Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Limbah Membawa Berkah, Kisah Sukses Warga Desa Mukti Sari Menyulap Kotoran Sapi Jadi Sumber Energi

Warga Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menyulap kotoran sapi menjadi sumber energi berupa biogas

|
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: FebriHendra
tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgio
Ketua Kelompok Tani Bhina Mukti Sari, Sudarman menunjukkan bio slurry sisa kotoran sapi yang keluar dari reaktor di belakang kandang sapi miliknya pada Sabtu (24/8/2024). 

Sudarman memperlihatkan perbandingan nyala api kompor dari biogas dan gas melon di dapurnya. Saat pemantik kompor diputar, kompor berbahan bahan bakar biogas itu langsung mengeluarkan api berwarna biru dominan. 

Kemudian Sudarman beranjak menyalakan kompor di sebelahnya berbahan bakar gas elpiji. Apinya menyala dengan warnanya biru agak terang, bercampur kekuning-kuningan.

"Apinya bagus, pas buat menggoreng ikan, pisang dan yang lainya, masaknya merata sampai ke dalam, kalau pakai kompor berbahan bakar elpiji kadang di luarnya sudah matang, tapi dalamnya masih mentah, tapi kalau pakai biogas itu masaknya merata, dari luar, sampai ke dalam," ujar Sudarman menceritakan keunggulan dalam memasak menggunakan kompor berbahan bakar biogas.

Lukhi Mulia Shintophyta dkk menguraikan hasil uji nyala api pembakaran dari biogas dalam jurnalnya yang dipublikasikan 2022.

"Gas hasil produksi yang mengandung CH4 akan ikut terbakar apabila didekatkan pada sumber api. Kadar CH4 minimal yang dapat terbakar sebesar 45 persen. Pembakaran bahan bakar tanpa CO2 akan menghasilkan api berwarna biru, sedangkan api berwarna kuning kemerahan akibat adanya CO2" tulis Lukhi Mulia Shintophyta dalam jurnalnya yang berjudul produksi biogas dari kotoran sapi dengan biodigester dan batch, 2022.    

Sementara Handi Trianto dan Dodit Ardiana dalam jurnalnya yang dipublikasikan tahun 2022 lalu juga menuliskan hasil kajiannya tentang biogas dari kotoran sapi.

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen untuk menghasilkan biogas.

"Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70 persen metana, 20-40 persen karbondioksida dan gas lainnya dengan jumlah kecil" tulis Handi Trianto dan Dodit Ardiana dalam jurnalnya.

Kemandirian Energi

Program DEB berbasis biogas yang diprakarsai oleh PHR WK Rokan ini diluncurkan untuk membangun kemandirian energi dan ekonomi di desa-desa dengan memanfaatkan energi bersih dan terbarukan.

Inisiatif ini menargetkan peningkatan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan energi terbarukan dari limbah organik, khususnya kotoran ternak. Seperti yang sudah sukses dijalankan di Desa Mukti Sari.

Pinto Budhi Bowo Laksono, Manager CSR PHR mengatakan, PHR berkolaborasi dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam memberikan pelatihan pembangunan konstruksi reaktor biogas di Desa Mukti Sari.

Selain menyediakan sumber energi, instalasi biogas juga menghasilkan bio-slurry, yaitu ampas biogas yang dapat digunakan sebagai pupuk.

“Kami ingin mengajarkan masyarakat penerima manfaat bagaimana memanfaatkan bio-slurry sebagai pupuk secara mandiri,” ujarnya.  

Dia juga menambahkan bahwa kedepannya, bio-slurry atau pupuk dari limbah kotoran sapi ini diharapkan bisa dipasarkan sebagai pupuk organik, membuka peluang penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat.

Program DEB telah menjadi solusi energi yang terjangkau bagi masyarakat desa, meningkatkan kualitas hidup melalui manfaat ekonomi tambahan, dan mengurangi pencemaran udara serta polusi lingkungan.

Pinto menegaskan bahwa Program DEB akan terus berkembang, dengan rencana ekspansi ke daerah operasi PHR WK Rokan bagian utara, khususnya di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2024.

“Melalui teknologi biogas yang ramah lingkungan, program ini tidak hanya fokus pada ketahanan energi tetapi juga berkontribusi pada ekonomi sirkular demi kesejahteraan masyarakat desa,” ujar Pinto.

nyala api biru
Terlihat nyala api biru, dari kompor berbahan bakar biogas di dapur rumah Sudarman

Saat ini, PHR WK Rokan telah membangun total 21 reaktor biogas. Dari jumlah tersebut, 20 reaktor berada di Desa Mukti Sari, sementara satu reaktor lainnya terletak di Kelurahan Maharani, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru. Jumlah ini terus meningkat seiring tingginya minat masyarakat untuk bergabung sebagai penerima manfaat.

“Program ini telah berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 56,8 ton CO2 setara per tahun dan mengelola limbah organik sebanyak 319,38 ton pada tahun 2023,” tambah Pinto.

DEB Mukti Sari merupakan salah satu dari 28 DEB di seluruh Indonesia dan merupakan yang terbesar dengan kapasitas reaktor mencapai 165 meter kubik.

Reaktor biogas di desa ini telah memberikan manfaat kepada 150 orang, termasuk anggota Kelompok Tani Biotama Agung Lestari, peternak, santri pondok pesantren, dan masyarakat umum. 

Apa yang sudah dilakukan PHR di Desa Mukti Sari, telah membuka akses harapan baru bagi masyarakat setempat dan meringankan beban negara, di tengah isu krisis energi global.

Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan, dalam acara Net Zero Summit, menekankan pentingnya pengurangan emisi karbon dan transisi energi bersih untuk menghadapi perubahan iklim. PHR berkomitmen untuk mendukung target NZE dengan terus mendorong inisiatif yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Bahkan Presiden Jokowi dalam pidatonya saat upacara Hari Lahir Pancasila di Lapangan Lapangan Garuda PHR, Kota Dumai, pada 1 Juni 2024 lalu menekankan pentingnya percepatan terwujudnya energi hijau di Tanah Air. 

Seluruh pihak didorong untuk memanfaatkan semua potensi yang ada, demi terwujudnya energi hijau. Dampaknya tak hanya di sektor lingkungan, tapi juga menjadi nilai tambah dalam negeri untuk kesejahteraan masyarakat.

Kotoran ternak, yang biasanya menghasilkan gas metana, dapat berkontribusi pada pemanasan global. Dengan memanfaatkan limbah menjadi biogas, PHR tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga menyediakan sumber energi bersih yang berkelanjutan bagi masyarakat desa.

"Melalui program ini, kami berharap dapat menciptakan dampak positif yang luas, baik dalam hal kemandirian energi masyarakat maupun perlindungan lingkungan," kata Pinto.

Dengan penerapan program ini, diharapkan Desa Mukti Sari dapat menjadi contoh sukses untuk desa-desa lainnya dalam menerapkan teknologi energi terbarukan dan menciptakan ekonomi sirkular yang berkelanjutan. (Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved