Tribun WIKI

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius

TRIBUNPEKANBARU.COM, TELUKKUANTAN - Ada masjid dan mimbar berusia 4 abad di Riau, beratap ijuk dan memiliki anak tangga yang misterius, masjid itu juga jadi sejarah perkembangan Islam di Riau daratan.

Masjid berumur 4 abad itu bernama Masjid Jamik, berada di Desa Koto Pangean, Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Bicara sejarah Islam di Kuansing, Desa Koto Pangean, Kecamatan Pangean tidak boleh dilupakan, sebab di daerah tersebut ada masjid bersejarah adalah Masjid Jamik Koto Pangean.

Baca: KPU Riau Bacakan HASIL Pleno Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu 2019 di KPU RI, PRABOWO Menang

Baca: Kapolres Pelalawan Riau Turunkan SATGAS PANGAN ke Pasar Setiap Hari Kontrol Harga SEMBAKO

Baca: Ustaz Abdul Somad Jelaskan Hukum Memperingati Nuzulul Quran Setiap 17 Ramadhan, Ini Dalilnya

Disebut bersejarah, usia masjid tersebut sudah berabad.

Selain itu, dulunya, masjid tersebut menjadi pusat syiar Islam di daerah Pengean dan sekitarnya.

Jamiun, garin Masjid Jamik saat ini mengatakan masjid yang ada saat ini memang bukanlah masjid yang berdiri sejak awal.

Sebab sudah mengalami proses pembangunan sebanyak dua kali dari masjid awal.

"Tapi kalau mimbar masjid masih sejak awal itu. Umur mimbar itu saya kurang tau pasti, tapi sudah ratusan tahun," kata Jamiun, Senin (20/5/2019).

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius (Tribun Pekanbaru/Dian Maja Palti Siahaan)

Jamiun sendiri sudah berusia 81 tahun. Dalam kesehariannya sebagai Garin, ia dibantu M Subur Rasidin. 

Mimbar yang disebut berusia ratusan tahun tersebut masih difungsikan di masjid.

Saat ini warnanya lebih dominan hijau.

Mimbar tersebut terbuat dari kayu.

M Subur Rasidin menceritakan mimbar tersebut tidak dipaku maupun diikat.

Namun hanya dipahat dan bisa dilepas.

"Waktu renovasi, mimbar itu kami keluarkan dan kami lepas. Setelah itu kami pasang lagi," ujarnya.

Dikutip dari situsbudaya.id, Masjid Jamik Koto Pengaean dibangun pertama kali pada abad ke-17.

Artinya, mimbar yang saat saat ini berasal dari abad ke-17.

Dari para leluhurnya, Jamiun memastikan hanya mimbar itu saja yang merupakan peninggalan dari masjid pertama. Tidak ada yang lain.

"Pas masjid pertama kebakaran, mimbar ini yang selamat," ujarnya.

Masih dari situsbudaya.id disebutkan masjid pertama tersebut terbuat dari kayu dan beratap ijuk.

Pada 1888, masjid tersebut kebakaran. Kemudian masjid kedua dibangun.

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius (Tribun Pekanbaru/Dian Maja Palti Siahaan)

Masjid kedua ternyata lapuk dimakan usai. Namun tidak untuk mimbar tersebut.

Pembangunan masjid pun kembali dilakukan yakni pada 1932.

Nah, masjid sekarang ini merupakan masjid yang ketiga.

Masjid ketiga ini pun telah mengalami kerusakan sehingga pada 1998 Masjid Jamik Pangean yang terbuat dari kayu direnovasi menjadi bangunan bata.

Dinding masjid sudah terbuat dari beton.

Namun tiang penyangga di dalam masjid masih terbuat dari kayu.

Akses ke masjid ini sebelumnya hanya lewat tangga yang ada di pinggir jalan.

Namun sekarang sudah ada jalan lain yang biaa dilewati kendaraan roda dua dan roda empat yang bisa langsung akses ke halaman masjid.

Soal anak tangga yang sudah dikeramik saat ini, Jamiun mengungkapkan hal yang misterius.

Dikatakannya, jumlah anak tangga, bila dihitung dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, tidak akan sama.

Jumlahnya akan berbeda.

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius (Tribun Pekanbaru/Dian Maja Palti Siahaan)

" Itu enggak sama. Jumlah 50 dan 51," ucapnya.

Hingga saat ini, katanya, masjid masih memiliki daya tarik bagi masyarakat setempat.

Terbukti jemaah masih selalu ramai.

Bangunan Masjid Jamik Pangean ini bergaya arsitektur tradisional.

Terlihat dari bentuk atapnya berbentuk limasan tumpang 3.

Untuk penggambaran deskripsi bangunan masjid dibagi dalam empat bagian pendeskripsian, yaitu bagian ruang utama, mihrab, serambi, bangunan pendukung, dan bangunan penyerta.

Dikutip dari situsbudaya.id, setiap bangunan masjid ini punya makna yang merupakan cerminan dari agama Islam dan struktur adat-istiadat yang ada di Pangean.

Bangunan atapnya terdiri dari lima jenjang.

Hal ini merupakan cerminan rukun Islam.

Kemudian, jumlah pintunya ada 33 pintu yang mengelilingi masjid ini, dan ini mencerminkan 33 kali umat Islam berzikir, bertasbih dan bertahmid untuk mengingat Allah SWT.

Lalu di dalamnya terdapat tiang yang paling besar bediri di tengah atau tiang mocu.

Tiang ini bila dicoba dilingkari dengan ukuran tangan orang dewasa, setiap tangan tidak menyatu.

Maksudnya, tiang mocu adalah cerminan dari Datuak Tongah yang merupakan orang besar di dalam adat atau tempat bertanya Pangulu Nen Barompek tentang adat istiadat yang istilah adatnya adalah “talago adat”.

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius (Tribun Pekanbaru/Dian Maja Palti Siahaan)

Kemudian, tiang mocu dipagari oleh empat tiang yang ukurannya masing-masing sama, tetapi lebih kecil dari tiang mocu, merupakan cerminan adat-istiadat yang ada di Kenegerian Pangean.

Empat tiang di sekelilingnya yang sama besar, tetapi ukurannya lebih kecil dari tiang Mocu, maknanya adalah cerminan Pangulu Nen Barompek yang ada di Nagori Pangean yang terdiri dari empat Pangulu.

Masing-masing, Pangulu yang bergelar Datuak Pakomo dari Suku Camin, Datuak Topo dari Suku Melayu, Datuak Gindo Parkaso dari Suku Paliang dan Datuak Maruangso dari Suku Mandahiliang.

Empat tiang mengililingi tiang Mocu ini disanggah dengan kayu sebanyak 16 penyanggah yang satu sama lain saling menguatkan.

16 penyanggah antara tiang yang satu dangan tiang yang lainnya inilah merupakan cerminan orang adat sebagai tempat berunding panghulu di masing-masing suku, yang apabila dijumlahkan, itu jumlahnya ada 16 orang sebagai pemangku adat.

Nilai sejarah yang tinggi, kayu penopang masjid ini ternyata mulai mireng.

Penyebabnya diperkirakan pergeseran tanah.

"Taing kayu penyangganya miring. Makanya dipaksa buat pondasi beton biar jangan roboh. Sayang juga kan masjid bersejarah ini," Subur Rasidin.

Ada MASJID dan MIMBAR Berusia 4 ABAD di Riau, Beratap Ijuk dan Memiliki Anak Tangga yang Misterius. (Tribunpekanbaru.com/Palti Siahaan)

Berita Terkini