Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ledakan di Masjid SMAN 72

Ketika Kesepian Berujung Ledakan: Mengurai Motif Siswa Terduga Pelaku Ledakan di SMAN 72

Selain itu, tim gabungan dari Tim Penjinak Bom (Jibom) Polri serta Gegana turut menemukan dua kawah ledakan atau crater di dalam masjid.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
LEDAKAN SMAN 72 - Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri (ketiga) didampingi Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto (kedua kiri), Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Iman Imanuddin (ketiga kanan), Direressiber Polda Metro Jaya Kombes Pol Roberto Pasaribu (kedua kanan) dan Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah (kiri) memberikan keterangan saat konferensi pers penanganan kasus ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta di Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025). Polda Metro Jaya menetapkan satu tersangka yang merupakan siswa dalam insiden ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta dan Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa tersangka tidak terafiliasi dengan jaringan teror. Polisi membeberkan beberapa dorongan yang membuat terduga pelaku meledakkan masjid di SMAN 72 Kelapa Gading pada Jumat lalu. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Ringkasan Berita:
  • Perasaan itu, sambung Mayndra, membuat ABH mencari cara untuk membuat seseorang meninggal dunia. Hal itu dicari melalui internet.
  • ABH juga mengagumi enam orang yang merupakan pelaku penembakan massal dunia.
  • Beberapa material yang digunakan terduga pelaku yakni empat baterai AAA, sakelar rocker, remote, hingga potasium klorida.

 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin, memaparkan latar belakang tindakan terduga pelaku yang meledakkan masjid di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025) lalu.

Menurut Iman, aksi itu didorong oleh kondisi emosional pelaku yang merasa terasing dan kesepian, karena tidak memiliki seseorang untuk berbagi cerita atau tempat mencurahkan perasaannya.

"Terduga pelaku merasa sendiri dan merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya baik di lingkungan keluarga, lingkungan sendiri, dan lingkungan sekolah," katanya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).

Iman mengatakan untuk pendampingan proses hukum terhadap terduga pelaku, pihaknya turut menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Hal ini dilakukan lantaran terduga pelaku telah naik statusnya menjadi anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

"Dari beberapa keterangan saksi yang disampaikan, kemudian alat bukti yang diperoleh, dan hasil laboratorium dari Pusat Laboratorium Forensik Polri, terdapat dugaan perbuatan melawan hukum yang patut diduga melanggar norma hukum yang diatur dalam Pasal 80 ayat 2 juncto Pasal 76C UU Perlindungan Anak maupun Pasal 335 KUHP dan Pasal 187 KUHP serta Pasal 1 ayat-1 UU Darurat RI," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, PPID Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengatakan motif lain sehingga ABH meledakkan masjid di sekolahnya yakni karena adanya rasa dendam terhadap pihak yang menyakitinya.

Perasaan itu, sambung Mayndra, membuat ABH mencari cara untuk membuat seseorang meninggal dunia. Hal itu dicari melalui internet.

"Yang bersangkutan juga memiliki motivasi dendam terhadap perlakuan-perlakuan yang bersangkutan. Di sini, dia mencoba untuk mencari dan bahkan di situs website, bagaimana orang-orang itu meninggal dunia, kecelakaan, atau mengalami kekerasan secara keji dengan berbagai tingkatannya," jelas Mayndra.

Baca juga: Hilang Diculik, Istri Pegawai Pajak Ternyata Dibunuh Rampok, Jasad Ditemukan di Septic Tank

Baca juga: Sri Yuliana, Pelaku Penculikan Bilqis Ternyata Juga Menjual 2 Anaknya

Aksi Terinspirasi 6 Pelaku Penembakan Massal Dunia

Mayndra juga menjelaskan ABH turut mengikuti komunitas secara online yang mengagumi segala bentuk kekerasan.

Selain itu, ABH juga mengagumi enam orang yang merupakan pelaku penembakan massal dunia.

Mereka adalah pelaku penembakan massal Columbine High School di Colorado, AS tahun 1999, Dylan Klebold dan Eric Harris.

"Yang bersangkutan (Dylan dan Eric) beraliran Neo Nazi," ujar Mayndra.

Selanjutnya, ada pelaku penembakan massal di Gereja Charleston di Carolina Selatan, AS, pada tahun 2015 bernama Dylann Storm Roof.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved