Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Benny Wenda Sebut Indonesia Panik karena Warga Dukung Keanggotaan Penuh MSG

Pentolan KKB Papua dan Ketua ULMWP, Benny Wenda menyebut Indonesia panik karena warga mendukung keanggotaan penuh Papua Barat di MSG

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
ulmwp.org
Benny Wenda Sebut Indonesia Panik karena Warga Dukung Keanggotaan Penuh MSG 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Pentolan KKB Papua dan Ketua ULMWP, Benny Wenda menyebut Indonesia panik karena warga mendukung keanggotaan penuh Papua Barat di MSG.

Dalam kecaman dan penjelasannya, Benny Wenda juga menyebut nama Wakil Presiden Indonesia pertama M Hatta .

Menurut Benny Wenda yang disampaikan melalui saluran ULMWP, menjelang KTT para pemimpin Melanesian Spearhead Group (MSG), Indonesia meningkatkan kampanye penindasannya terhadap orang Papua Barat yang secara damai menggalang keanggotaan penuh.

"Kehadiran militer dan polisi besar-besaran menyambut orang Papua yang keluar ke jalan-jalan di seluruh Papua Barat untuk menuntut keanggotaan penuh.

Di Sorong, tujuh orang ditangkap, bukan saat mengibarkan bendera dan meneriakkan Merdeka, tapi hanya karena memegang plakat buatan sendiri yang mendukung keanggotaan penuh," ungkap benny Wenda.

Benny Wenda melanjutkan, di Jayapura dan Wamena, pengunjuk rasa dikejar oleh aparat keamanan, dipukuli dan diseret ke dalam mobil polisi.

"Selama protes di Dogiyai, Yosia Keiya yang berusia 20 tahun dieksekusi mati oleh polisi Indonesia saat duduk dengan damai di pinggir jalan.

Saksi mata melaporkan melihat dua mobil polisi tiba di sekitar dan menembak Keiya tanpa provokasi," tuding Benny Wenda .

Benny Wenda menambahkan, tindakan keras ini menyusul penangkapan massal terhadap aktivis KNPB yang membagikan selebaran pendukung keanggotaan penuh pada 12 Juli lalu.

"Tapi Keiya dan mereka yang ditangkap hanyalah korban terbaru dari pendudukan pembunuhan di Indonesia – satu tetes saja dalam lautan kekerasan yang diderita orang Papua Barat sejak kami bangkit melawan pemerintahan kolonial pada tahun 2019," kata Benny Wenda .

Benny Wenda menjelaskan, Indonesia harus ingat bahwa kita sama-sama sudah menjadi anggota MSG, mereka sebagai Associate dan ULMWP sebagai observer.

Para pemimpin Melanesia harus bertanya pada diri sendiri:

apakah ini cara satu anggota Grup memperlakukan yang lain?

Apakah ini cara teman Melanesia memperlakukan orang Melanesia?

"Fakta bahwa mereka membawa bendera Indonesia ke Melanesia Arts Festival di Port Vila, tak lama setelah tentara mereka menembak mati Keiya, adalah sebuah penghinaan.

Mereka menari di atas kuburan kita. Kami berhak mengkampanyekan keanggotaan penuh berdasarkan etnisitas, budaya, dan tradisi bahasa Melanesia," papar Benny Wenda .

Benny Wenda menegaskan, dalam semua hal ini, Papua Barat tidak dapat disangkal adalah Melanesia – bukan Indonesia.

"Sementara Indonesia, memenangkan kemerdekaannya pada tahun 1945, kami merayakan kemerdekaan kami sendiri pada tanggal 1 Desember 1961.

Keterpisahan kami bahkan diakui oleh Wakil Presiden pertama Indonesia Mohammed Hatta , yang memperjuangkan penentuan nasib sendiri Papua barat atas dasar ini," tegas Benny Wenda .

Benny Wenda mengecam, lebih dari segalanya, tindakan keras ini menunjukkan betapa Papua Barat membutuhkan keanggotaan penuh MSG.

"Saat ini, kami tidak berdaya menghadapi pelanggaran brutal seperti itu; hanya sebagai anggota penuh kami dapat mewakili diri kami sendiri dan mengungkap kejahatan Indonesia.

Orang Papua Barat mengatakan kepada dunia bahwa mereka menginginkan keanggotaan penuh.

Dengan turun ke jalan dengan wajah dicat dengan warna semua bendera Melanesia, mereka berkata: kami ingin pulang ke rumah saudara-saudari Melanesia kami, kami ingin aman.

Sudah waktunya bagi para pemimpin Melanesia untuk mendengarkan," semangat Benny Wenda .

( Tribunpekanbaru.com / Pitos Punjadi )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved