Berita Viral

30 Menit yang Bikin Ali Musthofa Syok, Dapati Juliana Marins sudah Berada di Dalam Jurang

Saat itu Musthofa sudah berusaha menunggu. Namun dari tiga menit menjadi 30 menit. Juliana tak ditemukan juga. Ada lampu senter di dasar jurang

Editor: Budi Rahmat
Tribun Bogor/net
MINTA TOLONG- Inilah detik-detik Juliana Marins minta tolong. MUsthofa mendengarnya. Tapi Juliana jatuh terlalu dalam 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Tak banyak yang tahu, Ali MUsthofa yang merupakan sosok orang yang mendamoingi Juliana Marins dan kawan-kawan ketika mendaki Gunung Rinjani.

Musthofa ternyata mendapatkan bayaran atas jasanya itu. Untuk menggunakan jasa Ali Musthofa sebagai tour guide, Juliana Marins membayar Rp 2,5 juta.

Dan apa yang kini terjadi adalah sebuah tragedi yang takkan pernah ia lupakan. Juliana Marins yang bagian dari pendakai itu tewas setelah tergelincir masuk jurang sedalam 500 meter lebih.

Baca juga: Detik-detik Aiptu Rudi Guling-guling di Aspal usai Ketahuan Memalak Pengendara Rp 100 Ribu

Dan Musthofa mengingat betul bagaimana peristiwa itu terjadi sampai ia kemudian syok mendapati sinar lampu senter milik Juliana ada di dasar jurang.

Ya, Ali Musthofa, pemandu yang membawa Juliana Marins ke Gunung Rinjani beberkan cerita soal ada sinar cahaya yang terpancar dari jurang.

Dikutip dari Tribun Bogor, Ali Musthofa menceritakan momen terakhir sebelum berpisah dengan Juliana Marins.

Ali Musthofa sendiri mengaku sudah dua tahun jadi pemandu di Gunung Rinjani.

Ali Musthofa pun membantah bila dirinya sengaja meninggalkan Juliana Marins di jalan menuju puncak Rinjani.

Di hari Sabtu itu, kata Musthofa, ia memberikan saran ke Juliana untuk beristirahat dulu sebelum melanjutkan pendakian.

Namun diakui Musthofa, ia berjalan tiga menit bersama rombongan yang terdiri dari lima orang di depan Juliana sementara Juliana beristirahat.

"Saya tidak meninggalkannya (Juliana), tetapi saya menunggu tiga menit lebih dulu," kata Ali Musthofa dilansir dari laman Oglobo.globo, Jumat (27/6/2025).

Namun, setelah berjalan beberapa langkah, Musthofa pun curiga dengan Juliana yang tak kunjung menyusulnya.

Setelah hampir 30 menit berlalu, Musthofa kembali ke tempat Juliana dan tak menemukannya.

"Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak menemukannya," katanya.

Baca juga: Jawaban Teka teki Aku bisa Mengisi Perutmu Kala Lapar tapi Aku Juga Membantu Meredakan Hawa Panas

"Saya bilang saya akan menunggunya lebih dulu, saya menyuruhnya untuk beristirahat," pungkas Ali Musthofa.

Tak menemukan Juliana, Musthofa syok saat melihat ada cahaya di jurang sedalam 150 meter.

"Saya sadar ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta pertolongan. Saya bilang saya akan menolongnya," imbuh Musthofa.

Tanpa pikir panjang, Musthofa pun langsung menghubungi tempatnya bekerja guna menyelamatkan Juliana.

Musthofa yang tak berdaya itu lantas menunggu bantuan dari Tim SAR untuk menyelamatkan Juliana.

Belakangan, jasad Juliana Marins berhasil dievakuasi dari jurang berkedalaman 600 meter di Cemara Nunggal, Gunung Rinjani, Rabu (25/6/2025) pukul 15.50 WITA. 

Evakuasi tersebut dilakukan oleh tim SAR setelah proses pencarian intensif selama lima hari. 

“Jenazah sudah berhasil diangkat dari kedalaman 600 meter oleh tim evakuasi di hari kelima ini,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ahmadi, di Sembalun.

Sosok Ali Musthofa

Dari berbagai informasi yang dihimpun, Ali Musthofa diketahui sudah dua tahun menjadi tour guide.

Untuk menggunakan jasa Ali Musthofa sebagai tour guide, Juliana Marins membayar Rp 2,5 juta.

Juliana Marins bersama lima pendaki lainnya menggunakan jasa tour guide Ali Musthofa untuk mendaki Gunung Rinjani.

Dari informasi beredar, Ali Musthofa kerap mempromosikan jasanya dari aplikasi di luar neger. 

Pasca kejadian Juliana Marins jatuh ke jurang di Gunung Rinjani, sosok Ali Musthofa kini menjadi sorotan.

Ia dituding lalai dan meninggalkan Juliana Marins hingga insiden pendaki asal Brasil itu tewas terjatuh.

Menanggapi hal tersebut, Ali Musthofa membantahnya.

Baca juga: Berbuntut Panjang, Keluarga Minta Jasad Juliana Marins Diotopsi, Ingin Pastikan Penyebab Tewas

Ali Musthofa mengaku menyarankan Juliana untuk beristirahat sementara ia terus berjalan. 

Dirinya dan Juliana sepakat menunggu sedikit lebih jauh di depan pendakian 

Ali Mustofha mengaku hanya unggul "tiga menit" dari Juliana dan kembali mencarinya saat merasa heran mengapa pendaki asal Brasil itu lama sekali tiba di titik pertemuan. 

"Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak dapat menemukannya. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan menunggunya di depan. Saya menyuruhnya untuk beristirahat," terangnya. 

"Saya menyadari (dia telah jatuh) ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta bantuan. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan membantunya,"ujar Ali Musthofa. 

Keluarga Minta Otopsi

Minta Jasad Juliana Diotopsi

Berbuntut panjang. Pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang tewas terjatuh ke jurang Gunung Rinjani meminta anak gadisnya itu diotopsi.

Pihak keluarga ingin memastikan penyebab Juliana Tewas. Meskipun dalam pemberitaan dan informasi yang disampaikan Juliana tewas karena terjatuh.

Namun, proses pemulang jenazah Julina belum juga dilakukan. Pihak keluarga ingin mengetahui detil penyebab anaknya itu tewas.

Tentu saja itu akan menyita perhatian publik. Terkait bagaimana Juliana yang meninggal dunia karena saat ditemukan pakai drone masih terlihat hidup.

Ya, pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins, meminta agar dilakukan autopsi guna mengetahui secara pasti penyebab kematian Marins setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

Permintaan ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri.

“Pihak keluarga ingin mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana proses kematian korban terjadi,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025).

Menurut Indah, hasil autopsi tersebut akan menjadi dokumen penting bagi keluarga di Brasil, terutama untuk keperluan administratif pemakaman.

Namun, rencana awal untuk melakukan autopsi di Mataram terpaksa dibatalkan karena dokter forensik yang memiliki kualifikasi untuk itu sedang berada di luar daerah.

“Dokternya hanya satu di NTB dan saat ini sedang berada di Semarang. Karena itu, kami mencari alternatif terdekat dan akhirnya berkoordinasi dengan pihak di Bali,” jelasnya.

Jenazah Juliana pun dijadwalkan diberangkatkan ke Denpasar menggunakan ambulans setelah seluruh proses administrasi selesai dipenuhi oleh pihak rumah sakit.

“Setelah semua berkas selesai, ambulans dari RS Bhayangkara akan membawa jenazah ke Bali,” imbuh Indah.

Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya penanganan jenazah selama berada di wilayah NTB.

Pemerintah juga telah menjalin koordinasi intensif dengan Kedutaan Besar Brasil guna memastikan proses berjalan lancar dan sesuai dengan keinginan pihak keluarga.

“Kami menyampaikan duka cita yang mendalam. Korban datang sebagai wisatawan, dan kedukaannya menjadi milik kita semua, masyarakat NTB,” kata Indah.

Juliana Marins dilaporkan terjatuh saat melakukan pendakian di lereng Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).

Tim SAR gabungan baru menemukan jenazahnya tiga hari kemudian, Selasa (24/6/2025), pada kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir pelacakan (Lost Known Position/LKP).

Evakuasi sempat direncanakan menggunakan helikopter, namun dibatalkan karena cuaca buruk.

Jenazah kemudian ditandu secara manual dari Pelawangan menuju kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), yang berada dekat pintu masuk jalur pendakian

Tentu saja kasus ini jadi pelajaran bagi kita semua. Selalulah berhati-hati dalam usaha mendaki gunung.(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved