkan kuasanya dengan memberi mereka anak sepasang-sepasang. Setiap Hawa mengandung pasti melahirkan anak kembar.

Peristiwa Nabi Adam dan Hawa yang melanggar perintah Allah membuktikan sesuatu. Bahwa tidak ada yang akan didapat dari ketidaktaatan pada Allah selain dari keburukan. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi kita umat manusia di seluruh muka bumi.

Sebagai Nabi dan manusia pertama yang diciptakan Allah, terdapat berbagai kisah dakwah yang dilakukan oleh Nabi Adam AS yang dapat kamu pelajari melalui buku Manusia & Nabi Pertama di Bumi: Nabi Adam AS.

Ajaran yang disampaikan Nabi Adam kepada keturunannya adalah ajaran Islam, namun baru dasar-dasar hingga kemudian dilanjutkan nabi-nabi hingga disempurnakan pada Nabi Muhammad sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 3.

Jadi, agama Nabi Adam adalah Islam.

Kisah Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di Bumi

Ada cerita menarik dari peristiwa turunnya Nabi Adam dan Hawa ke bumi. Diceritakan mereka turun ke bumi dengan memakai dedaunan untuk menutupi tubuhnya. Ketika berada di bumi dedaunan itu jadi kering dan kemudian rontok. Dipercaya segala wewangian yang tercium di Hindia berasal dari daun-daun tersebut.

Adam dan Hawa menjalani kehidupan sebagai manusia biasa setelah bertemu. Allah kemudian memberikan 8 pasang lembu, 2 pasang kambing, dan 2 pasang domba pada keduanya. Allah mengajarkan pada mereka untuk memerah susu hewan-hewan itu. Susu tersebut kemudian bisa mereka minum. Allah juga memberi perintah pada Adam untuk menggunakan bulu-bulu hewan itu sebagai pakaian.

Adam dan Hawa sadar kenikmatan dunia sudah tidak ada lagi, mereka pun menangis sedih. Dari air mata mereka, tumbuh lah kacang tanah dan kacang hijau. Adam lalu menyadari kesulitannya untuk mengetahui waktu-waktu beribadah. Ia lalu mengadu pada Allah tentang masalahnya ini.

Allah kemudian memberi seekor ayam putih sebesar unta dari surga. Ketika para malaikat di surga bertasbih, ayam putih itu ikut bertasbih (berkokok) di bumi. Berkat ayam putih itu Adam jadi mengetahui waktu-waktu beribadah di bumi.

Untuk melindungi mereka dari panas dan dingin, Adam lalu menebang pohon-pohon. Kayunya ia pakai untuk membangun rumah. Adam juga membuat sumur untuk mengambil air. Allah kemudian menurunkan 21 lampiran tentang hukum haram dan halal memakan daging binatang tertentu.

Kemudian diturunkan pula 29 huruf hijaiyyah, dan manusia tidak dapat mengurangi atau menambah hurufnya. Ketentuan Allah ini sangat jelas dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Adam lalu belajar huruf-huruf itu untuk bisa membaca lampiran yang diturunkan Allah.

Hawa kemudian merasakan proses mengandung. Ia terkejut ketika janin dalam perutnya bergerak-gerak. Hawa tidak yakin darimana tempatnya yang bergerak di perutnya itu akan keluar. Ketika waktu melahirkan tiba, Hawa merasakan proses sakitnya. Hawa melahirkan anak kembar, Habil dan Layutsa.

Waktu mengandung anak yang kedua pun tiba. Hawa melahirkan anak kembar Qabil dan Iqlima. Sepasang anak laki-laki dan perempuan selalu dilahirkan olehnya. Diceritakan Hawa melahirkan dan mengandung sejumlah 20 bilangan. Setiap melahirkan pasti sepasang, laki-laki dan perempuan.

Diceritakan juga anak yang dikandung hawa sebanyak 200 orang. Semua dilahirkan kembar kecuali Syits yang memiliki Nur Musthafa Shallalahu’alaihi wa sallam di keningnya. Dikisahkan juga anak cucu Nabi Adam bertambah terus hingga 40 ribu orang laki-laki dan perempuan.

Pada saat anak cucu Adam berkembang banyak terjadilah pertengkaran dan pertikaian. Maka Allah memberinya tongkat dari surga untuk mendidik mereka yang membangkang.

Kisah Habil dan Qabil

Anak kembar Nabi Adam yang pertama adalah Habil dan Layutsa. Sedangkan anak kembar kedua adalah Qabil dan Iqlima. Kembaran Habil diceritakan memiliki paras yang kurang menarik. Sedangkan Iqlima kembaran dari Qabil sangat cantik. Pada saat itu Adam diperintahkan oleh Allah untuk menikahkan anak-anaknya secara silang.

Jadi tidak boleh anak dari Adam menikah dengan kembarannya sendiri. ketika Adam hendak menikahkan Habil dengan Iqlimiya, Qabil mengajukan protes. Qabil merasa lebih berhak atas diri Iqlimiya karena dia adalah saudara kembarnya. Qabil tertarik pada kembarannya sendiri karena kecantikannya.

Allah kemudian memerintahkan Habil dan Qabil untuk berkurban melalui Nabi Adam. Kurban yang diterima Allah akan menentukan siapa yang berhak atas Iqlimiya. Qabil yang seorang petani dan sombong memilih seikat gandum yang jelek untuk berkurban. Sedangkan Qabil yang peternak mengurbankan kambing muda dan gemuk.

Setelah keduanya berkurban, Allah kemudian menurunkan cahaya putih dan mengangkat kambing dari Habil. Berarti Habil yang ikhlas berkurban berhak atas diri Iqlimiya. Qabil marah, dan tak ingin Habil menikahi kembarannya.

Setan memanfaatkan kemarahan Qabil dan membujuknya untuk memukul Habil. Qabil yang dikuasai amarah lalu memukul Habil. Habil tidak memberikan perlawanan karena tidak ingin menjadi masalah besar. Celakanya, pukulan Qabil membuat Habil terbunuh.

Qabil takut dan bingung, ia tidak tahu cara menyembunyikan Habil yang telah tak bernyawa. Qabil mencoba membuang Habil ke laut, tapi ombak selalu membawa kembali tubuh Habil ke tepi pantai. Akhirnya Qabil mohon ampun pada Allah dan menyesali perbuatannya.

Tiba-tiba Qabil melihat burung gagak di pohon. Satu burung gagaknya telah mati entah karena apa. Gagak yang masih hidup membawa gagak mati turun. Burung itu lalu mematuki tanah hingga berlubang dan mendorong gagak mati ke dalamnya. Qabil mengerti sekarang, ia pun meniru cara burung tersebut untuk mengubur Habil.

Cerita Habil dan Qabil ini merupakan pembunuhan pertama di bumi. Kisah Nabi Adam ternyata mengandung banyak nasehat untuk umat manusia. Tentang ketaatan dan ketergantungan manusia sebagai hamba kepada Allah. sekaligus juga tentang kebesaran Allah yang selalu memberi kemudahan manusia ketika meminta pertolongan. sumber data: Gramedia.com

Kisah Nabi Ilyas Singkat

Perjalanan Dakwah Nabi Ilyasa Terhadap Kaum Nabi Ismail

Kisah Nabi Ilyasa AS berkaitan langsung dengan perjalanan dakwah Nabi Ilyas As.

Nabi Illyasa adalah anak angkat Nabi Illyas.

Ia pun akhirnya melanjutkan Tongkat Mahar yang digunakan Nabi Ilyas terhadap kaumnya.

Ketika Nabi Ilyas AS masih muda, Nabi Ilyasa AS menderita penyakit yang agak serius.

Kemudian Nabi Ilyas AS datang ke kediamannya bersama keluarganya.

Berkat upaya pertolongan Nabi Ilyas , Nabi Ilyasa pun berhasil sembuh dari penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun.

Hubungan mereka tidak berhenti sampai di situ saja.

Nabi Ilyasa AS akhirnya diangkat menjadi anak oleh Nabi Ilyas As sebagai anak angkat, saat itu ia selalu menemani Nabi Ilyas dalam melaksanakan maharnya terhadap Bani Israil .

Setelah Nabi Ilyas wafat, Nabi Ilyasa pun mulai melanjutkan peran dari tongkat dakwah Nabi Ilyas AS yang dibuat oleh ayah angkatnya tersebut sejak lama.

Mulailah perjalanan kisah Nabi Ilyasa AS dengan mencari kemaslahatan umat Islam saat itu.

Awalnya, banyak kaum penduduk Bani Israil yang mulai berbuat maksiat lagi setelah wafatnya Nabi Ilyas As.

Mereka mulai melakukan lagi kejahatan-kejahatan dan ketidaktaatan yang sebelumnya telah dinasihati oleh Nabi Ilyas AS.

Meski telah diperingatkan oleh Nabi Ilyasa AS sebelumnya, tampaknya mereka tetap teguh dan mendukung tindakan buruk yang telah menjadi keyakinan masa lalu.

Sembari mengamalkan Dakwah, Nabi Ilyasah AS tak henti-hentinya mengajak umatnya untuk kembali beribadah hanya kepada Allah SWT.

Upayanya tersebut rupanya melibatkan berbagai petunjuk dan beberapa mukjizat yang telah Tuhan berikan.

Berkat salah satu usahanya yang pantang menyerah, maka upaya Nabi Ilyasa As akhirnya berhasil. Dalam Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Muslim, memiliki 25 nabi dan rasul yang harus dipercayai oleh umat Islam.

Salah satunya adalah Nabi Ilyasa AS, yakni Nabi ke-20 yang disebutkan dua kali kisahnya dalam satu surah Al-Qur’an seperti berikut ini:

Al-Quran Surah Al-An’am ayat 86 – 87

Artinya: “Dan Ismail, Ilyasa, Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat lain (pada masanya). Dan Kami lebihkan juga derajat dari sebahagian dari bapak- bapak mereka, keturunan dan saudara- saudara mereka. Dan kemudian Kami telah memilih mereka untuk kemudian menjadi nabi- nabi dan rasul- rasul, serta Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”

Terkait ayat di atas, Yunahar Ilya menyatakan bahwa dalam “ Kisah Nabi Ilyas AS” tersebut yang dikutip  Suara atau media Muhammadiyah  bahwa keempat nabi (Ismail, Ilyassa, Yunus, Ruth) dipilih oleh Allah SWT menjadi orang yang lebih dihargai dan tinggi derajatnya daripada orang- orang pada masanya. S

elain itu, Sang  Pencipta juga meninggikan derajat mereka dianatara bapaknya (dalam hal ini  Nabi Ibrahim yang meruapakn bapak dari Nabi Ismail dan sebagainya), keturunan mereka (Nabi Muhammad adalah keturunan Nabi Ismail), dan beberapa saudaranya (saudara Nabi Ismail) yang mengangkat derajat mereka di antara (Nabi  Ismail).

Selain Surah Al- An’am, nama Nabi Ilyasa AS  juga dapat ditemukan dalam ayat 48 Surah Shad seperti berikut ini:

Al-Qur’an Surah Shad ayat 48

Artinya: “Dan ingatlah bahwa Ismail, Ilyasa’ dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang- orang yang paling baik. Ini adalah bentuk kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang- orang yang bertakwa, maka akan benar- benar (disediakan) tempat kembali yang paling baik.”

Keteladanan Nabi Ilyasa Dalam Menegakkan Ajaran Islam

Berdasarkan surah Al-Quran di atas, berikut ini rangkuman detail setiap kisah Nabi Ilyasa AS yang dapat menjadi teladan dan mengandung nilai- nilai ajaran agama:

Kisah Nabi Ilyasa As dan Nabi Ilyas As

Nabi Ilyas AS adalah putra dari  salah satu anak kaum Bani Israil, yakni keturunan Yusuf bin Yakub Bin Ishakbin Ibrahim Alkalyr. Allah mengutus Nabi Ilyasa AS untuk mengambil alih Nabi Ilyas AS dan memimpin Bani Israil yang masih bersama orang tuanya dan masih mempercayai berhala. Nabi Ilyassa AS hidup di tengah umatnya dan mulai menyebarkan perintah Allah SWT di antara mereka.

Kisah Nabi Ilyasa AS  selalu erat kaitannya dengan Sang Guru sekaligus ayah angkatnya, Nabi Ilyas AS. Keduanya bertemu saat Nabi Ilyas AS melarikan diri dari  penduduk Balabak yang marah. Pada saat ini, Nabi Ilyas AS memberitahu orang- orang kaum Bani Israil dari Balabak tentang hukuman yang pernah dialami oleh orang- orang terdahulu.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat Balabak untuk meninggalkan berhala- berhala yang mereka sembah dan percayai, bertobat, dan kembali beribadah kepada Allah SWT. Nabi Illyas AS memperingatkan mereka bahwa berhala yang mereka sembah tidak akan membantu mereka atas hukuman AllahSWT yang nyata.

Pada akhirnya, himbauan Nabi Ilyas AS itu justru dianggap sebagai penghinaan terhadap tuhan mereka, sehingga orang- orang kaum Bani Israil tersebut marah dan mengusir Nabi Ilyas AS. Setelah pembangkangan itu, segeralah orang- orang kaum Bani Israil tersebut dihukum oleh Allah SWT  dengan kemarau panjang bagi mereka yang tidak mentaati nasihat Nabi Ilyas AS.

Mereka marah dan mencari Nabi Ilyas AS karena dicurigai sebagai penyebabnya. Akhirnya Nabi Ilyas AS berhasil lolos melarikan diri dari kemurkaan kaum Bani Israil. Pada saat itu, Nabi Ilyas AS bertemu dengan Nabi Ilyasa yang masih muda dan sedang dalam kondisi sangat sakit. Nabi Ilyas memohon kepada Allah SWT untuk mendoakan kesembuhan Nabi Ilyasa yang kritis, dan permintaan itu dikabulkan allah SWT.

Sejak saat itulah, Nabi Ilyasa muda mulai diangkat sebagai murid Nabi Ilyas AS untuk menyebarkan ajaran kebaikan dan ilmu agama islam bahkan banyak orang yang menganggapnya seperti anak Nabi Ilyas AS. Nabi Ilyasa AS menjadi sahabat dekat Nabi Ilyasa AS dalam khutbah dan sangat beriman kepada Allah SWT. Bahkan, menurut sebuah cerita, Nabi Ilyas AS memang benar- benar mengangkat Nabi Ilyassa sebagai anaknya.

Setelah wafatnya Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS terus menyebarluaskan ajaran Allah SWT dan mengajak penduduknya untuk berbuat kebaikan. Kisah itu diabadikan dalam Surah As Saffat ayat 123-132 ketika ia berhasil membuat orang- orang kaum Bani Israil beriman kepada Allah SWT seperti berikut ini:

Artinya: “Dan sesungguhnya Ilyas benar- benar masuk menjadi salah seorang rasul- rasul. (Ingatlah) bahwa ia berkata kepada kaumnya. ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah kamu menyembah Baal dan kamu tinggalkan sebaik- baik Pencipta,  yakni Allah SWT Tuhanmu dan Tuhan bapak- bapakmu yang terdahulu?” Maka mereka mendustakannya-, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). kecuali bagi hamba- hamba Allah SWT yang dibersihkan (dari dosa). Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang- orang yang datang kemudian, yakni “Kesejahteraan yang dilimpahkan atas Ilyas.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang telah berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba- hamba yang beriman.”

Berdasarkan surah di atas, Qatadah dan Muhammad Ibnu Ishak menyatakan bahwa Nabi  Ilyas adalah Idris. Ibnu Abu Hatim berkata, telah bercerita pada sang ayah Abu Na’im pada kaum Bani Israil dari Abu Ishaq, ibnu Rabi’ah, Abdulah Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa Ilyas adalah idris. Hal tersebut sama seperti yang diakatakan oleh Ad-Dahhak.

Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa dia adalah Ilyas ibn Nissi ibn Fanhas ibn Aizar ibn Harun ibn Imran. Allah SWT mengutusnya kepada  Bani Israil setelah Hizqil AS, dimana pada waktu itu, orang-orangnya menyembah berhala yang diberi nama Ba’i. Nabi Ilyas AS kemudian memanggil mereka untuk menyembah Tuhan dan mencegah mereka dari menyembah selain Allah SWt.

Pada awalnya raja mereka percaya, tetapi kemudian dia jatuh dan terus melakukan kesalahan dengan rakyatnya sampai tidak ada yang percaya lagi. Jadi Nabi Ilyas AS berdoa kepada Tuhan untuk memberi umatnya pelajaran, hingga Allah SWT menahan hujan untuk mereka selama tiga tahun. Akhirnya mereka meminta Nabi Ilyas untuk melenyapkan bencana itu dari mereka. Dan mereka berjanji kepadanya  jika dia berhasil,  mereka akan mempercayainya, yakni jika mereka kembali untuk menerima hujan.

Kemudian Nabi Ilyas berdoa kepada Allh SWT agar hujan turun, dan akhirnya pun hujan turun seperti biasanya. Tapi mereka tetap melakukan kesalahan dan masih menikmati ketidakpercayaan mereka. Kemudian Nabi Ilyas meminta kepada Allah untuk mengembalikan nyawanya kepadanya, lalu ditarik dari Ilyasa “Ibnu Actub” karena Allah memerintahkan  Ilyas untuk pergi ke suatu tempat.

Jika sesuatu  datang kepadanya, jangan takut dia harus naik. Seekor kuda dari api datang kepadanya tanpa ragu-ragu, dia menanggulanginya, dan Allah  memberi Nabi Ilyas gaun ringan dan memberinya sayap. Sejak itu, Ilyas terbang bersama para malaikat, terkadang di Bumi, untuk menjadi manusia penghuni surga. Jadi, menurut Wahab bin Munab berbicara tentang Ahli Kitab, hanya Allah yang mengetahui kebenaran kisahnya.

Kisah Nabi Ilyasa As dan Kaum Bani Israil

Tak lama setelah wafatnya Nabi Ilyas AS berdasarkan kisah sebelumnya di atas,  sebenarnya banyak dari orang- orang kaum Bani Israil yang sebelumnya meyakini ilmu agama kembali mengingkari keberadaan Allah SWT. Mereka berada di sumber daya alam yang  melimpah,  jauh dari  kekeringan. Akhirnya orang- orang kaum Bani Israil ini kembali ke penyembahan berhala di tanah Balabak.

Melanjutkan ajaran Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS kemudian segera memperingatkan orang- orang kaum Bani Israil dan mendesak mereka untuk kembali ke ajaran Allah SWT. Namun, ajakan itu tidak digubris dan malah menghina Nabi Ilyasa AS yang selalu sabar dan sabar mengajak Bani Israil untuk beriman  kepada Allah SWT.

Nabi Illyasa AS akhirnya meminta petunjuk dari Allah SWT dalam menghadapi orang- orang kaum Bani Israil yang berpaling dari Allah SWT. Akhirnya Allah SWT membalasnya dengan memberikan ujian kepada penduduk  negeri Balabak agar kembali dilanda  kekeringan. Meski begitu, mereka tidak ingin menyesali perbuatannya. Bencana kekeringan yang berkepanjangan telah menyebabkan orang menjadi lapar, haus, dan bahkan  lapar.

Mereka tidak cukup kuat untuk menahan rasa sakit, jadi mereka mati satu per satu. Bagaimanapun, tanah Balabak telah dihancurkan oleh kekeringan. Daerah itu hancur dan tidak bisa dihancurkan lagi. Yang ada hanya  Nabi Ilyasa AS dan para pengikutnya yang setia. Bersama para pengikutnya, Nabi Illyasa As akhirnya memutuskan untuk pergi hijrah atau berpindah tempat.

Kisah Nabi Ilyasa As Sebagai Pemimpin yang Bijaksana

Nabi Ilyassa AS juga menjadi raja dan pemimpin tertinggi pada masa pemerintahannya. Nabi Ilyassa AS mampu membangun masyarakat yang sejahtera dan sejahtera. Menurut beberapa hadis, ada banyak klaim bahwa Nabi Ilyasa AS adalah raja yang memberikan kerajaannya kepada Nabi Zulkifli AS.

Nabi Ilyassa AS dikatakan tidak memiliki keturunan, maka ia mewariskan kerajaannya kepada seseorang yang dapat memenuhi syarat tersebut. Adapun syarat- syarat yang harus dipenuhi, hal itu disampaikan melalui pengumuman  bahwa puasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tahta akan diberikan kepada mereka yang  tidak pernah marah.

Kisah Nabi Ilyasa As dan Teladannya

Selama perjalanan bersama orang- orang yang beriman, Nabi Ilyasa AS mengingatkan para pengikutnya untuk  beriman kepada Allah SWT setiap kali mereka berjalan di reruntuhan tanah Balabak. Hal itu menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT atas kehendaknya.

Salah satu hikmah yang bisa kita ambil dan tiru dari kisah Nabi Illyasa AS adalah jangan sampai kita meniru sifat sombong dan angkuh orang Balabak yang mengingkari nikmat Allah SWT. Setelah mendapatkan kembali kemakmuran, hujan, dan sumber daya alam yang telah lama hilang, mereka melupakan dan mengingkari keberadaan dan kebesaran Allah SWT.

Akhirnya, Allah SWT menawarkan dan memberi mereka pelajaran. Dengan kuasa-Nya, Allah SWT menghapus semua nikmat dan kebahagiaan hidup mereka, hanya menyisakan kesengsaraan  hingga akhir hayat.

Nilai dan teladan lain dari Nabi Ilyasa AS yang patut dipercaya dan diteladani adalah sikap pantang menyerah dan pantang menyerah. Nabi Ilyas AS sering berdakwah dan memaafkan Bani Israil yang menyakitinya. Ia juga memiliki misi untuk meneruskan dakwah bagi umat Nabi Ilyas AS dan beriman mengikuti Allah SWT selama sisa hidupnya. sumber data: Gramedia.com

( Tribunpekanbaru.com / Pitos Punjadi )

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved