Ibunya Sakit, Ayahnya Kabur, Bocah Berusia 12 Tahun Ini Urus Sendiri Empat Adiknya
Usianya baru 12 tahun, namun Abang begitu ia dipanggil harus mengurus empat adiknya dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga.
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Sesri Engla
TRIBUNPEKANBARU.COM, SINGAPURA - Usianya baru 12 tahun, namun Abang begitu ia dipanggil harus mengurus empat adiknya dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga. Ia memasak, memakaikan baju adik-adiknya dan mengantarkan mereka berangkat ke sekolah.
Seperti yang dilansir dari AsiaOne, bagi adik-adik dan ibunya Abang adalah sosok pahlawan keluarga. Abang adalah ayah sekaligus saudara. Ibunya sakit-sakitnya, ayah biologisnya diduga kasar dan ayah tirinya pergi meninggalkan rumah.
Kisah sedih Abang dimulai dari perceraian orangtuanya. Saat itu ia masih berusia 5 tahun. Tahun 2008 ibunya kemudian menikah lagi.
Namun sejak Januari lalu, ayah tirinya tidak kembali setelah pergi dengan meninggalkan hutang kredit yang cukup besar sekutar $ 40.000 atau setara dengan 535 juta lebih.
Keluarga ini tinggal di sebuah flat di Woodlands, Singapura. Nora, ibu Abang memiliki lima anak. Tiga dari pernikahan sebelumnya dan dua dari suaminya saat ini.
Penderitaannya tidak sampai disitu saja, setelah suami kabur meninggalkan hutang, Nora juga sering sakit-sakitan. Ia menderita diabetes dan cedera bahu kronis yang membuatnya harus ke klinik hampir tiga kali dalam seminggu.
Riwayat penyakit ini kemudian membuat Nora harus kehilangan pekerjaannya sebagai petugas pelayanan di Land Transport Authority.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Abang harus memikul tanggungjawab untuk mengurus ibu dan adik-adiknya sendirian.
"Saya harus membantu mama. Dia sudah sakit, jika tidak ada yang membantunya dia akan sendiri,"ujar Abang.
Tahun ini Abang akan menamatkan sekolah Dasarnya. Setiap hari sepulang sekolah ia akan mempersiapkan makan siang untuk empat adiknya. Biasanya nasi atau mi instan goreng.
Sementara tiga adiknya yang berusia 11 tahun, 9 tahun dan tujuh tahun makan siang, Abang dengan sabar menyuapi adik bungsunya yang berusia 30 bulan.
"Saya menggunakan rice cooker untuk memasak makan siang. Tapi kini kami punya panci baru, jadi bisa lebih mudah untuk memasak untuk adik-adik,"sebutnya.
Keluarga ini baru saja menerima bantuan beberapa peralatan rumah tangga seperti slow cooker, kompor gas, lemari dapur dan juga kasur. Bantuan diberikan oleh beberapa pihak. Seperti dari North West Community Development Council and Grassroots Organisations.
Tidak hanya itu mereka juga mendapatkan bantuan keuangan dari beberapa lembaga termasuk Dewan Agama Islam Singapura dan Departemen Sosial setempat. (*)