Pencabulan Pelajar di Kutai Timur Kian Mengkhawatirkan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, Iman Hidayat, menjelaskan saat ini
"Berdasarkan record yang masuk ke Kejaksaan Negeri Sangatta, kasus pencabulan pelajar yang notabene anak di bawah umur mulai meningkat. Bahkan ada pula yang melibatkan pendidik dan tenaga kependikan," katanya, Rabu (25/7/2012).
Disdik
ternyata sudah mencium adanya gejala tersebut. "Dari monitoring ujian
SMP dan SMA, ada selisih antara siswa yang tercatat sebagai siswa SMP
kelas 3 dan Siswa SMA kelas 3 dengan yang ikut Ujian Nasional. Untuk SMA
ada 31 siswa dan
SMP 62 siswa yang tidak ikut UN. Totalnya 93 siswa," katanya.
Pihaknya kini sedang melakukan penelitian pada 93 siswa tersebut. "Untuk SLTA, kita sudah dapat data bahwa 19 siswa menikah dini. Namun ini menjadi tanda tanya besar, mengingat mereka menikah di tengah tahun akademik sesudah melewati semester 1 dan tercatat sebagai calon peserta UN," katanya.
Selain 19 siswa tersebut masih belum terlacak. "Masih terus diselidiki. Jadi itu sifatnya sementara. Uniknya, kejadian terbesar di justru di kawasan non perkotaan, yakni di luar kecamatan Sangatta Utara dan Selatan," katanya.
Kesimpulan sementara, hal ini dipengaruhi kemajuan ekonomi, kepemilikan peralatan teknologi informasi yang berhubungan dengan internet (yang misalnya disalahgunakan untuk melihat video porno), juga kurangnya kontrol orangtua terhadap interaksi anaknya dengan internet.
"Untuk itu perlu diperkuat pengendalian internal. Dimulai dari siswa yang dilarang membawa handphone berkamera ke sekolah, penambahan jam pelajaran agama dari 2 jam menjadi 4 jam, juga kewajiban siswa menjaga etika dan adab, termasuk cara berpakaian yang sopan," katanya.
Untuk guru, dilakukan peningkatan kegiatan pengajian agama. "Untuk Disdik, setiap Kamis sudah rutin dilaksanakan. Pola ini akan ditularkan ke UPTD Dinas Pendidikan di seluruh kecamatan. Diharapkan seluruh guru bisa mengikutinya," katanya.
Para guru juga diwajibkan berzakat 2,5% dari penghasilannya setiap bulan. Dengan penghasilan yang bersih, diharapkan mendukung pembangunan moralitas dan integritas.
Pada sisi lain, orangtua juga wajib membimbing anak-anaknya di rumah, sehingga memiliki karakter yang kuat. Hal ini karena kesuksesan pendidikan didukung oleh unsur sekolah, keluarga, dan lingkungan.