Berita Riau

Hasil Lelang Capai Rp 6.815 per Kilogram, Harga Karet di Kuansing Riau Terus Merangkak Naik

Penulis: Dian Maja Palti Siahaan
Editor: Nurul Qomariah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi karet

TRIBUNPEKANBARU.COM, TELUK KUANTAN - Harga jual karet di Kuansing, Riau terus menunjukkan tren kenaikan. Ini terlihat dari hasil lelang sejak awal Juni 2020.

Lelang yang digelar setiap pekan menunjukkan trend naiknya harga jual tersebut.

Walau begitu, harga jualnya belum bisa kembali seperti awal Maret lalu, di mana saat itu Rp 9.000 per Kilogram.

Pada lelang Minggu malam (21/6/2020), harga lelang karet di Kuansing disepakati dengan harga Rp 6.815 per Kilogram. Perusahaan asal Sumbar yang jadi pemenang.

Sapi Milik Rois Paling Berat, Ini Tiga Ekor Sapi Kurban Presiden Jokowi yang Diajukan Pemprov Riau

Vonis 2 Tahun 8 Bulan dan Denda Rp 100 Juta Dijatuhkan untuk Tiga Kurir Perdagangan Kulit Harimau

Anda Lahir 1 Juli? Anda Beruntung Bisa Perpanjang dan Buat SIM Baru Gratis Sempena HUT Bhayangkara

"Ada lima perusahaan yang ikut lelang. Perusahaan asal Sumbat yang menang dengan harga Rp 6.815," kata ketua Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi) Sepriadi, Senin (22/6/2020).

Dalam lelang tersebut, pihaknya sendiri membuka harga sebesar Rp 6.625 per kilogram.

Harga lelang pekan lalu sendiri sebesar Rp 6.710. Artinya, ada kenaikan Rp 105.

Sejak awal Juni lalu, trend harga karet memang naik. Pada lelang pekan pertama, harga karet dibandrol Rp. 6.414 per kilogram. Pekan kedua, Rp 6.610 per kilogram.

"Harga karet dunia lagi naik tipis. Harapan kita cepatlah naik ke angka Rp 9.000," harapnya.

Sistem pelelangan ini sendiri dimulai sejak Juli tahun lalu.

Seluruh pengurus kelompok tani/Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (UPPB)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang melaksanakan pemasaran karet secara bersama bersama.

Melaksanakan pemasaran Bokar dengan sistem lelang secara bersama dan serentak dengan menetapkan satu pemenang lelang dan satu harga pada satu waktu dan satu tempat yang bersamaan.

Penetapan harga bersama dengan perwakilan perusahaan.

Harga hasil penjualan dengan sistem lelang ini lebih tinggi dari harga dari toke-toke karet lokal di Kuansing.

Walau demikian, 99 persen petani karet di Kuansing tidak mau bergabung dengan asosiasi dan mengikuti penjualan karet dengan sistem lelang.

Sejauh ini, 99 persen petani karet di Kuansing lebih memilih menjual ke toke-toke lokal hasil panen kebun karet. Sisanya, 1 persen, ikut sistem lelang yang diinisiasi Pemkab Kuansing.

( Tribunpekanbaru.com / Palti Siahaan )

Berita Terkini