Berita Regional

Terkuak Motif Dwi Hartono Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Sakit Hati Pinjaman Rp13 M Ditolak Korban

Motif motivator yang menjadi otak dari kasus pembunuhan Kacab Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37) terkuak

Editor: Theo Rizky
Dok. Subdit Jatanras Polda Metro Jaya
PEMBUNUHAN - Delapan aktor di balik penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) salah satu bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37) telah ditangkap oleh polisi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang motivator yang terkenal dan pengusaha sukses diduga menjadi otak dari kasus pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37)

DH alias Dwi Hartono, diamankan pada Sabtu (23/8/2025) bersama tiga rekannya YJ, C dan AA oleh Polda Metro Jaya di Solo, Jawa Tengah.

Dwi Hartono dikabarkan tinggal di wilayah Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Kediaman pribadi Dwi Hartono disebut berada di kawasan Kompleks Perumahan Kota Wisata tepatnya di Jalan San Fransisco, Blok Q1 No. 8 dan 9.

Motif Dwi Hartono, aktor yang menghabisi nyawa Muhammad Ilham Pradipta menjadi sorotan.

Informasi dari berbagai sumber disebutkan bahwa Dwi Hartono diduga sakit hati lantaran upayanya melakukan pinjaman atau kredit fiktif sebesar Rp13 miliar diketahui oleh Ilham Pradipta.

Ilham Pradipta pun mencoret klausul peminjaman tersebut.

Dwi Hartono  kemudian menyusun rencana untuk menghabisi nyawa mantan penyiar radio tersebut.

Sang dalang membayar jasa debt collector untuk menculik Ilham Pradipta.

PEMBUNUHAN KACAB BANK: Otak pembunuhan Ilham Pradipta, Dwi Hartono ternyata sering pamer foto bareng pejabat negara di medsos.
PEMBUNUHAN KACAB BANK: Otak pembunuhan Ilham Pradipta, Dwi Hartono ternyata sering pamer foto bareng pejabat negara di medsos. (kolase Instagram Ilham Pradipta)

Nmaun Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi menyampaikan bahwa polisi belum dapat memastikan motif pembunuhan Ilham Pradipta.

Begitu pun terkait kredit senilai Rp13 miliar yang diketahui pria yang mempunyai hobi solo touring dengan mengendarai Kawasaki Z900.

TribunMedan.com mengutip dari Kompas.com, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi, menyampaikan keprihatinannya terkait peristiwa tragis yang dialami salah satu Kepala Cabang BRI tersebut.

Hal ini ia sampaikan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, pada Kamis (21/8/2025).

"Karyawan yang meninggal itu kita sedang melakukan pendalaman, kita juga prihatin, sepertinya diculik, saya lihat di videonya itu dimasukin mobil, terus dibawa, tahu-tahu meninggal tadi pagi," ujar Hery.

Ia menambahkan, pihaknya bersama aparat kepolisian tengah mendalami lebih jauh motif di balik penculikan dan pembunuhan tersebut.

Termasuk dugaan apakah kasus ini terkait dengan urusan penagihan kredit atau faktor lainnya.

Baca juga: Habisi Nyawa Kacab Bank BUMN, 4 Penculik Minta Maaf: Ingin Perlindungan Panglima TNI-Kapolri

8 pelaku ditangkap

Subdit Resmob dan Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menangkap delapan orang yang terlibat dalam kasus ini.

Sebanyak tiga pria berinisial AT, RS, dan RAH, ditangkap di sebuah rumah berkelir merah jambu di Jalan Johar Baru III No.42, RT 05/RW 09, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025).

Di hari yang sama, pria berinisial EW ditangkap di Bandar Udara Komodo Nusa Tenggara Timur.

Mereka adalah pelaku penculikan yang membawa MIP dari area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (20/8/2025).

Sementara, polisi menangkap empat aktor intelektual dalam penculikan dan pembunuhan MIP.

Empat orang itu ditangkap Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dalam operasi terpisah.

Tiga pelaku berinisial DH, YJ, dan AA ditangkap di Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (23/8/2025) pukul 20.15 WIB.

Sementara pelaku berinisial C diringkus di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Minggu (24/8/2025) pukul 15.30 WIB.

Baca juga: Tak Ikut Membunuh, 4 Penculik Kacab Bank BUMN Ngaku Diimingi Uang, Baru Dikasih DP Rp 50 Juta

Sosok Dwi Hartono

Dari 4 otak utama penculikan dan pembunuhan itu dalangnya adalah Dwi Hartono (HA).

Dwi Hartono lahir di Lahat, Sumatera Selatan, 6 Oktober 1985. Ia sudah terjun berbisnis sejak di bangku kuliah.

Pria yang dikenal sebagai pengusaha muda Rimbo Bujang ini rupanya pernah viral beberapa tahun silam karena mampu membeli helikopter.

Sehingga tak aneh ketika wajahnya yang terekam saat ditangkap polisi langsung dikenali.

Pada tahun 2021, Dwi Hartono juga sempat menceritakan jejak karirnya yang jatuh bangun.

"Sembilan tahun yang lalu saya tak punya apa-apa. Tidak punya rumah, mobil bahkan usaha," kata Dwi Hartono Minggu (10/10/2021) lalu dikutip dari Tribun Jambi.

Dwi mengaku bahwa mengawali usaha dia mencoba peruntungan dengan membuka rental PS2 di Semarang.

Tak berhasil di sana, dia mencoba membuka usaha kuliner seperti membuka warteg hingga warung lesehan ayam penyet.

Namun pada tahun 2012, usahanya bangkrut, orang tuanya pun lepas tangan.

Tapi bagi Dwi Hartono, modal itu penting tapi harus dibarengi dengan niat yang kuat.

"Kebanyakan orang menganggap tanpa modal tidak bisa jalan, salah itu mas, modal itu nomor sekian niatnya yang paling penting" ujarnya.

Kemudian Dwi Hartono mengatakan, pernah menggarap proyek reklamasi dengan keuntungan Rp2000.

Meski keuntungan tersebut hanya dua ribu rupiah. itu dikalikan sekian banyak kubik.

"1 juta kubik kali 2, Rp 2 Miliar" kata Dwi Hartono.

Kemudian dari situ, Dwi mengaku dia baru bisa membayar utang-utangnya saat itu.

Dwi Hartono sempat heboh usai masuk ke sebuah konten Youtuber dan mengaku membeli satu unit helikopter.

Dia bahkan mengaku membangun helipad di Rimbo Bujang tepat di depan rumah orang tuanya yang memiliki lahan sekitar dua hektare.

Dwi Hartono mengaku dia sampai mengeluarkan duit hingga Rp 20 Miliar untuk membeli helikopter tersebut.

Alasan dia membangun helipad dan membeli helikopter, untuk akses cepat pulang kampung.

"Sekitar 6 tahun saya pindah ke Rimbo Bujang Jambi (dari Malang), saya cukup berkesan lah, walaupun SMP kelas 3 pindah lagi ke Jawa Ambarawa," katanya.

"Sekali lagi Rimbo Bujang adalah tempat asal kita cukup berkesan meninggalkan banyak cerita bahkan orang tua kakak kandung serta ipar masih tinggal di Rimbo Bujang. Ke depannya harapannya ketika ada helipad di sana kita akses lebih cepat," ungkap Dwi Hartono.

Gunakan Jasa Debt Collector

Para pelaku penculikan Mohamad Ilham Pradipta, baru menerima imbalan berupa uang muka (DP) dari total pembayaran yang dijanjikan puluhan juta rupiah.

Hal itu disampaikan Adrianus Agal, kuasa hukum salah satu tersangka berinisial EW alias Eras, saat mendatangi Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (25/8/2025).

"Mereka dijanjikan itu untuk mendapat berapa puluh juta sekian-sekian lah, baru dikasih DP berapa, dan memang terkonfirmasi juga di penyidik dalam proses pemeriksaan," kata Adrianus.

"Saya tidak bisa memastikan angka DP-nya berapa. Tapi angkanya tidak lebih dari Rp50 jutaan," sambungnya.

Adrianus Agal menuturkan bahwa sebagian dari uang DP tersebut sudah disita penyidik Polda Metro Jaya.

Motif ekonomi disebut menjadi latar belakang keterlibatan keempat tersangka ini. 

Mereka diduga terlibat karena tekanan ekonomi dan iming-iming bayaran.

"Kalau mereka tahu bahwa ini berujung pada pembunuhan, tentu mereka akan menolak. Kami orang Katolik, tidak mungkin menyetujui hal seperti ini," tegas Adrianus.

Adrianus juga menyampaikan permohonan maaf dan belasungkawa kepada keluarga korban, serta menyatakan dukungan terhadap proses penyidikan yang tengah dilakukan Polda Metro Jaya.

"Kami mengetuk pintu hati keluarga korban untuk memohon maaf atas peristiwa ini. Kami percaya penyidik akan segera mengungkap aktor intelektual di balik kasus ini," tambahnya.

Disuruh dan Serahkan Korban ke Pelaku Berinisal F

Adrianus Agal selaku kuasa hukum EW mengatakan, kliennya bersama tiga orang lainnya hanya berperan sebagai pelaku penjemputan paksa atas perintah seseorang berinisial F.

lalu, Eras dan para pelaku lain kemudian menyerahkan korban kepada F di kawasan Cawang, Jakarta Timur.

"Ada perintah dari oknum yang namanya F, untuk diserahkan di daerah Jakarta Timur, ada jeda waktu pada saat dijemput paksa dengan diserahkan itu, setelah diserahkan, keempat pelaku penjemputan paksa ini, mereka sudah selesai tugas dan mereka pulang," tutur Adrianus.

Adrianus menyatakan bahwa setelah korban diserahkan, keempat orang tersebut tidak lagi terlibat. 

Namun, beberapa jam kemudian, mereka kembali diminta untuk menjemput korban.

Pada saat itu, mereka mendapati bahwa korban sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

(Tribunpekanbaru.com/TribunMedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved