Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

KKB Papua

Benny Wenda Sebut Prabowo dan Tuding Tentara Indonesia Rasis dan Siksa Warga Papua Barat di Yahukimo

Pentolan KKB Papua yang juga Ketua ULMWP, Benny Wenda sebut Prabowo dan menuding tentara Indonesia rasis dan menyiksa warga Papua Barat di Yahukimo

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
ULMWP
Benny Wenda Sebut Prabowo dan Tuding Tentara Indonesia Rasis dan Siksa Warga Papua Barat di Yahukimo 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Pentolan KKB Papua yang juga Ketua ULMWP, Benny Wenda sebut Prabowo dan menuding tentara Indonesia rasis dan menyiksa warga Papua Barat di Yahukimo.

Benny Wenda pun menyampaikan pernyataan bahwa ia atas nama ULMWP dan masyarakat Papua Barat , mengutuk pembunuhan seorang warga Papua Barat dan penangkapan dua anak Papua di Yahukimo secara memalukan.

"Setelah pejuang TPNPB Okniel Giban dibunuh oleh tentara Indonesia pada Jumat lalu, militer menangkap, menyiksa, dan mengambil foto bersama dua anak laki-laki berusia 15 tahun yang tidak bersalah," ungkap Benny Wenda .

Seperti biasa, lanjut Benny Wenda , Indonesia mengklaim bahwa para remaja tersebut adalah anggota TPNPB ( KKB Papua ), padahal klaim itu dibantah dengan tegas oleh TPNPB.

"Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam berbohong mengenai afiliasi orang-orang Papua yang tidak bersalah yang telah mereka siksa atau bunuh.

Jika ada orang Papua, tanpa memandang usia atau jenis kelamin, dapat dicap sebagai teroris, maka setiap orang Papua dapat dibunuh seperti teroris ," kata Benny Wenda .

Benny Wenda berharap, dunia harus menaruh perhatian terhadap kekejaman ini. Penyiksaan terhadap anak-anak adalah kejahatan paling serius yang mungkin terjadi menurut hukum internasional.

"Di Papua Barat, penyiksaan merupakan hal yang sangat umum sehingga para ahli menggambarkan hal ini sebagai “cara pemerintahan” yang dirancang untuk menekan perlawanan kami," ujar Benny Wenda .

Benny Wenda juga menuding Indonesia telah berulang kali menunjukkan bahwa Indonesia sengaja menargetkan generasi baru masyarakat Papua Barat .

Menurutnya, ini adalah momen penting untuk merenungkan pembunuhan Enius Tabuni yang berusia 12 tahun, pembantaian di Paniai, pembantaian anak-anak sekolah di Puncak tahun 2020, ribuan anak Papua yang menjadi korban utama pengungsian internal.

"Krisis yang menimpa kami selama enam tahun terakhir. Hal ini tidak berbeda dengan apa yang terjadi di belahan dunia lain, seiring dengan semakin banyaknya anak-anak yang menjadi sasaran tentara pendudukan.

Menangkap, menyiksa, dan membunuh generasi muda Papua Barat , Indonesia berharap bisa menghancurkan semangat kami dan menghancurkan perjuangan kami.

Namun generasi baru ini fokus dan bertekad, dan tidak akan tergoyahkan dalam upaya mereka mencapai pembebasan," semangat Benny Wenda .

Setelah penangkapan anak-anak tersebut, lanjut Benny Wenda , Indonesia mengambil foto bersama kedua anak laki-laki tersebut, dan salah satu tentara digambarkan sedang tersenyum lebar ketika korbannya berbaring telungkup di lumpur.

"Foto-foto ini adalah ciri umum pendudukan Indonesia. Mayat pejuang kemerdekaan Yustinus Murib diejek dengan cara ini, begitu pula dengan petani lugu Wendiman Wonda.

Foto-foto ini mengungkap rasisme keji yang menjadi inti pendudukan Indonesia di Papua Barat . Berpose seperti ini di depan anak-anak yang disiksa, para prajurit ini menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap anak-anak tersebut sebagai manusia seutuhnya.

Para prajurit itu masih muda, mereka sendiri belum mencapai usia dewasa. Mereka telah diajari oleh sistem Indonesia untuk menganggap orang Papua Barat sebagai 'monyet' atau 'penjahat bersenjata'.

Rasisme adalah bagian penting dari budaya militer Indonesia di Papua Barat . Ini adalah mesin tersembunyi dari genosida di Indonesia, yang mendorong dan membenarkan pembantaian pria, wanita, dan anak-anak di Papua Barat .

Semua warga Papua Barat khawatir bahwa hal ini hanya akan bertambah buruk dengan terpilihnya penjahat genosida, Prabowo Subianto ," rinci Benny Wenda .

Foto-foto mengerikan ini, kata Benny Wenda , juga mengungkap kegagalan dunia dalam mengambil tindakan terhadap Papua Barat . Tentara Indonesia merasa mampu bertindak dengan impunitas total di Papua Barat karena mereka tidak dihukum atas kejahatan mereka.

"Meskipun lebih dari 100 negara menyerukan agar Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB diizinkan melakukan penyelidikan di Papua Barat , Indonesia telah menolak kunjungan ini selama lebih dari 6 tahun.

Semua negara anggota PBB, baik di Pasifik, Afrika, atau Eropa, harus berbuat lebih banyak untuk memaksa Indonesia membuka Papua Barat di mata dunia, baik dengan mengizinkan PBB masuk maupun mengakhiri larangan mereka terhadap jurnalisme asing dan dalam negeri.

Sampai hal ini terjadi, anak-anak Papua Barat akan terus disiksa dan dibunuh tanpa mendapat hukuman," tutur Benny Wenda .

( Tribunpekanbaru.com / Pitos Punjadi )

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved