Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Limbah Membawa Berkah, Kisah Sukses Warga Desa Mukti Sari Menyulap Kotoran Sapi Jadi Sumber Energi

Warga Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menyulap kotoran sapi menjadi sumber energi berupa biogas

|
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: FebriHendra
tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgio
Ketua Kelompok Tani Bhina Mukti Sari, Sudarman menunjukkan bio slurry sisa kotoran sapi yang keluar dari reaktor di belakang kandang sapi miliknya pada Sabtu (24/8/2024). 

Tak mudah memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menggunakan biogas dari kotoran ternak. Sebab masih ada warga yang takut menggunakan biogas ini. Mereka khawatir keamanan dari biogas ini tidak terjamin.

"Takut meledak katanya," ujar Sudarman menceritakan alasan sebagian warga desa mukti sari yang bisa menerima kehadiran biogas dari kotoran sapi sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

Padahal kata Sudarman, gas yang dihasilkan dari kotoran sapi ini tekanannya jauh rendah jika dibandingkan dengan gas elpiji. Sehingga dari sisi keamanan dan resiko terjadinya ledakan jauh lebih minim jika dibandingkan dengan bahan bakar berbasis gas elpiji.  

"Jadi sebenarnya biogas ini jauh lebih aman," kata Sudarman berbagi pengalaman setelah tiga menggunakan kompor dari biogas ini dengan aman.

Papan petunjuk reaktor
Papan petunjuk reaktor pengolahan limbah di kandang sapi milik Sudarman

Persoalan lain yang dihadapi oleh warga adalah, mereka tidak ingin repot mengandangkan ternaknya. Sebab jika sapi-sapi itu dikandangkan, maka pemiliknya harus siap untuk mencarikan rumput untuk ternak yang dikandangkan tersebut. Selama ini ternak mereka dilepas liarkan begitu saja, mereka tak perlu repot-repot untuk mengaritkan rumput.

Tidak cukup sampai disitu, banyak juga warga desa itu yang ragu menggunakan biogas ini untuk kebutuhan memasak di dapur. Mereka beralasan, memasak menggunakan dengan menggunakan biogas, khawatir dapat membuat makanan terkontaminasi bau kotoran sapi.

Bahkan ada yang takut aroma dari kompor berbahan biogas itu dapat membuat pakaian yang ada di lemari ikut tercemar bau kotoran sapi.

"Padahal itu sama sekali tidak benar, coba cium ini, mana ada baunya," ujar Sudarman sambil mendekatkan hidungnya ke dekat nyala api kompornya berbahan bakar biogas. "Sama sekali tidak bau," kata Sudarman mengulanginya lagi.

Perlahan namun pasti, Sudarman terus memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat. Berbekal pengalaman dan gaya komunikasinya yang cair, Sudarman mampu membius warga sekitar. Di berbagai kesempatan dia menceritakan pengalamannya menggunakan Biogas. Hasilnya cukup menggembirakan.

Seiring berjalanya waktu, program biogas terobosan PHR WK Rokan ini mulai banyak yang melirik. Mereka membayangkan betapa mudahnya memanen gas setiap hari dari kotoran sapi tanpa harus membeli gas elpiji. 

Belum lagi manfaat dari pupuk bio slurry dari limbah kotoran sapi yang sudah diambil gasnya untuk memasak di dapur.  

Tak heran jika program DEB berbasis biogas ini kian diminati oleh warga Desa Mukti Sari. Terbukti, jumlah warga penerima manfaat program DEB berbasis Biogas ini terus bertambah setiap tahunnya.

Awalnya hanya ada 8 rumah tangga yang menikmati, di tahun 2022 dengan jumlah reaktor yang dibangun 8 unit. Kemudian di tahun 2023 dibangun lagi 12 unit. Sehingga totalnya ada 20 unit reaktor di desa mukti sari. 

Sedangkan untuk jumlah penerima manfaatnya saat ini sebanyak 21 rumah tangga. Sebab ada satu reaktor yang disambungkan untuk dua rumah tangga.

Kini mereka tak bergantung dengan gas elpiji bersubsidi. Tidak hanya hemat dari sisi ekonomi, Api yang dihasilkan dari biogas ini ternyata juga punya keutamaan tersendiri.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved