Berita Nasional

Dihujat Netizen, Ahmad Sahroni Beri Klarifikasi Soal Pernyataan Orang Tolol se-Dunia

Anggota DPR RI Ahmad Sahroni tampaknya gerah diserang netizen karena pernyataannya terkait 'Orang Tolol se-Dunia'

Editor: Muhammad Ridho
ho
Anggota DPR RI Ahmad Sahroni dari partai Nasdem 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Anggota DPR RI Ahmad Sahroni tampaknya gerah diserang netizen karena pernyataannya terkait 'Orang Tolol se-Dunia'

Kalimat tersebut dilontarkannya saat menanggapi seruan bubarkan DPR yang menggema di media sosial.

"Catat nih, orang yang cuman mental bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol se-dunia", begitulah ucapan Ahmad Sahroni saat kunjungan kerja di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025) lalu.

Kata "tolol" dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang cukup tajam secara emosional. 

Kata ini sering digunakan untuk merendahkan atau menghina orang lain.

Tentu saja ucapannya sebagai wakil rakyat dinilai tak pantas dan mengikis hati publik.

Padahal ia dipilih oleh rakyat melalui Partai NasDem dan sudah menjabat sejak periode 2014–2019, lalu kembali terpilih untuk periode 2019–2024

Ia memenangkan Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta III2 mencakup wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. 

Kini ia pun membuat klarifikasi terkait pernyataannya 'orang tolol sedunia' kepada massa yang menuntut pembubaran DPR.   

Ahmad Sahroni beralasan pernyataan tolol itu bukan untuk publik melainkan kepada para orang yang memiliki pikiran pembubaran DPR. 

Politikus Nasdem ini menuai hujatan dari warganet karena menyebut massa yang menuntut pembubaran DPR sebagai orang tolol sedunia. 

"Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada,” ujar Sahroni saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/8/2025).

"Tapi untuk spesifik yang gue sampaikan bahwa bahasa tolol itu bukan pada obyek, yang misalnya ‘itu masyarakat yang mengatakan bubar DPR adalah tolol’. Enggak ada itu bahasa gue,” imbuh dia.

Menurut dia, ucapannya dipahami keliru sehingga kemudian digoreng seolah-olah ditujukan kepada masyarakat.

Sahroni menegaskan, yang disorotinya adalah logika berpikir yang menilai DPR bisa dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan anggota.

"Iya, masalah ngomong bubarin pada pokok yang memang sebelumnya adalah ada problem tentang masalah gaji dan tunjangan. Nah, kan itu perlu dijelasin bagaimana itu tunjangan, bagaimana itu tunjangan rumah. Kan perlu penjelasan yang detail dan teknis,” tutur Sahroni.

“Maka itu enggak make sense kalau pembubaran DPR, cuma gara-gara yang tidak dapat informasi lengkap tentang tunjangan-tunjangan itu,” ujar dia.

Baca juga: Ahmad Syahroni: Orang yang Cuman Bilang Bubarin DPR Itu Adalah Orang Tolol se-Dunia

Ia juga menyinggung sejarah politik Indonesia yang kerap dijadikan rujukan dalam wacana pembubaran DPR.

Misalnya, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah berusaha membubarkan DPR tetapi gagal, sementara Presiden Soekarno berhasil mengeluarkan dekrit pembubaran DPR karena konflik dengan parlemen kala itu.

“Akhirnya diikutsertakan masalah ada Gus Dur dulu mau bubarin DPR. Toh enggak kejadian, malah almarhum Gus Dur yang diturunin. Zaman dulu Bung Karno misalnya membuat dekrit pembubaran DPR, itu terjadi karena presiden dan DPR tidak sama. Maka itulah setelah dibubarin, dibentuk kembali,” kata Sahroni.

Sahroni mengingatkan, pembubaran DPR justru berpotensi melemahkan sistem demokrasi.

Menurut dia, DPR tetap dibutuhkan sebagai pengawas pemerintah agar kekuasaan presiden tidak berjalan tanpa kendali.

“Emang setelah bubar DPR, terus siapa yang mau menjalankan pengawasan pemerintahan? Kalau pemerintah langsung, misalnya presiden punya kekuasaan penuh, itu bahkan tidak bisa terkontrol dan membahayakan malah. Maka itu ada DPR untuk membuat balancing, agar republik ini semua tertata,” ujar Sahroni.

Politikus Partai Nasdem itu juga meyakini seruan pembubaran DPR ini dimunculkan oleh pihak-pihak yang belum memahami detail dinamika kerja lembaga perwakilan rakyat.

“Teman-teman yang pengen mau mengatakan bubar itu adalah yang belum mengetahui detail terjadinya, dinamika, apa yang dia ketahui. Sayang, seribu sayang, kalau akhirnya cuma sesaat bilang bubarin DPR, bubarin DPR,” kata Sahroni.

Tuntutan bubarkan DPR

Diberitakan sebelumnya, seruan untuk membubarkan DPR ramai di media sosial menjelang aksi unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/8/2025).

Menanggapi hal itu, Sahroni sempat menyebutkan bahwa masyarakat boleh mengkritik, mencaci, bahkan mengecam DPR, tetapi jangan berlebihan.

"Kenapa? Kita ini memang orang pintar semua? Enggak. Bodoh semua kita. Tetapi ada tata cara kelola bagaimana menyampaikan kritik yang harus dievaluasi,” kata Sahroni saat kunjungan kerja di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025).

Politisi Nasdem itu menegaskan, DPR akan tetap ada sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pengawasan dan penyeimbang pemerintah.

( Tribunpekanbaru.com / Tribunjabar )

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved