Sebanyak 32 Persen Warga Perancis Tak Sanggup Makan Tiga Kali Sehari

TRIBUNPEKANBARU.COM - Perancis identik dengan negara yang dipenuhi oleh orang kaya dan modern. Namun ada sisi gelap yang memprihatinkan di balik glamornya negara itu. 

Lebih dari sepertiga orang yang tinggal di Perancis tidak mampu makan tiga kali sehari dan mengurangi kebutuhan makanan dan biaya pengobatan.

Fakta itu terungkap dari survei Ipsos terbaru yang diterbitkan Rabu (6/9/2023).

Survei Ipsos, yang dilakukan atas nama organisasi bantuan Secours Populaire (Bantuan Rakyat), mengatakan bahwa 32 persen masyarakat tidak selalu mampu membeli cukup makanan, atau makanan sehat, untuk makan tiga kali sehari.

Kebanyakan orang memilih untuk membatasi konsumsi daging mereka terlebih dahulu ketika kesulitan untuk membeli makanan, kata barometer kemiskinan, dengan 72 % mengatakan mereka berhenti makan daging setidaknya sesekali.

Ipsos mewawancarai 996 orang berusia 16 tahun ke atas melalui telepon untuk penelitian antara tanggal 17 dan 18 Juni.

Hampir setengahnya, yaitu 43 %, mengatakan mereka tidak mampu lagi makan buah dan sayur setiap hari.

Meningkatnya inflasi dan harga-harga yang tinggi telah membuat lebih banyak orang berada di bawah garis kemiskinan di Prancis, menurut survei tersebut.

Sebanyak 53 % mengatakan mereka tidak dapat lagi menyisihkan uangnya dan 18 % memiliki saldo negatif di rekening bank mereka, meningkat tiga poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya.

Sebanyak 45 % masyarakat Perancis yang disurvei mengatakan mereka tidak mampu membayar setidaknya sebagian biaya pengobatan mereka, meningkat enam poin persentase dibandingkan tahun lalu.

Daya beli dan harga yang tinggi terus mengkhawatirkan para politisi dan masyarakat di Prancis.

Menteri Perekonomian Bruno Le Maire telah berulang kali menuntut harga yang lebih rendah dari perusahaan makanan.

Setelah berkonsultasi dengan industri minggu lalu, Le Maire mengumumkan bahwa harga pangan untuk 5.000 produk akan diturunkan atau dibatasi.

Le Maire telah menargetkan perusahaan asing tertentu secara publik, namun menurutnya hal tersebut belum cukup untuk memastikan harga yang terjangkau.