TRIBUNPEKANBARU.COM - Puasa sunnah di bulan Muharram tinggal dua hari lagi.
Terdapat dua puasa sunnah yakni puasa tasu'ah dan asyura.
Keduanya berturut-turut dilaksanakan tiap 9 Muharram untuk puasa tasu'ah dan tiap 10 Muharram asyura.
Baca: 1 Muharram 1440 H, Inilah Doa Awal Tahun dan Doa Akhir Tahun Baru Islam, Puasa Asyura 10 Muharram
Sebelum melaksanakan puasa Tasu'ah dan Asyura ada baiknya ketahui dulu niatnya sebelum melaksanakan.
Tapi jadwal pelaksanaan puasa sunnah Tasu'a, Asyura bahkan Ayyamul Bidh juga tak kalah penting diketahui.
Berikut ini jadwal Puasa Muharram 1440 H / 2018 yang dilansir dari www.al-habib.info :
- Rabu, 9 Muharram/ 19 September 2018: Puasa Tasu'ah,
- Kamis, 10 Muharram/ 20 September : Puasa Asyura, menghapus dosa setahun lalu
- Ahad, 13 Muharram/ 23 September : Puasa Sunnah Ayyamul Bidh hari pertama
- Senin, 14 Muharram/ 24 September : Puasa Sunnah Ayyamul Bidh hari kedua
- Selasa, 15 Muharram/ 25 September : Puasa Sunnah Ayyamul Bidh hari ketiga
Dikutip dari NU Online dalam artikel diterbitkan Kamis (28/9/2018), niat merupakan salah satu rukun puasa dan ibadah lain pada umumnya.
Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu bergantung pada niat.
Saat niat di dalam hati seseorang menyatakan maksudnya, dalam hal ini berpuasa (qashad).
Di samping qashad, seseorang juga menyebutkan hukum wajib atau sunah perihal ibadah yang akan dilakukan.
Hal ini disebut ta’arrudh.
Sedangkan hal lain yang mesti diingat saat niat adalah penyebutan nama ibadahnya (ta’yin).
Dalam konteks puasa sunah tasu‘a (9 Muharram) dan asyura (10 Muharram), ulama berbeda pendapat perihal ta‘yin.
Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat ‘puasa sunah Asyura’ saat niat di dalam batinnya.
Sedangkan sebagian ulama lain menyatakan bahwa tidak wajib ta’yin.
Hal ini dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami sebagai berikut.
وْلُهُ نَعَمْ بَحَثَ إلَخْ ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَالنِّهَايَةِ وَالْأَسْنَى فَإِنْ قِيلَ قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ هَكَذَا أَطْلَقَهُ الْأَصْحَابُ وَيَنْبَغِي اشْتِرَاطُ التَّعْيِينِ فِي الصَّوْمِ الرَّاتِبِ كَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ كَرَوَاتِبِ الصَّلَاةِ أُجِيبُ بِأَنَّ الصَّوْمَ فِي الْأَيَّامِ الْمَذْكُورَةِ مُنْصَرِفٌ إلَيْهَا بَلْ لَوْ نَوَى بِهِ غَيْرَهَا حَصَلَ أَيْضًا كَتَحِيَّةِ الْمَسْجِدِ ؛ لِأَنَّ الْمَقْصُودَ وُجُودُ صَوْمٍ فِيهَا ا هـ زَادَ شَيْخُنَا وَبِهَذَا فَارَقَتْ رَوَاتِبَ الصَّلَوَاتِ ا ه
Artinya, “Perkataan ‘Tetapi mencari…’ merupakan ungkapan yang digunakan di Mughni, Nihayah, dan Asna. Bila ditanya, Imam An-Nawawi berkata di Al-Majmu‘, ‘Ini yang disebutkan secara mutlak oleh ulama Syafi’iyyah.
Semestinya disyaratkan ta’yin (penyebutan nama puasa di niat) dalam puasa rawatib seperti puasa ‘Arafah, puasa Asyura, puasa bidh (13,14, 15 setiap bulan Hijriyah), dan puasa enam hari Syawwal seperti ta’yin dalam shalat rawatib’. Jawabnya, puasa pada hari-hari tersebut sudah diatur berdasarkan waktunya.
Tetapi kalau seseorang berniat puasa lain di waktu-waktu tersebut, maka ia telah mendapat keutamaan sunah puasa rawatib tersebut.
Hal ini serupa dengan sembahyang tahiyyatul masjid.
Karena tujuan dari perintah puasa rawatib itu adalah pelaksanaan puasanya itu sendiri terlepas apapun niat puasanya.
Guru kami menambahkan, di sinilah bedanya puasa rawatib dan sembahyang rawatib,” (Lihat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj).
Untuk memantapkan hati, ulama menganjurkan seseorang untuk melafalkan niatnya.
Berikut ini lafal niat puasa tasu‘a.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
Sedangkan lafal niat puasa sunah asyura sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa tasu’a atau asyura diperbolehkan berniat sejak ia berkehendak puasa sunah.
Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i).
Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa tasu’a atau asyura di siang hari.
Berikut ini lafalnya.
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.” Wallahu a’lam. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul 2 Hari Lagi, Ini Jadwal dan Niat Puasa Tasu’a, Asyura Serta Ayyamul Bidh Selama Muharram, http://batam.tribunnews.com/2018/09/17/2-hari-lagi-ini-jadwal-dan-niat-puasa-tasua-asyura-serta-ayyamul-bidh-selama-muharram?page=all.