Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Israel vs Hamas

Bank Sentral Akui Perang Gaza Hancurkan Ekonomi Israel

Kepala bank sentral Israel menyatakan bahwa perang di Gaza menyebabkan tekanan keuangan yang lebih besar dari perkiraan.

MICHAEL GILADI/FLASH90
Bank Sentral Akui Perang Gaza Hancurkan Ekonomi Israel 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kepala bank sentral Israel menyatakan bahwa perang di Gaza menyebabkan tekanan keuangan yang lebih besar dari perkiraan.

Bahkan dampak yang diakibatkan itu menjadi kejutan besar terhadap perekonomian.

Berbicara pada konferensi IMF di Washington, Gubernur Bank Sentral Israel Amir Yaron mengakui bahwa meskipun perekonomian Israel diduga tetap kuat dan stabil, perang tersebut tidak diragukan lagi akan menimbulkan dampak fiskal dan membebani anggaran.

Yaron menyebutkan bahwa pertumbuhan PDB Israel diperkirakan akan turun sekitar 1 persen pada tahun 2023 dan 2024.

Ia juga menyoroti perkiraan peningkatan rasio utang terhadap PDB, yang diproyeksikan melampaui 65 % pada akhir tahun 2024, berbeda dengan rasio sebelum perang yang hanya di bawah 60 %.

Pergeseran ini disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi melebihi proyeksi awal.

Yaron mengklarifikasi bahwa proyeksi ini dirumuskan dengan asumsi perang akan tetap terjadi di perbatasan selatan “Israel” dan berlanjut hingga akhir tahun ini.

“Perekonomian Israel telah mengetahui bagaimana berfungsi dan pulih dari masa-masa sulit di masa lalu dan kembali ke kemakmuran dengan cepat,” klaim Yaron.

“Saya yakin hal yang sama akan terjadi kali ini.”

Selasa lalu, Bloomberg mengatakan dalam sebuah laporan bahwa selama bulan Oktober, cadangan devisa "Israel" turun sebesar $7,3 miliar (3,7 %) menjadi total $191,2 miliar.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh upaya bank sentral rezim untuk mendukung syikal setelah dimulainya operasi perlawanan pada tanggal 7 Oktober.

Saham dan obligasi Israel mengalami penurunan yang signifikan karena para pedagang khawatir bahwa perang akan meluas ke wilayah tersebut.

Meskipun terjadi penurunan, para analis mengatakan cadangan devisa tetap lebih tinggi dibandingkan rata-rata dekade lalu.

Aset Israel, termasuk syikal, telah menunjukkan beberapa perbaikan di tengah pengumpulan bantuan global dan spekulasi bahwa perang di Gaza akan segera berakhir.

Namun berapa lama syikal tetap dalam performa yang baik masih menjadi perdebatan.

Sejak dimulainya operasi perlawanan, beberapa negara telah menyerukan boikot produk Israel dan mengusir utusan Israel.

Gerakan global untuk memboikot produk-produk Israel kemungkinan besar akan berdampak buruk pada perdagangan dan sentimen investor, yang akan berdampak pada kinerja ekonomi rezim tersebut.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved