TRIBUNPEKANBARU.COM - Dalam tanya jawab dengan jamaah yang diunggah di YouTube, Ustadz Abdul Somad menjelaskan panduan dalam memilih di saat Pemilu dan pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilihan presiden (pilpres).
Saat ditanya tentang memilih pemimpin, ada seorang penanya itu bertanya tentang calon yang tidak Islam, tapi tidak korupsi atau calon Islam, tapi korupsi.
Kemudian, dia bertanya, lantas, calon yang mana yang lebih baik dipilih.
Ceramah tanya jawab itu termasuk ceramah yang banyak disaksikan di media sosial di antaranya melalui Instagram dan mendapatkan banyak tanggapan.
Reaksi Ustadz Abdul Somad terhadap pertanyaan itu memang tidak seperti biasa soalnya seperti kampanye busuk yang disampaikan sejumlah kalangan.
Baca: KPU Pekanbaru Cek Proses Pencetakan Surat Suara di Bogor
Baca: Seorang Suami di Pelalawan Tewas, Diduga Dibunuh Istri, Lehernya Hampir Putus
Baca: Kini Tak Perlu Repot. Bikin SIM dan Paspor Bisa di Mal Pelayanan Publik (MPP) Pekanbaru
Pilihannya hanya calon yang korupsi dan calon yang tidak korupsi, namun calon yang korupsi hanya dituduhkan untuk pihak yang beragama tertentu.
Karena itu, Ustadz Abdul Somad memberikan jawaban yang cukup keras terkait pertanyaan tersebut.
"Pemimpin yang baik itu, tentu saja adalah orang yang bersahadat dan dia selamat dari korupsi atau rasuah," katanya menjawab pertanyaan tersebut.
Ustadz Abdul Somad menilai, penyesatan itu marak disampaikan di masa kampanye pilkada dan pemilu.
"Amanah takut kepada Allah dengan bersahadat, yang baik adalah yang bersahadat, semoga Allah memilihkan kita wakil-wakil dewan yang amanah," katanya.
Ustadz Abdul Somad juga mempunyai sejumlah sarana ceramah yang banyak disaksikan secara langsung di lokasi, live melalui Facebook dan YouTube, selain sejumlah sarana lainnya.
Dalam sejumlah kesempatan, Ustadz Abdul Somad memang sering dikait-kaitkan dengan politik, ditarik ke kiri dan ke kanan.
"Sampai sekarang, saya tidak pernah kampanye untuk caleg ini, caleg itu, atau capres ini, capres itu, saya hanya ceramah saja," katanya.
Misalnya saat dirinya tampak mendatangi KH Maimoen Zubair, yang baru saja dikaitkan dengan dukungan pada salah satu kubu, Ustadz Abdul Somad menjelaskan kalau dirinya tidak ke sana atau ke sini.
Tanya jawab itu di antaranya dapat disimak dalam video berdurasi sekitar 34 menit berikut ini.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Abdul Somad juga menjelaskan tentang bagaimana cara mendapatkan buku yang telah ditulisnya secara gratis.
Masyarakat bisa mengunduh melalui sarana yang disediakan atau bisa juga mencetaknya dan membagikannya untuk yang membutuhkan.
Cara lainnya adalah dengan membeli buku yang sudah dicetak jika memerlukannya.
Sejauh ini, Ustadz Abdul Somad tidak tertarik untuk ikut larut dalam kegiatan dukung mendukung pasangan capres.
Misalnya seperti dilakukan Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dan Yusuf Mansur yang mendukung capres petahana Joko Widodo (Jokowi).
Langkah serupa juga dilakukan di antaranya oleh Yusril Ihza Mahendra (YIM) yang sebelumnya merupakan tokoh yang kerap mengeritik Jokowi.
Ustadz Abdul Somad juga mengingatkan tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
Mungkin, dengan melakukan makar kepada Allah, orang itu diberikan kehidupan yang enak di dunia.
Namun, Allah SWT sebenarnya sedang mengulur sampai pada waktunya, orang itu mendapatkan hukuman sesuai dengan amal perbuatannya.
Ustadz Abdul Somad secara khusus memberikan panduan kepada pemilih terkait dengan adanya cara untuk mendapatkan suara dengan cara politik uang atau serangan fajar.
"Ambil uangnya, jangan coblos orangnya," katanya.
Potensi serangan fajar itu diduga akan terjadi pada tanggal 17 April 2019.
Sementara itu, seorang panutan umat dan seorang tokoh lainnya, Buya Yahya juga menyatakan keprihatinan karena banyaknya pihak hanya karena berbeda, mereka dengan sadar mencaci maki habaib dan ulama.
Situasi itu membuat Buya Yahya, yang merupakan salah satu ulama kharismatik itu mengelus dada dan menyatakan keprihatinan yang mendalam karena sebagian kalangan tidak bisa menjaga hati.