TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Riau terkesan menutupi data aset yang saat ini dikuasai oleh mantan pejabat.
Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah, BPKAD Riau, Tengku Rigabrimayuda sebagai pejabat yang paling paham dengan data terkait aset daerah di lingkungan Pemprov Riau tak bersedia memberikan data aset yang dikuasai mantan pejabat kepada publik.
Ia beralasan belum ada perintah dari atasan untuk mengeluarkan data tersebut.
Padahal sebelumnya, Plh Kepala BPKAD Riau Doni Akrom sudah mengarahkan bahwa data tersebut ada di Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah, BPKAD Riau.
"Datang ke ruang bisa aset saja, temui pak dodo (Tengku Rigabrimayuda)," kata Doni melalui pesan singkat Whatsapp kepada Tribun, Rabu (17/7/2024).
Baca juga: Breaking News: KPK Siap Rampas Aset Pemda Dikuasai Mantan Pejabat Pemprov Riau
Namun saat ditemui di ruang kerjanya, Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah, BPKAD Riau, Tengku Rigabrimayuda saat ditemui di ruang kerjanya tak begitu merespon permintaan data tersebut.
Kedua pejabat di BPKAD ini terkesan saling lempar bola dan mencari-cari alasan untuk menutupi data tersebut kepada publik.
Sikap kedua pejabat pengelola aset di lingkungan Pemprov Riau patut dipertanyakan di tengah sorotan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memberikan atensi agar persoalan aset yang dikuasai mantan pejabat segera diselesaikan.
KPK memberikan deadline waktu sebulan kepada Pemprov Riau untuk menuntaskan persoalan sengkarut pengelolaan aset milik pemerintah daerah yang dikuasai oleh mantan pejabat.
Jika dalam waktu satu bulan tidak tuntas, KPK akan mengambil alih penyelesaiannya. Tentu dengan pendekatan berbeda.
"Kita berikan kesempatan kepada Pemda untuk menyelesaikan masalah ini. Ada batas waktu yang sudah kita berikan," kata Sementara Ketua Satgas Koordinasi dan Supervisi Pencegahan (Korsupgah) Wilayah I KPK RI, Agus Priyanto kepada Tribun, Rabu (17/7/2024).
"Kalau tidak beres, ya kita turun akan untuk membereskannya," imbuhnya.
Agus mengatakan, pihaknya siap turun tangan menertibkan aset Pemprov yang masih dikuasai oleh mantan pejabat dan ASN yang tak menjabat lagi. Sebab ada puluhan aset yang diduga kuat masih dikuasai oleh mantan pejabat dan ASN yang seharusnya tidak lagi mendapatkan fasilitas negara tersebut.
"Kami melihat ada potensi kerugian negara dalam kasus ini, makanya kami akan turun tangan untuk menertibkannya, kalau memang Pemda tidak sanggup menuntaskannya, ini akan kita monitor," katanya.
Dalam penertiban aset ini, pihaknya akan melakukan pemetaaan terlebih dahulu. Mulai dari pemetaan jenis aset yang dikuasai oleh mantan pejabat atau oknum tertentu hingga pemetaan siapa-siapa saja oknum yang masih menguasai aset negara tersebut. Apakah masih berstatus ASN, mantan ASN atau oknum lain.
Jika oknum yang menguasai aset tersebut masih berstatus ASN atau PNS dak tidak lagi punya hak untuk mendapatkan fasilitas negara, maka pihak KPK langsung yang akan menanganinya. Namun jika oknum yang menguasai aset negara itu bukan ASN atau PNS, pihaknya akan dilimpahkan ke pihak kejaksaan dan kepolisian.
"Dalam kasus ini tidak semuanya menjadi kewenangan KPK, kalau untuk tindak pidana korupsi nanti kita yang akan menangani, tapi kalau ada tindak pidana yang lain itu nanti kami koordinasikan dengan pihak terkait, baik kepolisian maupun kejaksaan," ujarnya.
Agus menjelaskan, bagi oknum yang statusnya bukan ASN lagi, maka oknum tersebut bisa disangkakan dengan dugaan tindak pidana penggelapan atau pencurian. Sedangkan bagi oknum yang masih berstatus PNS akan disangkakan dengan dugaan tindak pidana korupsi.
"Kalau pelakunya PNS, itu korupsi, tapi kalau dilakukan oleh bukan ASN, itu bukan tindak pidana korupsi, bisa masuk ke tindak pidana penggelapan atau pencurian," sebutnya.
Terkait penyalahgunaan aset milik Pemda ini, Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau Indra SE mengungkap fakta yang mengejutkan. Berdasarkan temuannya di lapangan ternyata ada rumah dinas yang hingga saat ini masih ditempati oleh keluarga mantan pejabat.
"Iya ada, dia (pejabat) sudah pensiun, tapi rumah dinasnya diturunkan ke anaknya. Disuruh anaknya menempati rumah dinas itu," kata Indra SE tidak menyebutkan siapa pejabat yang dimaksud, ia hanya menyebut pejabat di OPD.
Indra mengaku geram mendapatkan temuan tersebut. Sebab dirinya sudah lama mengingatkan kepada OPD agar menertibkan semua aset yang digunakan oleh oknum yang tidak seharusnya mendapatkan fasilitas negara. Baik berupa kendaraan maupun rumah dinas. Namun warning tersebut oleh OPD dianggap angin lalu saja. Terbukti hingga saat ini karut marut penertiban aset yang masih dikuasai oknum pejabat belum juga tuntas.
"Sudah lama itu kami ingatkan, tolong aset-aset itu ditertibkan, tapi tak didengar, mereka abaikan saja," kata Indra.
Merasa kesal karena instruksinya sudah lama tidak didengar, Indra pun terpaksa harus menggandeng KPK untuk menertibkan aset Pemprov Riau yang masih dikuasai oleh mantan pejabat ini.
"Karena ada potensi kerugian negara di sana, saya minta OPD untuk menyelesaikanya, jadi kalau bisa dituntaskan di internal ya kita coba selesaikan, kalau tidak ya nanti KPK yang akan menyelesaikannya," ujar Indra.
Sebagai informasi, ada puluhan aset milik Pemprov Riau yang diduga dikuasai oleh oknum mantan pejabat yang tidak ada hak lagi untuk mendapatkan fasilitas negara. Aset yang masih dikuasai oleh mantan pejabat tersebut ada yang berupa rumah dinas dan kendaraan. Mirisnya, ada beberapa aset milik pemerintah daerah ini yang sudah dijual oleh oknum mantan pejabat tersebut.
( Tribunpekanbaru.com /Syaiful Misgiono)