Harga Pertalite di Riau Lebih Mahal dari Papua, Apindo Riau: Turunkan Pajaknya 5 Persen
"Harga pertalite kita di Riau ini menurut data Pertamina termahal nomor 2 secara nasional setelah Batam, karena penetapan pajak kita masih tinggi,"
Penulis: Rizky Armanda | Editor: harismanto
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru: Rizky Armanda
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Sejak premium langka di SPBU, masyarakat seperti dipaksa untuk beralih ke bahan bakar lain, yakni Pertalite.
Meski harganya mahal, tetapi inilah alternatif pilihan yang mau tak mau harus diambil.
Namun nyatanya Riau sebagai Provinsi penghasil minyak, harga bahan bakar pertalite justru lebih mahal dari provinsi tetangga.
Baca: VIDEO: Minta Penurunan Pajak Pertalite 7,5 Persen, Pemprov Pasrah pada DPRD
Bahkan lebih mahal dari Papua dan Papua Barat yang hanya Rp. 7,7 ribu per liter. Riau per Januari sudah mencapai Rp 8 ribu per liter.
Tingginya harga pertalite di Riau ini tidak terlepas dari besaran pajak yang ditetapkan Pemprov Riau yang mencapai 10 persen.
Hal ini kemudian memicu reaksi dan aksi mahasiswa memaksa pemprov untuk menurunkan harga pertalite yang tidak lepas tersebab besaran pajak.
Menyikapi hal tersebut, DPRD Riau berencana untuk meminta Pemprov Riau menurunkan pajak pertalit ke 7,5 persen.
Sehubungan hal tersebut, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau, sebenarnya sejak 2 bulan lalu sudah menyuarakan ke Pemprov Riau agar mengkaji ulang hal ini.
Ketua DPP Apindo Riau Wijatmoko Rah Trisno mengatakan besaran penurunan pajak Pertalite ini harusnya pada angka 5 persen.
Baca: Tak Terima Istri Diselingkuhi Sahabat, Awi Bunuh Pariyatin dan Kubur Jasadnya di Septic Tank
"Harga pertalite kita di Riau ini menurut data Pertamina termahal nomor 2 secara nasional setelah Batam. Hal ini dikarenakan penetapan pajak kita atas Pertalite masih tinggi. Kita minta agar turun di 5 persen. Kalau memungkinkan lebih rendah dari itu," kata Wijatmoko, Sabtu (17/3/2018).
Angka ini menurutnya juga berlaku pada Provinsi tetangga Riau. Kebijakan ini penting Wijatmoko, agar menjadi stimulus dalam kondisi ekonomi yang sulit bagi masyarakat kecil saat ini.
Terlebih bahan bakar minyak merupakan kebutuhan vital untuk pergerakan ekonomi masyarakat.