Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Siak

BRGM dan Mitra Cek Kegiatan Resotarasi Gambut di Dayun Siak, Penghulu Kampung Akui Bermanfaat

BRGM bersama mitra melakukan tinjauan lapangan ke beberapa titik lokasi untuk melihat kegiatan restorasi gambut di Kampung Dayun Siak

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra
BRGM dan stakeholder mengecek keberfungsian sumur pantau di Kampung Dayun, Kecamatan Dayun, pada acara kunjungan kegiatan restorasi gambut HKG Sungai Kampar-Sungai Siak, Rabu (9/8/2023). Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra 

TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bersama mitra melakukan tinjauan lapangan ke beberapa titik lokasi untuk melihat kegiatan restorasi gambut, Rabu (9/8/2023).

Tinjauan ini untuk melihat perbaikan tata air yang dilakukan penanggung jawab usaha di KHG Sungai Siak – Sungai Kampar.

Kunjungan dilakukan di Kampung Dayun, Kabupaten Siak.

Kampung ini terdiri dari beberapa fungsi kawasan hutan berupa Hutan Produksi, Hutan Produksi Konversi, Taman Nasional dan APL.

Pada 2010-2016 sering terjadi kebakaran di KHG Sungai Siak-Sungai Kampar dan Dayun termasuk salah satu titik lokasi yang paling rawan.

Lokasi pertama yang dikunjungi di kampung Dayun adalah lokasi Alat Pemantau Tinggi Muka Air (APTMA) tahun 2019 dan sumur bor tahun 2017 yang dibangun oleh Pokmas Rimba Jaya sebanyak 50 unit.

APTMA dan sumur bor adalah bagian dari fasilitasi secara quick response penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

Sumur bor dibangun di lokasi rawan kebakaran, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk pembasahan lahan saat kekeringan maupun saat terjadi Karhutla.

Sedangkan APTMA dibagun berfungsi sebagai early warning system terjadinya Karhutla dengan menggunakan sensor TMA, sensor curah hujan, dan sensor kelembaban tanah yang masih berfungsi aktif hingga saat ini.

Sejak 2018, kegiatan restorasi gambut ini sangat signifikan menurunkan kasus Karhutla.

Lokasi kedua meninjau program Pengembangan Revitalisasi Ekonomi Masyarakat berupa budidaya sapi.

Budidaya sapi pertama kali diinisiasi pada 2017.

BRG memberikan bantuan 10 ekor sapi kepada kelompok masyarakat Dayun.

Pada 2019 diberikan pula bantuan berupa chopper dan pengolah kompos.

Pada tinjauan itu, pihak BRGM terharu melihat perkembangan yang awalnya 10 ekor kini menjadi 23 ekor.

Hebatnya, Pokmas budidaya sapinini telah melakukan perjanjian jual beli sapi dengan PT RAPP.

Kunjungan ketiga, rombongan memantau sekat kanal yang dibangun 2017 oleh Pokmas Gambut Mandiri.

Sedikitnya ada 20 unit beserta sumur pantau. Sumur pantau digunakan untuk memantau tinggi muka air (TMA) dari kegiatan restorasi gambut dan untuk kalibrasi terhadap APTMA 2019.

Sedangkan sekat kanal berfungsi mencegah lebih banyak air keluar dari gambut dan mempertahankan kondisi tergenang gambut yang esensial untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Penghulu Kampung Dayun, Nasya Nugrik pada kunjungan itu mengatakan sejak 2017 BRG melaksanakan kegiatan restorasi gambut di Dayun sangat dirasakan manfaatnya.

Dayun sebelumnya rawan Karhutla saat ini termasuk bebas Karhutla berkat berbagai kegiatan restorasi yang dilaksanakan.

“Dari tiga titik kunjungan kita di kampung ini, dapat kita lihat bersama betapa tingginya manfaatnya bagi masyarakat. Kebasahan gambut dapat dijaga pada saat tidak turun hujan selama sebulan setengah ini,” kata Nasya.

Nasya juga menyebut program BRGM di kampung itu mempunyai nilai plus yang sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat.

Kegiatan dimaksud adalah revitalisasi ekonomi berupa bantuan sapi dan lain-lain yang telah berjalan.

“Kami ingin progtam BRGM terus terlaksana di kampung kami di masa mendatang, sebab BRGM mempunyai program tambahan untuk revitalisasi ekonominya.

Ini yang membuat semangat masyarakat untuk memantau Karhutla, sebab ekonomi mereka tetap stabil meski harus melakukan patroli Karhutla,” katanya.

Kunjungan lapangan tersebut langsung dipimpin Kepala BRGM Ir Hartono, didampingi
Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRGM, Tris Raditian dan jajaran, dihadiri
Kasubdit Pengendalian Kerusakan Gambut KLHK Muhammad Asyakari dan jajaran, Nasya Nugrik bersama MPA dan masyarakat.

Di sela kunjungan itu, Tris Raditian menjelaskan, KHG Sungai Siak - Sungai Kampar dipilih karena memiliki atribut kegiatan restorasi gambut paling representatif di Provinsi Riau.

KHG ini juga menjadi KHG terbesar kedua di Riau.

Secara umum, intervensi restorasi gambut oleh BRG berlangsung 2017 - 2019.

Total, berupa 200 unit sumur bor, 180 unit sekat kanal, 15 hektar revegetasi dan 14 paket revitalisasi ekonomi masyarakat telah dilakukan di KHG Sungai Siak - Sungai Kampar.

Kegiatan restorasi ini telah memberikan dampak pembasahan seluas 7.999,57 Ha, ditandai dengan adanya peningkatan neraca air dan tetap positif selama 6 tahun terakhir.

“Kami sudah melihat kegiatan restorasi gambut di kampung Dayun ini, menunjukkan kegiatan tersebut sangat efektif dan efisien untuk menjaga kelembaban gambut,” kata Tris.

Tris menjelaskan, kegiatan yang dikunjungi ini adalah kegiatan yang dibangun pada 2017 -2019. Pada 2017 dibangun 60 titik sekat kanal di Dayun.

“Sampai sekarang alhamdulillah operasionalnya terus berjalan, dan pemeliharaannya juga. Bahkan ada sebagian sekat kanal yang tidak perlu dipelihara karena sudah terjadi suksesi alami,” katanya.

Menginat lebih kurang sebulan setengah hujan tidak turun, pihaknya mulai khawatir.

Hasil kunjungan tersebut dapat menjawab kekhawatirannya, bahwa sekat kanal yang berfungsi masih menyimpan air di bagian atas. Hal tersebut mampu menjaga kelembaban gambut.

Terkait APTMA, Tris menyebut pihaknya melakukan kalibrasi dengan yang manual. Bahkan dilengkapi dengan sumur pantau.

“Tadi saat kita lihat benar gak berfungsi, ternyata ukurannya 0,48 sudah lebih 40 cm sebenarnya makanya kami agak was-was, dan dilihat di titik lainnya berimbang, padahal jarak titik 11 Km,” katanya.

Tris juga menyebut masyarakat setempat sangat care terhadap semua kegiatan restorasi gambut BRGM di Dayun.

Masyarakat Peduli Api (MPA) setempat sangat aktif menjaga gambut dari Karhutla.

“Bahkan mereka harus memastikan puntung rokok orang memancing pun harus mati atau mengenai air,” katanya.

Sementara itu, Kasubdit Pengendalian Kerusakan Gambut KLHK, Muhammad Asyakari mengatakan kunjungan ini sangat konstruktif untuk restorasi gambut.

Kegiatan pengelolaan ekosistem gambut tidak ada aktor tunggal yang bisa bergerak sendiri.

“Dipastikan semuanya bekerja secara kolaboratif. Ini langkah awak kita bagaimana bekerja sama tidak hanya pada level kebijakan tetapi sampai kepada level implementasi di tingkat tapak,” katanya.

( Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved