TRIBUNPEKANBARU.COM - Israel menolak untuk mengakhiri perang di Palestina, usulan HAMAS tak digubris Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Benjamin Netanyahu juga menolak membebaskan tahanan dan menerima pemerintahan kelompok bersenjata di Gaza.
Benjamin Netanyahu, yang mendapat tekanan dari dalam negeri untuk memulangkan para tawanan, mengatakan bahwa menerima persyaratan Hamas berarti membiarkan kelompok bersenjata itu utuh dan tentara Israel jatuh sia-sia.
"Saya langsung menolak syarat penyerahan monster Hamas," kata Netanyahu pada hari Minggu dilansir Aljazeera.
"Jika kami menerima ini, kami tidak akan bisa menjamin keselamatan warga negara kami. Kami tidak akan bisa membawa pulang pengungsi dengan selamat dan tanggal 7 Oktober mendatang hanya tinggal menunggu waktu saja," tambah pemimpin Israel tersebut.
Netanyahu sebelumnya mengulangi penentangannya terhadap negara Palestina yang merdeka, dan bersikeras bahwa dia tidak akan berkompromi mengenai kontrol keamanan penuh Israel atas seluruh wilayah di sebelah barat Yordania.
Benjamin Netanyahu berada di bawah tekanan dari berbagai sisi, ketika keluarga para tawanan menyerukan kesepakatan untuk menjamin kembalinya orang-orang yang mereka cintai, anggota koalisi sayap kanan yang berkuasa mendorong peningkatan perang, dan meningkatnya perbedaan yang mengaburkan hubungan dengan pemerintah Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Pada Minggu malam, Forum Sandera dan Keluarga Hilang memulai protes di luar rumah pribadi pemimpin Israel di Yerusalem, berjanji untuk tidak pergi sampai ia menyetujui kesepakatan pembebasan para tawanan.
"Jika perdana menteri memutuskan untuk mengorbankan para sandera, dia harus menunjukkan kepemimpinannya dan secara jujur ​​menyatakan posisinya kepada publik Israel," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Hamas membebaskan lebih dari 100 tawanan dengan imbalan pembebasan 240 tahanan Palestina sebagai bagian dari gencatan senjata singkat yang ditengahi pada akhir November oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat.
Hamas masih menahan 136 orang, menurut pejabat Israel.
Setidaknya 25.105 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel menyatakan niatnya untuk melenyapkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan kelompok tersebut pada 7 Oktober 2023.
( Tribunpekanbaru.com )