Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Aphelion Fenomena Viral, Apa Itu Fenomena Aphelion, Ini Penjelasan BMKG

Aphelion adalah fenomena viral saat ini yang dikaitkan dengan cuaca dingin, lantas apa itu fenomena aphelion , berikut ini penjelasan BMKG

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
Twitter Lapan RI
Aphelion Fenomena Viral, Apa Itu Fenomena Aphelion, Ini Penjelasan BMKG 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Aphelion adalah fenomena viral saat ini yang dikaitkan dengan cuaca dingin, lantas apa itu fenomena aphelion , berikut ini penjelasan BMKG.

Penjelasan BMKG disampaikan usai terdapat informasi simpang siur mengenai keterkaitan cuaca dingin dengan fenomena viral Aphelion.

Aphelion adalah fenomena ketika matahari berada dalam posisi terjauh dari Bumi, namun BMKG menjelaskan bahwa fenomena viral itu tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.

Melalui akun Instagram resmi mereka, BMKG menjelaskan bahwa cuaca dingin yang dirasakan penduduk di sejumlah daerah memang umum terjadi pada puncak musim kemarau.

“Fenomena suhu udara dingin umumnya terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September) yang ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia,” demikian keterangan BMKG melalui Instagram-nya, Senin (10/7/2023).

“Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia mampu menggerakkan massa udara dari Australia menuju Indonesia sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.”

Selain itu, cuaca dingin di sebagian wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh berkurangnya awan dan hujan pada musim kemarau.

“Ditambah lagi, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa-Nusa Tenggara pada musim kemarau memengaruhi terjadinya suhu yang dingin di malam hari karena tidak ada uap air dan air yang mengakibatkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” kata BMKG.

“Hal tersebut yang kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.”

BMKG juga menyebut, cuaca dingin yang terjadi setiap tahun ini dapat menyebabkan wilayah pegunungan seperti Dataran Tinggi Dieng mengalami embun es (embun upas). Embun es kerap disalahkirakan sebagai salju oleh sebagian orang.

Kesimpulannya, menurut BMKG, fenomena Aphelion memang terjadi bertepatan dengan suhu dingin di beberapa wilayah Indonesia pada tahun ini. Namun, kedua fenomena tersebut tidak terkait.

( Tribunpekanbaru.com / Pitos Punjadi )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved