Dosen UNRI Ciptakan Prototype Alat Berupa Mobile Irfusion Bag
alat ini diciptakan untuk menjaga kelancaran aliran infus pasien, saat pasien melakukan mobilisasi atau aktivitas saat perawatan
Penulis: Nolpitos Hendri | Editor: David Tobing
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU. COM, PEKANBARU - Dalam Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Ayola First Point Panam pada Selasa (31/7/2018) siang ini, terungkap bahwa seorang dosen Universitas Riau (UNRI) berhasil menciptakan sebuah alat berupa Mobile Irfusion Bag.
FGD ini bagian dari kegiatan hibah Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) dari Direktorat Jenderal Penguatan lnovasi Kementerian Ristekdikti tahun 2018.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendiskusikan dan mendapatkan masukan dari para pakar, akademisi dan praktisi terhadap inovasi alat yang diciptakan dosen Fakultas Keperawatan UNRI, Ns Bayhakki MKep SpKMB PhD.
Baca: Realisasi KUR Nasional Sebesar Rp64 Triliun, Riau Rp1,4 Triliun Lebih, Kampar Mendominasi
Baca: Yuk Coba Video Call Whatsapp 4 Orang Sekaligus, Ikuti Cara Mudah Berikut
Dosen yang juga mantan Koordinator Prodi Ilmu Keperawatan UNRI ini berhasil menciptakan prototype alat yang dinamakan Mobile Irfusion Bag.
Menurut Bayhakki kepada Tribunpekanbaru.com, alat ini diciptakan untuk menjaga kelancaran aliran infus pasien, saat pasien melakukan mobilisasi atau aktivitas saat perawatan di rumah sakit.
"Selama ini, jika pasien yang terpasang infus turun dari tempat tidur dan bergerak ke kamar mandi untuk buang air, menggosok gigi atau melakukan aktivitas lainnya, aliran infus pasien akan macet saat pasien kembali ke tempat tidur. Dengan alat Mobile (Minion Bag) ini hal tersebut tidak akan terjadi lagi, karena alat ini akan mempertahankan kelancaran aliran infus selama pasien turun dan beraktivitas di luar tempat tidur," ungkap Bayhakki.
Menurut Bayhakki, dengan adanya alat ini diharapkan keluhan pasien terhadap nyeri berkali-kali karena pemasangan infus akibat macet akan berkurang, biaya yang dikeluarkan selama perawatan juga dapat ditekan, dan yang terpenting adalah kepuasaan pasien terhadap pelayanan kesehatan akan semakin meningkat.
Baca: Di Jalan Ini Jambret Tak Hanya Menyasar Perempuan, Laki-laki pun Jadi Target
Baca: Pengedar Narkotika Dibekuk, Polisi Amankan Belasan Pil Ekstasi Bentuk Kodok
Alat ciptaan dosen lulusan S3 di Thailand ini telah mendapatkan status granted hak paten dari Pemerintah. Berkat alat ini dosen yang pernah mendapatkan penghargaan dari Prince of Songkla University Thailand ini berhasil mendapatkan hibah program CPPBT dari Kemenristekdikti tahun 2018.
Bayhakki merupakan satu-satunya dari Universitas Riau yang menerima hibah CPPBT tahun ini. FGD ini mengundang pakar dari ITB dan juga dari UNRI, serta para praktisi perawat dari berbagai rumah sakit di Pekanbaru, dan dari akademisi yaitu perwakilan dosen.
"Adanya FGD ini diharapkan juga perawat dapat membuka wawasannya tentang inovasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pakarnya yakni, Dr Eng Sandro Mihradi, Dr Eng Lazuardi Umar MSi, dan Dr Zulharman M Med Ed yang merupakan Direktur RS Pendidikan UNRI," ujar Bayhakki.