TRIBUNPEKANBARU.COM - Kelaparan dan menjadi kurus , warga di Gaza tak lagi mengenal satu sama lain .
Perubahan fisik telah membuat kondisi warga menjadi berubah . Penderitaan akibat perang benar-benar telah mencabut kemanusiaan di Gaza .
Ya , warga di Gaza sangat butuh perhatian . Mereka adalah orang sipil yang tidak berkaitan dengan perang
Baca juga: Ungkapan Pilu Warga Gaza: Hamas Telah Mengolok-olok Kami, Penderitaan Kami dan Kehancuran Hidup Kami
Namun , objek dan penderitaan berada di posisi mereka kini dan entah sampai kapan .
Makanan semakin berkurang , bangunan rusak dan tentu saja anak-anak akan kehilangan masa tumbuh bahagia mereka .
Inilah Jalur Gaza Utara. Dimana warga kini benar-benar diselimuti kalaparan .
Bukan ingin mereka , karena itu adalah dampak dari perang yang tak berkesudahan.
Bunyi ledakan dan bau mesiu adalah hal yang awalnya menakutkan namun kini menjadi kebiasaan.
Kebiasaan yang karena keterpaksaan . tak ada tempat bersembunyi yang aman . Rumah sudah hancur berantakan dan kemanusiaan telah diabaikan.
Baca juga: Israel Serang Gaza Lagi, Kali Ini 19 Orang Warga Sipil Tewas di Kamp Pengungsi
Kini warga Palestina mengeluhkan kekurangan pangan dan harga bahan makanan yang melambung tinggi.
Abu Mustafa termasuk yang menghadapinya.
Kelaparan yang disebabkan oleh perang sejak Oktober 2023 lalu bahkan telah membuatnya kehilangan berat badan lebih dari 25 kg.
"Hanya ada tepung dan makanan kaleng, tidak ada yang lain untuk dimakan, tidak ada sayuran, tidak ada daging, dan tidak ada susu. Berat badan saya turun lebih dari 25 kilogram," kata Abu Mustafa, yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya, sebagaimana dilansir Reuters pada Rabu (26/6/2024).
Bukannya usai, penderitaan Abu justru bertambah baru-baru ini. Rumahnya dihantam oleh tank Israel pada pekan lalu.
Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar lantai atas, sehingga memaksa Abu dan keluarganya tinggal di lantai bawah.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza," katanya.
Baca juga: Asal Usul dan Arti Kata All Eyes on Rafah , Slogan yang Identik dengan Gaza dan Palestina
Ia menyebut, selain pengeboman, ada perang Israel lainnya yang terjadi di Gaza utara, yaitu kelaparan.
"Orang-orang bertemu di jalan dan banyak yang tidak bisa mengenali satu sama lain karena berat badan mereka turun drastis dan terlihat lebih tua," kata Abu Mustafa kepada Reuters melalui aplikasi chatting.
Gaza bagaimanapun masih berisiko tinggi mengalami kelaparan.
Bantuan kemanusiaan tak bisa masuk dengan lancar.
Menurut pembaruan dari Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), lebih dari 495.000 orang di seluruh Jalur Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang paling parah atau "bencana".
Angka tersebut turun dari perkiraan 1,1 juta pada pembaruan sebelumnya tiga bulan lalu, namun masih lebih dari seperlima populasi Gaza.
Perang yang Tak Pernah Usai
Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan telah menggempur beberapa daerah di Gaza pada Rabu.
Penduduk salah satunya mengabarkan pertempuran sengit terjadi di Rafah pada Selasa (25/6/2024) malam.
Warga mengatakan pertempuran meningkat di lingkungan Tel Al-Sultan di Rafah barat.
Tank-tank juga disebut telah mencoba untuk memaksa masuk utara Rafah di tengah bentrokan sengit.
Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan para pejuangnya menyerang pasukan Israel dengan roket anti-tank dan bom mortir.
Sejak awal Mei, pertempuran darat telah terfokus di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan menjadi tempat perlindungan bagi 1 juta lebih pengungsi.
Baca juga: Eks Delegasi AS Tanda Tangan di Rudal Israel yang Akan Dluncurkan ke Gaza, Tulis Habisi Mereka
Petugas medis mengatakan dua orang Palestina tewas dalam satu serangan rudal Israel di Rafah pada Rabu.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pasukannya menewaskan seorang militan Hamas yang terlibat dalam penyelundupan senjata melalui perbatasan antara Rafah dan Mesir.
Dikatakan bahwa jet-jet tempur menghantam puluhan target militan di Rafah semalam, termasuk pesawat tempur, struktur militer dan terowongan.
Sementara itu, di kota Beit Lahiya, Gaza utara, petugas medis mengatakan, serangan udara Israel menghancurkan sebuah rumah, menewaskan empat warga Palestina dan melukai beberapa orang lainnya.
Kampanye darat dan udara Israel di Gaza dipicu ketika Hamas menyerbu masuk ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 sandera, menurut penghitungan Israel.
Di sisi lain, serangan Israel telah menewaskan jauh lebih banyak orang.
Kementerian Kesehatan di Gaza terakhir menyebut, serangan Israel sudah menewaskan 37.658 orang.
Lebih dari delapan bulan setelah perang berlangsung, mediasi internasional yang didukung oleh Amerika Serikat telah gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.
Hamas mengatakan setiap kesepakatan harus mengakhiri perang dan penarikan Israel sepenuhnya dari Gaza, sementara Israel mengatakan mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas diberantas.
kalau sudah begini , apa solusinya . Sampai kapan penderitan akan menjadi bagian yang harus dicecoki bagi warga yang punya masa depan . Merwka adalah anak-anak yang butuh perhatian . (*)
( Tribunpekanbaru.com )