Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Bayi Usia 12 Tahun yang Hilang Misterius di Cianjur Akhirnya Ditemukan

Bayi laki-laki berusia 12 hari di Kabupaten Cianjur yang dilaporkan hilang secara misterius pada Minggu (12/11/2023) dini hari akhirnya ditemukan.

tangkap layar youtube
Bayi Usia 12 Tahun yang Hilang Misterius di Cianjur Akhirnya Ditemukan 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Bayi laki-laki berusia 12 hari di Kabupaten Cianjur yang dilaporkan hilang secara misterius pada Minggu (12/11/2023) dini hari akhirnya ditemukan.

Kondisi bayi bernama M Daffa Alfaiz itu pun baik-baik saja.

Peristiwa hilangnya bayi itu sempat membuat warga Kampung Belembeng RT 001/007, Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Cianjur heboh. 

Pasalnya, bayi itu hilang secara misterius. Padahal, bayi itu tidur bersama kedua orangtuanya.

Usut punya usut, M Daffa Alfaiz dititipkan diam-diam oleh Alika (17) ibu kandungnya ke pihak kerabat tanpa sepengetahuan suaminya Cep Ganda (28).

Alasannya, karena AIika tidak sanggup mengurus bayinya.

Alika tak menduga jika mengurus bayi ternyata sangat merepotkannya.

Terlebih lagi, tak ada pihak keluarga atau suami yang membantunya.

"Saya capek, ngurus dari pagi sampai pagi lagi, gak pernah tidur. Pinginnya ada gantian. Saya juga dapat tekanan dari sana sini," ucapnya.

Dengan kondisinya tersebut, ia khawatir tidak bisa mengurus bayinya dengan baik.

"Jadi saya nekat untuk menitipkan si dede (bayi) ke saudara, karena kan saudara belum punya anak sampai sekarang, terus dia kan mau dititipkan sama saya, saya mau kerja," ungkapnya.

Akan tetapi, begitu kabar soal bayi hilang ini ramai diperbincangkan, saudaranya memulangkan bayi tersebut kepada AIika.

"Sama teteh dikembalikan lagi karena dia cuma tahunya saya mau kerja dan nititpin si dede," tuturnya.

AIika lantas meminta maaf kepada masyarakat dan pihak kepolisian lantaran berbohong dan membuat gaduh.

Alami stres

Psikolog Stephani Raihana Hamdan berpendapat, Alika mengalami stres selepas melahirkan karena belum bisa beradaptasi dengan kehidupannya sebelum dan sesudah menjadi ibu.

"Tampaknya proses penyesuaian pasca-melahirkan dirasa cukup berat bagi ibu bayi. Sehingga mengalami stres fisik dan psikologis," katanya saat dihubungi, Selasa (14/11/2023).

Menurut dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) ini, usia ibu bayi yang berada di fase remaja akhir belum siap menjalani peran dan aktivitas barunya.

"Secara usia masih belia, tidak direkomendasikan untuk menikah. Dari regulasi di Indonesia usia yang disarankan untuk menikah yakni 19 tahun," katanya.

"Usia dini juga menyebabkan seseorang belum matang untuk memiliki anak. Dari segi kesehatan rahim belum siap, fisik juga belum matang. Apalagi kondisi psikologis, jadinya lebih gampang stres," tambah Stephani.

Dia menduga, ibu bayi tersebut mengalami stres dipicu oleh kurangnya perhatian yang diberikan lingkungan terdekatnya.

Apalagi, pada masa awal selepas melahirkan, psikologis ibu muda cenderung belum stabil.  

Semestinya, suami maupun keluarga membantu ibu bayi untuk meringankan pekerjaannya mulai dari merawat bayi dan lain sebagainya.

"Pendampingan keluarga menjadi penting, terus komunikasi dengan suaminya dijalan secara baik. Misalnya suami mendengarkan curhat istri sehingga merasa mendapat dukungan," kata Stephani.

Stephani mengaku, belum bisa mendiagnosa Alika mengalami baby blues syndrom atau depresi postpartum.

Menurutnya, harus ada pemeriksaan secara klinis terhadap ibu bayi.

"Kalau baby blues lebih kepada mood atau suasana hati yang selalu murung atau sedih. Bahkan saat ibu bayi ini mendapatkan banyak dari semua pihak tapi tetap moodnya selalu begitu," katanya

"Kalau dari segi kronologi masih hitungan hari setelah melahirkan. Belum mencapai jarak waktu depresi postpartum yang rata-rata terjadi pada 3-6 bulan setelah melahirkan, bahkan bisa lebih dari itu," lanjut Stephani.

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved