Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pembiayaan UMi Sokong Keberlangsungan Rumah Jahit Tatik Usai Dihantam Pandemi

Modal dari PNM itu kemudian Ia gunakan untuk menambah perlengkapan menjahit. Mulai dari benang, retsleting, kancing baju, furing baju dan lainnya.

tribunpekanbaru.com/firmaulisihaloho
Sempat dihantam pandemi, kini Rumah Jahit Tatik mulai menerima banyak orderan yang disokong pembiayaan UMi dari PNM. 

“In the midst of chaos, there is also opportunity,” Sun Tzu

TRIBUNPEKANBARU.COM - Orderan sepi, bahkan selama dua bulan tidak ada sama sekali pelanggan. Kondisi ini memaksa pemilik usaha mengurangi karyawan.

Itulah yang dirasakan Tatik, Pemilik usaha Rumah Jahit dan Bordir Tatik di Jalan Mujair, Kota Pekanbaru.

Ia tak menyangka dampak pandemi begitu besar, nyaris melumpuhkan usaha yang sudah Ia rintis sejak tahun 1995.

"Sekitar tahun 2020 itu, permintaan jahit betul-betul sepi. Paling hanya ada satu sebulan, itupun keuntungannya habis untuk menutup biaya produksi," kenangnya kepada tribunpekanbaru.com, Senin (29/4/2024).

Padahal sebelumnya, usaha Tatik terbilang sukses. Orderan menjahit setiap bulannya ramai. Bahkan Ia memiliki 11 karyawan.

Hasil jahitan Tatik memang dikenal bagus dan disukai banyak konsumen sejak dulunya. Harganya yang ditawarkan pun bersaing dibanding usaha sejenis lainnya.

Maka tak heran, Tatik berkali-kali mendapat kepercayaan menjahit dalam jumlah banyak.

"Kita pernah mendapat tender menjahit baju untuk kebutuhan MTQ, beberapa sekolah dan pemerintah. Omsetnya sangat lumayan lah," sambungnya.

Kelihaian Tatik dalam menjahit tergolong unik. Sebab, Ia belajar secara otodidak. Keluhan-keluhan dari pelanggan dijadikan sebagai bahan pembelajaran.

"Kita tidak pernah ikut kursus atau pelatihan gitu. Semuanya murni hasil pembelajaran mandiri. Sehingga hasilnya lebih bisa diterima oleh pelangga. Dan terbukti usaha ini bisa bertahan sampai sekarang," tuturnya.

Setelah pandemi mereda, Tatik ingin kembali meningkatkan usaha jahitnya. Pasalnya, orderan mulai berdatangan.

Namun, ketersediaan modal membuat Ia harus berpikir keras mencari sokongan dana yang murah dan mudah diakses.

Hingga pada tahun 2022, Ia mengenal PNM dan mengajukan pinjaman senilai Rp 3 juta.

"Kalau PNM ini, saya direkomendasikan oleh salah seorang karyawan yang dulunya kerja di sini. Dia bilang ada kredit dari PNM yang bunganya kecil dan tenor angsurannya panjang. Makanya kita jadi nasabah PNM hingga sekarang ini sudah berkali-kali kita ajukan pinjaman," ujarnya.

Modal dari PNM itu kemudian Ia gunakan untuk menambah perlengkapan menjahit. Mulai dari benang, retsleting, kancing baju, furing baju dan lainnya.

Adapun harga jasa menjahit Tatik dimulai dari harga Rp 300 ribu. "Kita juga sudah siap menerima orderan grup," lanjutnya.

Selain modal, Tatik juga beberapa kali diikutsertakan dalam pameran yang digelar PNM.

Pemimpin Cabang PNM Pekanbaru, Benny Satria Basri menjelaskan pihaknya tidak hanya memberikan kemudahan mengakses modal bagi pelaku UMKM.

Namun juga membantu usaha mikro ini secara sosial. Seperti menggelar pelatihan, bazar hingga pengurusan izin usaha. Sebab, potensi UMKM di Riau cukup menarik untuk dikembangkan.

Berdasarkan catatatan pihaknya, nilai pinjaman kredit Ultra Mikro naik setiap tahunnya dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah hanya nol sekian persen.

“Kredit Ultra Mikro per 2023 desember jika dibandingkan tahun sebelumnya (year on year) tumbuh, baik dari jumlah nasabah juga total penyaluran. Sementara untuk tahun 2024 ini, kita ditargetkan menyalurkan kredit Ultra Mikro senilai Rp 2,4 Triliun dengan jumlah nasabah 410 ribu,” katanya kepada tribunpekanbaru.com, Jumat (19/4/2024).

Kredit UMi, katanya melanjutkan menjadi salah satu cara pemerintah untuk mendukung pelaku usaha yang berada di the bottom of pyramid.

Dengan nilai pinjaman mulai Rp 2 juta dan masa tenor yang panjang diharapkan bisa memacu pelaku usaha kecil berkembang.

Disamping itu, sejak Holding Ultra Mikro dilakukan bersama BRI dan Pegadaian tahun 2021, literasi keuangan masyarakat juga meningkat.

“Sebab, nasabah PNM otomatis memiliki buku rekening di BRI. Pencairan tidak lagi tunai, tapi langsung ke rekening mereka. Selai itu buku tabungannya berbeda, namanya Simpedes UMi yang tidak ada biaya bulanan dan administrasi,” singkatnya.

BRI mencatat hingga September 2023, jumlah debitur holding ini sudah mencapai 36,6 juta atau tumbuh 22 persen dari posisi September 2021.

Artinya BRI, Pegadaian dan PNM masih akan menjaring 8,4 juta debitur ultra mikro baru hingga 2024.

Sementara Regional CEO Office BRI Regional Pekanbaru, Kicky Andre Davetra menegaskan pihaknya akan terus membantu pelaku usaha untuk naik kelas.

Jika sebelumnya kredit Ultra Mikro telah selesai dan bisnis berjalan baik, BRI memiliki produk KUR yang cicilannya juga ringan.

 “Alhamdulillah dari BRI Kanwil Pekanbaru untuk pemasaran kredit hingga Februari 2024 kami tumbuh 16 persen secara year on year,” kata Dia kepada awak media saat menghadiri  launching program SERAMBI 2024 di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Riau Pekanbaru, Senin (25/3/2024).

Pertumbuhan itu, lanjut Kicky merepresentasikan perekonomian di Riau sedang bertumbuh.

Sebab, dari angka penyaluran kredit bisa tumbuh double digit.

“Secara bisnis portofolio kami, di Riau khususnya itu 90 persen penyaluran kredit kita di sektor UMKM. Semua produk layanan kami bisa dinikmati di unit kerja BRI yang tersebar di 12 kabupaten dan kota di Riau,” tuntasnya.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved