TANGIS Akhirnya Pecah, Tak Ada Murid, SD Negeri Ini akan Ditutup Pemerintah, Bagaimana Nasib Anak

Mengajar di sekolah terpencil memberikan pengalaman yang unik bagi Iyusmidar.

Ia mencatat semangat belajar anak-anak di Desa Paya Baro yang tinggi, meski jarak tempat tinggal mereka jauh dari perkotaan.

Setiap pagi, Iyusmidar berangkat dari rumahnya pada pukul 07.00 WIB.

Baca juga: TERUNGKAP, Misteri Kenapa Ribuan Siswa di Bandung Barat Keracunan Makanan dari MBG, Ini Penyebabnya

Ia menempuh jarak sekitar 16 kilometer ke sekolah melewati jalan yang belum beraspal. 

"Perjuangan saya dan guru-guru lain, sejak pagi sudah keluar rumah, melewati hutan dengan kondisi jalan tidak bagus," tutur Iyusmidar.

"Apalagi hujan di jalan, itu kami bisa jatuh karena jalan memang tidak beraspal," ujarnya.

Kabar mengenai rencana penutupan sekolah membuat Iyusmidar terkejut.

Ia dan rekan-rekannya merasa sangat terpukul karena informasi tersebut datang tiba-tiba.

Iyusmidar tak kuasa menahan kesedihan ketika melihat siswanya menangis histeris setelah mendengar kabar sekolah mereka akan ditutup.

"Tidak hanya siswa yang menangis, kami juga sedih. Saya merasa kayak perjuangan kami ini tidak dihargai," keluhnya.

Begini Kondisi Sekolahnya

Sekolah yang berada di pedalaman Aceh Barat itu masuk dalam wacana penutupan oleh Dinas Pendidikan setempat karena jumlah siswa yang minim.

Saat ini, SDN Paya Baro memiliki 24 siswa dengan sebaran jumlah per kelas yang tidak sesuai standar minimal enam siswa seperti yang diatur dalam Permendikbud.

Iyusmidar menilai wacana tersebut aneh, sebab sejak awal, sekolah selalu memiliki murid.

Ia menambahkan, SDN Paya Baro telah beroperasi dengan baik meski dalam keterbatasan dan telah ada sejak sebelum konflik Aceh.