Virus Corona di Inhil

Sempat Dibatasi, Warga Sekitar Kediaman PDP Positif di Tembilahan Kembali Buka Akses Lorong

Penulis: T. Muhammad Fadhli
Editor: Sesri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masyarakat sekitar Lorong Gunung Jati, RT 01/RW 013 Jalan Gunung Daek, Tembilahan, Inhil, berjaga di gerbang masuk lorong gunung jati dengan spanduk bertuliskan lockdown.

TRIBUNPEKANBARU.COM, TEMBILAHAN – Masyarakat Lorong Gunung Jati, RT 01/RW 013 Jalan Gunung Daek, Tembilahan, akhirnya sepakat untuk membuka akses lorong dan menurunkan baleho bertuliskan “lockdown” yang terpasang di gerbang lorong tersebut.

Sejak Minggu (19/4/2020) siang, masyarakat setempat berinisiatif menutup akses jalan masuk lorong gunung jati yang merupakan lokasi rumah Pasien Dalam Pemantauan (PDP) positif corona atau covid 19 di Tembilahan berinisial A yang meninggal beberapa waktu lalu.

Pembukaan pembatasan ini dilakukan setelah Tim Gugus Tugas Covid-19 Inhil datang untuk melaksanakan negosiasi bersama RT dan masyarakat, Minggu (19/4) malam.

Pasi Ops Kodim 0314/Inhil Kapten Inf Tarmizi turun bernegoisasi bersama tim gugus tugas, Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos, Sulaiman, Camat Tembilahan Kota Ahmad Khusairi memberikan pengertian kepada masyarakat, karena belum ada intruksi pembatasan wilayah tersebut oleh gugus tugas covid 19 Inhil.

Ketua RT 01/RW 03 Jalan Gunung Daek, Tembilahan, Wahyu, mengungkapkan, pembatasan ini merupakan inisiatif dari masyarakat karena belum ada aksi nyata dari gugus tugas atau pihak terkait pasca diumumkannya hasil positif terhadap PDP berinisial A yang merupakan warga setempat.

“Tempat lain masih kampanye cuci tangan dan sebagainya. Hari ini tempat kita tidak itu lagi dan perlu perbuatan nyata karena sudah ada kasus itu, itu mungkin yang terlupa, oleh gugus tugas,” ungkap Wahyu saat dikonfirmasi Tribun Pekanbaru, Senin (20/4).

Menurut Wahyu, setelah pengumuman hasil positif terhadap A pada Jum’at (17/4/2020), belum ada tindakan dan intruksi dari gugus tugas covid 19 maupun pihak terkait kepada masyarakat sekitar yang berada satu lingkungan dengan pasien.

Apalagi lokasi kediaman pasien juga berdekatan dengan pasar pagi Tembilahan, sehingga sangat dikhawatirkan terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan.

“Pasca A dikebumikan belum ada upaya pemutusan rantai penularan, termasuk pemberian edukasi secara langsung kepada masyarakat dilingkungan setempat. Apapun yang dilakukan tim, itu yang kita minta, ada penanganan terhadap keluarga pasien, warga sekitar, terhadap pasar pagi yang berdekatan dengan kita, itu aja,” imbuhnya.

Pasca dipastikannya seorang warga setempat positif covid-19, menurutnya masyarakat menjadi resah dan saling menduga-duga karena tidak ada yang tau secara pasti.

Meskipun keluarga pasien dikabarkan telah melakukan rapid test dengan hasil non reaktif, atau negatif menurut rapid tes, Wahyu menilai hasil uji rapid test bukanlah pengujian pasti.

“Artinya sampai ada kepastian pengujian RT PCR, belum ada kepastian apakah memang benar negatif atau positif. Apalagi saat ini meski terhadap keluarga korban dilakukan isolasi rumah, informasi yang saya dapat, diam-diam ada diantara mereka yang masih keluar. Kami tidak bisa megawasi 24 jam penuh,” jelas Wahyu lagi.

Keresahan masyarakat ini, dikatakan Wahyu, membuat masyarakat setuju melakukan pembatasan atau menutup jalan masuk lorong agar ada pengawasan sembari menunggu penaganan dan intruksi teknis dari gugus tugas covid 19 Inhil.

“Kita hanya ingin membantu tim covid 19. Lorong ini kan akses ke pasar pagi, kalau tidak kita tutup orang bolak balek lewat situ, sementara keluarga pasien positif menjalani isolasi mandiri di sini. Karena belum ada arahan, kita mengambil kesimpulan sendiri menutup agar aman demi keselamatan warga,” ucap Wahyu.

Meskipun saat ini blokade sudah buka, Wahyu bersama masyarakat akan terus memantau aktifitas di wilayah tersebut sembari menunggu intruksi penanganan terhadap wilayah yang terjadi kasus covid 19.

“Kita serahkan kepada tim gugus tugas bagaimana, tapi kita masyarakat tetap berpartisipasi menjaga keamanan dan wilayah,” tuturnya.

Sementara itu, diungkapkan Wahyu, selama keluarga PDP positif berinisial A menjalani isolasi mandiri, bantuan sembako terus disalurkan dari berbagai pihak.

“Kita bersama – sama melawan virus ini, bantuan yang ada kita salurkan kepada keluarga yang terdampak,” pungkasnya.

Terpisah, Afdilah Ketua RW setempat memastikan korban tidak memiliki riwayat perjalanan sebelum dipastikan terpapar covid-19, mengingat rute perjalanan sehari-harinya hanya ke surau setempat, pasar, dan rumah tempat tinggalnya.

“Ada banyak informasi terkait riwayat perjalanan pasien. Ada yang menyebut kontak dengan warga yang baru pulang dari Malaysia. Artinya kalau memang itu sebabnya, wah, saya tak mau berandai-andai,” ungkapnya.

Terpisah, juru bicara gugus tugas covid-19 Kabupaten Inhil, Trio Beni Putra membenarkan jika seluruh keluarga PDP tersebut sudah menjalani rapid test dari tim gugus tugas.

“Hasilnya negatif menurut rapid test. Pengujian rapid test bukan menunjukkan seseorang pasti atau tidaknya terjangkiti covid-19, tetapi rapid test dilakukan sebagai screening awal,” imbuhnya.

Menurutnya, informasi awal yang didapat, tidak ada satupun dari keluarga korban terdampak, tapi untuk pastinya memang harus dilakukan melalui pengujian swab tenggorokan menggunakan RT PCR.

“Sesuai protokol covid, sepanjang keluarga korban masih mengisolasi diri, tidak akan ada penjangkitan dalam jarak lebih dari 2 meter,” katanya.

Trio juga akan berkoordinasi dengan Tim untuk menyikapi informasi adanya anggota keluarga korban yang tidak menaati aturan isolasi.

“Termasuk untuk melakukan tindakan antisipasi dilokasi pasar terdekat untuk meminimalisir dampak penyebaran,” imbuhnya.

Trio juga meminta agar masyarakat tidak mengucilkan keluarga korban karena terkena covid-19 bukanlah kemauan mereka.

“Kita juga dipastikannya memfasilitasi kebutuhan pokok keluarga korban selama menjalani isolasi mandiri dirumah,” pungkasnya.

(Tribunpekanbaru.com/T. Muhammad Fadhli).

Berita Terkini