Membangun Peradaban dengan Pelestarian Hutan, Tantangan Inovasi dan Peran APRIL Group

'Kita harus menyadari bahwa setiap tarikan napas yang kita hirup, setiap suapan makanan yang kita makan berasal dari alam.'

|
Penulis: Ariestia | Editor: Ariestia
Foto/Dok APRIL Group
RER - Restorasi Ekosistem Riau (RER) adalah proyek kolaborasi antara sektor swasta dan sektor public dalam upaya restorasi dan konservasi ekologis area hutan gambut pada Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau. Berbagai inovasi dan terobosan perlu dilakukan guna memastikan sektor kehutanan tetap berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan alam di masa depan. 

TRIBUNPEKANBARU.COM – Pembangunan peradaban manusia tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam, terutama hutan. Sejak zaman prasejarah hingga era modern, hutan telah menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup serta memperoleh kesejahteraan.

Namun, eksploitasi hutan secara berlebihan telah membawa dampak serius. Terjadi perubahan iklim, kepunahan spesies, erosi tanah, hingga krisis air. Oleh karena itu, membangun peradaban masa depan harus beriringan dengan konservasi hutan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

Seperti yang dikatakan Sir David Attenborough ahli biologi asal Inggris pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2019 yang diselenggarakan di Davos, Swiss.

“Kita harus menyadari bahwa setiap tarikan napas yang kita hirup, setiap suapan makanan yang kita makan berasal dari alam. Dan jika kita merusak alam, kita merusak diri kita sendiri. Kita memiliki kekuatan. Kita memiliki pengetahuan untuk benar-benar hidup selaras dengan alam,” katanya.

Saat ini dunia menghadapi tantangan besar akibat deforestasi dan degradasi hutan. Menurut FAO, dunia kehilangan sekitar 10 juta hektar hutan setiap tahun, terutama di kawasan tropis seperti Amazon, Kongo, dan Asia Tenggara. 

Kerusakan hutan menyebabkan masalah kompleks, yang ujungnya mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Jika tren ini terus berlanjut, dampaknya bisa sangat merusak, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi stabilitas ekonomi dan sosial secara global.

Negara-negara di dunia bahkan telah menunjukkan komitmen bagi pelestarian alam. Lebih dari 100 pemimpin dunia sepakat untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030, dalam kesepakatan besar pertama di KTT iklim COP26.

Pada KTT yang berlangsung di Glasgow itu Indonesia turut menyampaikan serangkaian komitmen, termasuk transisi energi, pengurangan emisi, dan penanganan deforestasi.

Indonesia bertujuan mencapai Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 melalui aksi mitigasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi tingkat serapan lebih tinggi dari tingkat emisi. 

Untuk mengimplementasikan skenario tersebut, pemerintah memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Baik lintas kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat, dan lainnya. 

Konservasi Hutan: Pilar Pembangunan Peradaban Modern

Tokoh lingkungan hidup internasional asal Indonesia, Emil Salim pernah mengatakan, pembangunan berkelanjutan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. 

Pembangunan yang berkelanjutan pada hakikatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antargenerasi, di masa kini maupun masa mendatang. Tidak hanya berorientasi pada ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek social, sumber daya alam dan lingkungan.

Untuk membangun peradaban berkelanjutan, konservasi hutan harus menjadi prioritas. Konservasi berarti memastikan bahwa pemanfaatan hutan tanpa merusak fungsi ekologisnya. Di antara langkah yang dilakukan adalah perlindungan kawasan hutan dari eksploitasi, melakukan reboisasi dan restorasi ekosistem. 

Bumi memang memiliki kemampuan homeostasis, atau mempertahankan kondisi internal yang stabil meskipun terjadi perubahan pada lingkungan eksternal. Namun eksploitasi berlebihan tanpa memikirkan pemulihannya, akan membahayakan kelangsungan hutan itu sendiri.

Kelangsungan hutan penting artinya untuk membangun peradaban di masa depan, di mana manusia bisa hidup harmonis dengan alam. Untuk itu langkah nyata perlu dilaksanakan dari sekarang. 

Seperti yang dikatakan Presiden ke-6 Republik Indonesia saat hadir di Kampus ITB Ganesha dalam rangka penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) oleh ITB di bidang Pembangunan Berkelanjutan.

Dalam sidang terbuka tersebut, Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato ilmiah dengan judul "Kontribusi Sains dan Teknologi terhadap Ekonomi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan". 

"Cukup lama kita menganut azas dan prinsip pembangunan yang berbunyi pembangunan yang berorientasi pada manusia atau human centered development. Azas ini juga harus kita perbaiki dan tinjau kembali. Menurut saya harus dilengkapi menjadi pembangunan yang berorientasi pada manusia dan sekaligus lingkungan. Kita bisa melengkapinya dengan human centered, environmentally sensitive development," jelasnya.

Kolaborasi Semua Pihak

Strategi untuk menciptakan hutan yang berkelanjutan, yang sejalan dengan pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat, dilakukan melalui kolaborasi semua pihak, dari pemerintah, masyarakat hingga sektor swasta.

Pemerintah punya tanggung jawab melakukan perlindungan hutan dari berbagai ancaman dengan membuat peraturan, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga hutan.

Masyarakat memiliki kewajiban mendukung praktik keberlanjutan. Sedangkan perusahaan pun punya tanggung jawab untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan, terutama di area tempatnya beroperasi.

Hal yang bisa dilakukan seperti mencegah kebakaran lahan, restorasi dan melakukan inovasi yang bertujuan mendukung ekologi. Serta meningkatkan sumber daya manusia melalui pemanfaatan hasil hutan secara bertanggunjawab.

Di Riau, perusahaan besar seperti Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang tergabung dalam APRIL Group, serta Asia Pacific Rayon (APR) turut melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Restorasi dan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0)

Mendukung agenda nasional FOLU Net Sink 2030, APRIL Group pada November 2020 telah mencanangkan visi APRIL2030 untuk menjadi perusahaan berkelanjutan pada 2030. Komitmen ini mengusung empat pilar utama, yaitu Iklim Positif, Lanskap yang Berkembang, Kemajuan Inklusif, dan Pertumbuhan Berkelanjutan.

Namun sebelum itu, APRIL Group telah menginisiasi program kolaboratif antara sektor swasta dan publik yaitu Restorasi Ekosistem Riau (RER) pada tahun 2013.

RER merupakan proyek restorasi rawa gambut utuh terbesar di Asia Tenggara. Cakupannya area seluas 150.000 hektare dalam kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau.

Restorasi_Ekosistem_Riau-20250508
RER - Restorasi Ekosistem Riau (RER) merupakan proyek restorasi hutan rawa gambut utuh terbesar di Asia Tenggara yang cakupannya kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Riau.

Tujuan program ini untuk melindungi dan memulihkan hutan rawa gambut yang terdegradasi, termasuk keanekaragaman hayati di dalam Kawasan tersebut.

Kemudian, implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan atau SFMP 2.0 sejak 2015, APRIL Group menerapkan "1-for-1." Artinya 1 hektare (ha) lahan hutan yang dikelola untuk produksi akan direstorasi dengan luasan yang sama. 

Hingga sekarang, inisiatif konservasi dan restorasi yang dilakukan perusahaan telah mencapai total 361.000 hektare, setara dengan 80 persen dari total luas hutan produksi APRIL saat ini. 

Sejak peluncuran APRIL2030 lima tahun lalu, APRIL Group juga telah memperkuat komitmen terhadap restorasi dan konservasi melalui skema pendanaan "1 Dollar per Ton." Skema ini mengalokasikan 1 dolar dari setiap ton produksi hutan tanaman industri (HTI) guna mendanai upaya restorasi dan konservasi hingga 2030. 

Komitmen keberlanjutan tersebut juga berlaku bagi semua pemasok kayu untuk APRIL. Pemasok harus sudah tersertifikasi dan telah melalui proses audit. Standar ketat ini untuk memastikan bahwa semua kayu berasal dari sumber yang legal dan bahwa mereka mematuhi peraturan dan bersertifikat.

PaperOne, produk kertas dari APRIL Group bahkan bersertifikat PEFC yang memastikan bahwa produk ini berasal dari perkebunan yang dikelola secara berkelanjutan.

APRIL juga telah memulai proyek percontohan konservasi berbasis masyarakat melalui kemitraan dengan lima desa di lahan gambut, berbekal cerita sukses Program Desa Bebas Api (FFVP). 

Luas wilayah konservasi berkisar antara 1.000-5.000 hektar. Proyek tersebut juga memberikan kesempatan dalam menciptakan mata pencarian guna memastikan kelayakan ekonomi dan mengurangi tekanan pada lanskap.

Biokenomi dan Kampanye Keberlanjutan

Grup APRIL dan sister company-nya APR bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk membangun dan mendukung ekosistem bisnis lokal para operator dan kontraktor. Tujuannya untuk memberdayakan desa melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang bisnis yang dapat tumbuh secara berkelanjutan. 

Di antara bentuk kerjasama, perusahaan menyediakan pelatihan kewirausahaan, mendukung pelatihan kejuruan khusus dan berbagai program untuk usaha-usaha kecil. Selain itu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan.

Seperti yang dilakukan APR, mengkampanyekan penggunaan pakaian dari viscose rayon yang bahan bakunya serat kayu. Bahan ramah lingkungan ini mudah terurai sehingga mengurangi kekhawatiran menumpuknya limbah fashion.

APR juga berkolaborasi dengan masyarakat dalam kampanye ini, dengan membina para pembatik lokal untuk menggunakan kain berbahan viscose. Upaya tersebut sekaligus bertujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga dengan sistem bioekonomi, atau pemanfaatan sumber daya alam hayati berkelanjutan.

Langkah lain adalah memberikan pelatihan melalui workshop pada masyarakat. 

Pada Desember 2024, Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya melakukan kunjungan ke APR di Pelalawan dan Siak, Provinsi Riau dalam  upaya mendukung pengembangan ekonomi desa kreatif.

“Ini adalah wujud sinergi heksa-helix, di mana pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, asosiasi, dan lembaga keuangan bersatu untuk mengembangkan ekonomi kreatif di desa. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia,” ungkapnya.

Bupati Pelalawan, H Zukri turut mengapresiasi kunjungan yang dilakukan oleh Menteri Ekonomi Kreatif ke Kabupaten Pelalawan.

Workshop ini melibatkan 30 pelaku usaha dengan tujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan usaha, sekaligus membuka peluang pengembangan bisnis yang lebih luas kepada para pelaku ekonomi kreatif binaan APR dan APRIL. 

Kolaborasi tersebut sejalan dengan visi keberlanjutan APR melalui pilar Pertumbuhan Inklusif dalam komitmen APR 2030. 

Yusmaini, owner dari Rumah Batik Yus Pelalawan adalah satu di antara peserta yang menerima manfaat dari kegiatan workshop. 

"Terima kasih kepada APR dan APRIL yang terus melakukan pembinaan berkala dan berkelanjutan kepada kami sebagai mitra bina. Kami benar-benar senang, setiap kami mendapatkan pelatihan, kami memperoleh ilmu baru, yang mana hal ini berdampak baik bagi usaha yang tengah kami kembangkan," ucap Yusmaini.

Sementara itu, dikutip laman resmi APRIL, Lucita Jasmin, Direktur Sustainability & External Affairs, APRIL Group, mengatakan melalui kemitraan dengan SMERU, APRIL Group telah menyelesaikan analisis awal untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan gizi untuk mengurangi stunting pada anak-anak. Social Monitoring and Early Response Unit (SMERU) merupakan lembaga independen yang berfokus pada studi kemiskinan dan kebijakan publik.

APRIL juga bekerja sama dengan kewirausahaan sosial, Tani Foundation untuk melaksanakan prakarsa peningkatan kemampuan dengan menghubungkan petani nanas ke platform digital Tanihub dan menyediakan cara bagi petani untuk menjual produk mereka secara online.

Inovasi, Terobosan untuk Keberlanjutan

Berbagai inovasi perlu dilakukan guna memastikan sektor kehutanan tetap berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan alam di masa depan. 

Di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, terdapat fasilitas laboratorium kultur jaringan yang dikenal sebagai Kerinci Tissue Culture Lab (KTC) yang diinisiasi pada 2019 oleh produsen kertas PaperOne, APRIL Group.

Laboratorium KTC menyimpan keragaman genetik dua spesies pohon di HTI yang dikelola oleh APRIL, yaitu Eucalyptus dan Acacia Crassicarpa.  

Laboratorium seluas 3.200 meter persegi ini mampu memproduksi sekitar 1.000 bibit per hari atau 50 juta bibit per tahun. Dengan fasilitas ini APRIL Group mencetak sejarah baru dengan memperkenalkan HTI Acacia Crassicarpa hasil kloning pertama di dunia pada 2023. 

Teknologi kloning pohon ini memungkinkan APRIL menghasilkan pohon yang lebih cepat tumbuh, tahan terhadap hama, dan adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan. Teknik budidaya tanaman ini mendukung peningkatan jumlah produksi tanaman baru secara lebih efektif dan efisien dalam hal kuantitas, pemakaian lahan, sekaligus menjaga keragaman genetik yang sangat penting bagi keberlanjutan sumber daya alam. 

Grup APRIL juga bekerja sama dengan masyarakat untuk membina dan mendukung penghidupan masyarakat dan (pengelolaan) area Hutan Tanaman Rakyat (HTR).

Terobosan lainnya, APRIL Group menerapkan model ‘Ring Plantations’ (penanaman melingkar/cincin) sebagai cara untuk melindungi hutan konservasi dari perambahan dan degradasi. 

Hutan tanaman akasia yang produktif didirikan di sepanjang pinggiran konsesi, menciptakan zona buffer atau penahan yang membantu mengonservasi area gambut di bagian inti. 

Hutan tanaman yang menerapkan model ini menurunkan kemungkinan terjadinya pembalakan liar dan perambahan manusia.

Pendekatan model Ring Plantations memungkinkan penghasilan ekonomi serta membuka kesempatan kerja untuk mendukung penghidupan masyarakat setempat. Pendekatan ini turut berupaya mencapai keseimbangan antara hutan tanaman yang terbarukan, konservasi dan perlindungan alam.

APRIL juga berkomitmen mengembangkan ilmu pengetahuan lahan gambut tropis. Komitmen ini ditunjukkan dengan riset dan kolaborasi dengan ilmuwan dan akademisi nasional dan internasional serta pemangku kepentingan. 

Di antara pencapaian terbarunya adalah publikasi riset ilmiah di jurnal bergengsi, Nature. Pada jurnal ini, tim riset lahan gambut APRIL Group bersama ilmuwan internasional memublikasikan dampak perubahan penggunaan lahan terhadap aliran gas rumah kaca (GRK) di lahan gambut tropis Sumatera. 

Selain itu sebagai bagian program RER, APRIL telah menyelesaikan pembangunan Eco-Research Camp di Semenanjung Kampar untuk mendukung kemajuan penelitian lahan gambut tropis pada 2021. Eco-Camp telah mulai beroperasi, termasuk laboratorium untuk mendukung penelitian lahan gambut.

Gaya Hidup Berkelanjutan di Riau Kompleks

Poin penting dalam pembangunan peradaban masa depan berkelanjutan adalah membentuk gaya hidup masyarakat yang peduli lingkungan. APRIL Group dan APR telah memulainya dengan keberadaan Riau Kompleks yang berwawasan lingkungan. 

Kawasan Riau Kompleks, rumah bagi ribuan karyawan, menjelma menjadi Green Complex yang berkontribusi bagi bumi yang lebih bersih, sesuai misi APRIL2030 yang terdiri dari empat komitmen dengan 18 target. 

Di antara langkah yang dilakukan adalah mendorong karyawan menggunakan sepeda motor listrik, penggunaan bus listrik, pembangunan panel surya dan kampanye pengurangan plastik di lingkungan Riau Kompleks.

APRIL Group menjadi perusahaan Indonesia pertama yang membeli dua bus listrik bagi karyawannya untuk mobilisasi di lingkungan kerja.

Selain itu di Riau Kompleks terdapat panel surya berdaya 20 MW. Ini merupakan satu di antara instalasi panel surya terbesar oleh perusahaan swasta di Indonesia. 

Upaya yang telah dilakukan APRIL Group hingga 2025 dalam menjaga keberlanjutan di wilayah operasionalnya merupakan Refleksi 5 Tahun APRIL2030 dalam mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai target iklim dan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Serta menandai konsistensi dalam mewujudkan Satu Dekade SFMP 2.0.

(Tribunpekanbaru.com/Ariestia)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved