TRIBUNPEKANBARU.COM - Nasib rakyat Palestina tampaknya akan semakin buruk meski pemerintahan PM Benjamin Netanyahu lengser.
Sebab, Israel saat ini memiliki kandidat kuat pengganti Netanyahu yang sikapnya ke Palestina lebih beringas ketimbang Netanyahu.
Pesaing Netanyahu itu adalah pemimpin partai Yamina, Naftali Bennett.
Naftali Bennett adalah jutawan teknologi mandiri dan mantan Menteri Pertahanan Israel.
Dilansir Tribunpekanbaru dari The Sun, Bennett pernah menjabat komandan Pasukan Khusus di IDF.
Pria berusia 49 tahun ini adalah putra dari orang tua kelahiran AS dan tinggal bersama istrinya Galit dan empat anaknya di pusat kota Raanana.
Dia memasuki politik setelah menjual perusahaan rintisan teknologinya seharga 145 juta dollar pada tahun 2005, dan tahun berikutnya menjadi kepala staf Perdana Menteri Netanyahu.
Namun saat ini keduanya merenggang, Bennet pun memilih menjadi oposisi.
Sejak saat itu ketenarannya meningkat saat ia mulai menjadi berita utama dengan serangkaian komentar kontroversial.
Pada 2013, dia mengatakan "teroris harus dibunuh, bukan dibebaskan".
Apa saja kebijakan Naftali Bennet?
Pria 49 tahun itu memimpin Partai Yamina yang menyerukan Israel untuk mencaplok sebagian Tepi Barat yang diduduki.
Pada tahun 2020, ia berusaha untuk melanjutkan pencaplokan selama bulan-bulan terakhir pemerintahan Donald Trump, tetapi ini gagal setelah Israel meresmikan hubungan dengan Uni Emirat Arab.
Jauh dari urusan Palestina, Naftali telah membangun reputasi sebagai politisi progresif.
Ini termasuk pandangannya yang relatif liberal tentang isu-isu seperti hak-hak gay dan hubungan antara agama dan negara.
Naftali Bennett, pemimpin partai nasionais, Yamina dan setuju bergabung dengan partai oposisi untuk menggulingkan pemerintahan Israel PM Benjamin Netanyahu.