TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kecintaan wanita yang satu ini terhadap hewan peliharaan patut diacungi jempol.
Violetta Hasan Noer, begitu nama lengkapnya, memiliki banyak kucing di rumah.
Selain itu ia juga memiliki dua ekor anjing. Seperti cinta ibu kepada anak-anaknya, Violetta memberi perlakuan yang sama terhadap hewan peliharaan tersebut.
Violetta selain sebagai seorang psikolog, juga seorang pemerhati hewan. Boleh dikatakan, wanita ini mendedikasikan hidupnya bagi hewan.
Ia sudah mengoleksi 158 ekor kucing di rumah. "Mereka adalah anak-anak saya," ucapnya, Kamis (14/2).
Semua kucing-kucing tersebut memiliki nama. Meski jumlahnya banyak, Violetta mengaku hafal semua nama kucing itu.
Wanita 42 tahun ini memang lahir dari keluarga pecinta hewan. Ia memilih kucing karena populasinya paling banyak di Pekanbaru.
"Anjing sebenarnya banyak juga. Tapi kucing paling banyak di Pekanbaru," jelas psikolog klinis anak ini.
Kucing miliknya, bukan dibeli untuk sekadar koleksi. Kucing-kucing itu mempunyai kisah beragam saat bertemu dengan Violetta.
Kebanyakan dipungutnya dari jalan dan lingkungan sekitar rumahnya di kawasan Jalan Harapan Raya dengan kondisi memprihatinkan.
"Kucing-kucing itu saya temukan ada yang lumpuh, mungkin karena ditabrak mobil. Ada yang sakit, terlantar di jalan. Kucing juga berhak mendapatkan kehidupan yang layak," sebut dokter psikologi anak ini.
Violetta kemudian memungut, mengadopsi, membawa berobat sampai memberi kehidupan layak bagi kucing-kucing terlantar itu.
Bahkan lebih layak dari kucing peliharaan di banyak tempat lain.
Kisah Violetta dengan kucing berawal sejak 2005 silam setelah menamatkan kuliah dan kembali ke Pekanbaru, lalu bekerja dan berpenghasilan.
Ia membentuk Violetta Rescue yang fokus penyelamatan kucing. Wanita berparas ayu ini mengadopsi kucing sampai berjumlah sekitar 20-an ekor.
Pada tahun 2006, kucingnya kian banyak. Ia akhirnya mendirikan toko kucing dengan modal sendiri.
Namun bisnisnya tidak mulus dan hanya bertahan sekitar tiga tahun. Persaingan bisnis toko kucing sangat ketat. Hingga akhirnya toko tersebut ditutup pada tahun 2009.
Kendati bisnis toko tutup, Violetta tetap hidup bersama kucingnya. Ia mengembangkan Violetta Rescue bentukannya.
Ia semakin gencar berburu kucing yang bernasib kurang beruntung, terutama di jalanan. Kucingnya terus bertambah.
"Suami saya juga sangat mendukung. Bahkan ikut rescue (penyelamatan)," kata Violetta.
Di samping menampung di rumahnya, ia juga menjalankan Trap Neuter Release (TNR). Kucing ditangkap, lalu dirawat sampai steril dan dilepas kembali.
Menurut Violetta, banyak majikan yang sengaja membuang kucing secara sengaja. Mirisnya, ia sering menemukan kucing itu di depan rumah.
"Pas pagi-pagi bangun tidur, ada kucing di depan rumah. Kayaknya sengaja dibuang," imbuhnya.
Violetta memberikan kucing secara cuma-cuma kepada calon majikan yang ingin mengadopsi. Namun ia beberapa kali dibuat kecewa.
Kucing yang kondisinya sehat, menjadi kurang terawat sejak bersama majikan barunya. Ada juga yang mengembalikannya.
Sehingga Violetta menggagas ide melegalisasi adopsi. Ia meminta bantuan temannya seorang Notaris. Adopsi diaktekan.
"Saya lebih melihat kelayakan calon pengadopsi. Disurvei dulu, diwawancara. Bagi yang berkeluarga, saya nggak ngasih," jelasnya.
Violetta ingin mencari pengadopsi yang berkomitmen. Ia harus memastikan pengadopsi mampu dan bersedia merawat kucing minimal setara dengan standar perawatannya.
Bahkan kalau bisa, di atas standarnya.
"Saya kasih obat cacing dan obat kutu sekali tiga bulan. Sakit bawa ke dokter. Setahun sekali vaksin rutin. Pakan berkualitas," ujar Violetta. (*)