Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kolaborasi Emas PHR dan Unilak: Warga Pekanbaru Kini Keranjingan Sambangi Ekoriparian

Sabtu (26/10/2024) sore, dua perempuan terlihat berlari-lari kecil di sepanjang jogging track, di pinggir danau buatan, Kawasan Ekoriparian Unilak

|
Tribunpekanbaru.com/Hendri Gusmulyadi
Suasana sore di Ekoriparian Unilak, Sabtu (24/10/2024). Tampak beberapa warga tengah bersantai saat mengunjungi kawasan tersebut. 

Sementara itu, ketika menelusuri Taman Kehati, Tribun disuguhi ratusan jenis tanaman, dari tanaman endemik Sumatra dan luar Sumatra. Ada kumpulan tanaman yang ditanam untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan konservasi. Di sini kita dapat belajar tentang berbagai jenis tumbuhan serta fungsinya.

Terdapat pula jalur trekking ketika Tribun masuk ke dalam hutan Taman Kehati, melewati berbagai jenis ekosistem seperti hutan rawa.

Di Taman Kehati, juga terdapat pusat informasi yang menyediakan berbagai materi edukasi tentang keanekaragaman hayati, dan pentingnya menjaga lingkungan. Serta terdapat juga fasilitas penelitian yang memungkinkan para peneliti melakukan studi tentang keanekaragaman hayati.

Wakil Dekan 3 Fakultas Kehutanan Unilak, Dodi Sukma, menyebutkan total luas lahan kawasan lebih kurang 14 hektar.

Sebelum adanya Ekoriparian, area tersebut terdiri atas tanaman sawit dan banyaknya lumpur. Namun, dengan penanaman tanaman kehutanan yang baru serta peningkatan pengelolaan, kondisi tersebut telah membaik.

"Sebelumnya air danau itu sangat keruh. Sekarang setelah dibuat Ekoriparian, air danau menjadi lebih bening karena telah melalui proses penyaringan," kata Dodi.

Dodi menjelaskan, air danau yang terdapat di Ekoriparian, tersaring secara alami oleh tanaman-tanaman air yang ditanam di danau. Tidak hanya membuat kawasan menjadi lebih indah, tanaman-tanaman itu dapat menjaga kualitas air.

Sistem filtrasi air danau bekerja secara alami, di mana tumbuhan air dan mikroorganisme lain yang terdapat di danau, bekerja sama dalam membersihkan air danau yang berasal dari limbah masyarakat.

Keberadaan Ekoriparian, kata Dodi, membuat kawasan tersebut menjadi sangat aktif setiap hari, oleh berbagai kegiatan masyarakat.

Banyak pengunjung datang untuk berolahraga, seperti jogging di pagi dan sore hari. Pada akhir pekan, masyarakat dari berbagai kalangan selalu datang beramai-ramai, menikmati suasana indah dan keasrian kawasan Ekoriparian.

"Mahasiswa dari kampus lain juga kerap di sini. Mereka setelah wisuda datang dengan selempangnya ke sini berfoto. Ada juga yang berfoto prewedding di sini," terang Dodi.

"Ada juga kelas zumba yang diadakan setiap hari Minggu. Kegiatan memanah pernah mencatatkan rekor MURI untuk acara memanah, dengan lebih dari 1.000 peserta. Yang datang ke sini memang dari banyak partisipan, dari berbagai kalangan," ulasnya.

Ciptakan Lanskap Berkelanjutan dan Menginspirasi Budaya Baru

Keberadaan Ekoriparian dan Taman Kehati Unilak yang kini menjadi tempat favorit masyarakat Pekanbaru, tak terlepas dari bantuan dan peran Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan sebagai pihak yang peduli terhadap kelestarian lingkungan melalui programnya.

Analyst Social Performance PHR WK Rokan, Priawansyah, menyebutkan bahwa PHR sangat konsen dalam melestarikan lingkungan yang sehat, dan berkelanjutan.

Telah banyak aksi peduli lingkungan yang telah dilakukan PHR, yang tersebar di berbagai wilayah di Provinsi Riau. Khususnya Ekoriparian yang sudah dibuat di dua kampus di Riau.

Proyek Ekoriparian di Unilak adalah proyek yang pertama kali dibangun. Sementara yang kedua terdapat di Universitas Muhammadiyah Riau, di Jalan Nangka, Pekanbaru.

Berbeda dengan yang terdapat di Universitas Muhammadiyah, Ekoriparian di Unilak mengusung pendekatan alami, sementara di Muhammadiyah mengusung sistem constructed wetland.

"Sebenarnya area ini (Ekoriparian Unilak) sebelumnya merupakan lahan semak belukar dengan sawit. Kami telah membersihkan dan mengolah sawit tersebut menjadi pupuk, kemudian melakukan terasering untuk menata lanskap," ujar Priawansyah.

Berbagai fasilitas bagi masyarakat dibuat oleh PHR di kawasan Ekoriparian Unilak. Kata Priawansyah, kawasan ini memiliki ragam fasilitas, seperti kantin dan cafe, WC terpisah antara pria dan wanita, serta jogging track yang mengelilingi danau.

Juga ada amphitheater yang bisa digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti kegiatan bermusik.

"Mahasiswa sering menggunakan fasilitas (amphitheater) ini untuk pertemuan dan acara malam hari," sebutnya.

"Meskipun area (Ekoriparian) ini terlihat sepi pada pagi hari, sore hari seringkali ramai. Beberapa komunitas memanfaatkan fasilitas ini untuk senam dan olahraga," ungkapnya.

Tujuan PHR menggandeng Kampus Unilak, dalam menciptakan ruang terbuka hijau dalam bentuk Ekoriparian, diakui Priawansyah sebagai upaya perusahaan dalam menciptakan lanskap berkelanjutan, yang mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan edukasi ekologi.

"Kami berharap ini dapat menginspirasi budaya baru, dan mendukung generasi mendatang," jelas Priawansyah.

Terima Rekor MURI

Terkait keberadaan kawasan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati), membuat Kampus Universitas Lancang Kuning (Unilak) memperoleh penghargaan berupa rekor MURI dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Penghargaan tersebut diserahkan oleh MURI kepada BRIN pada 1 Maret 2024 lalu.

Berdasarkan keterangan yang Tribun peroleh dari pihak kampus Unilak, rekor MURI tersebut didapat berkat kolaborasi antara BRIN, PHR, dan Unilak dalam bidang lingkungan.

Penghargaan ini tentu selayaknya membuat bangga masyarakat Provinsi Riau, khususnya Unilak, sebagai apresiasi karena menjadi pengelola Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Rawa Sumatra Pertama.

Rekor MURI itu didapat karena Arboretum Taman Kehati memiliki potensi dan daya tarik luar biasa. Suatu ekosistem hutan rawa air tawar khas Sumatra yang tersisa di tengah padatnya lanskap perkotaan karena pembangunan permukiman yang begitu masif.

Papan informasi yang terdapat di Arboretum Taman Kehati Unilak
Papan informasi yang terdapat di Arboretum Taman Kehati Unilak (Tribunpekanbaru.com)

Area lahan Taman Kehati menyimpan sekitar 200 jenis flora dan fauna. Bahkan terdapat spesies terancam punah di dalamnya yang terdaftar di daftar merah (red list) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Dari hasil identifikasi, lahan Taman Kehati yang seluas lebih kurang 14 hektar terdapat 173 spesies pohon, yang di antaranya 139 spesies asli Sumatra dan 34 spesies introduksi dari luar Sumatra.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 109 spesies merupakan pohon yang tumbuh secara alami, sedangkan 57 spesies merupakan tanaman pengkayaan oleh Unilak.

Sementara soal kekayaan fauna, Taman Kehati menyimpan spesies satwa liar yang tinggi.

Hasil penelitian dan identifikasi, ditemukan 87 spesies satwa yang terdiri dari 6 spesies mamalia (6,9 persen), 23 spesies reptilia (26,4 persen), 11 spesies amfibia (12,6 persen), dan 47 spesies burung (54,0 persen). (Tribunpekanbaru.com/ Hendri Gusmulyadi)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved