Punya 6 Suami, Rohimah Menipu dengan Empat Nama, Begini Modusnya
Di kampung halamannya, ia dikenal dengan nama Saadah. Di sana ia pernah menjadi guru agama di SD Batujajar. Tapi cuma sebentar.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Dari sebuah desa, Rohimah datang ke ibu kota. Tepatnya setelah kawin dengan Endang, suami keenamnya, empat tahun silam. Namanya dikenal setelah ia membuat heboh pada peristiwa Bintaro, Oktober tahun lalu. Di desanya, bekas guru agama ini dikenal tak memiliki kejujuran.
Peristiwa berikut ini pernah tertuang dalam Tabloid NOVA edisi 31 Januari 1988. Peristiwa ini pernah menghebohkan pemberitaan Tanah Air.
Di kampung halamannya Desa Karang Anyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung (Jabar), orang tua dan ketiga anak kandung Rohimah dari suami kelimanya, tak tahu-menahu kalau Rohimah dipenjara.
Mereka cuma tahu Rohimah ditangkap polisi. Tapi apa sebabnya ia ditahan, keluarganya pun tak tahu-menahu.
Di desa kelahirannya di tepi Waduk Saguling itu pun nama Rohimah tak ada yang kenal. Karena ketika lahir, anak sulung dari empat bersaudara pasangan Rasidi (71) dan Marhamah (63) itu diberi nama Saadah.
"Saya tak habis mengerti, kenapa Saadah melakukan perbuatan itu," kata Saidi - panggilan sehari-hari Rasidi, bingung.
Sedangkan Cucun (14), anak sulung Rohimah, berkata, "Saya pernah ke Jakarta tahun lalu selama sebulan. Waktu itu emak dipanggil Elli oleh tetangganya di Rawa Buaya, Jakarta. Saya tak bertanya pada emak, mengapa mengganti namanya. Hanya dalam hati saja heran."
Penipu
Rohimah ternyata bukan wanita berhati jujur. Bahkan pada dirinya sendiri. Pada peristiwa tabrakan KA di Bintaro, ia mengakui mayat seorang lelaki sebagai mayat suaminya dan berhasil mengeruk Rp 42.000 (ketika itu 1$ = Rp 1.100,-) dari sumbangan para dermawan termasuk di antaranya bekas Wagub DKI Jaya, Eddy M. Nalapraya. Pada polisi ia mengaku bernama Subaikah.
Di antara rekan sekerjanya di konfeksi PT Dragon Phonix, Cengkareng, dan di daerah Rawa Buaya (Jakarta Barat) tempat tinggalnya, ia dikenal dengan nama Eli Musripah. Dari rekan sekerjanya, Nuriah (60), diperoleh keterangan bahwa ia cuma 1,5 bulan bekerja di situ dan dikenal sebagai buruh yang berani melawan mandor.
"Eli tak pernah cerita apa=apa tentang keluarga atau kesulitan ekonominya," tambah Nuriah. Sementara pemilik warung tempat langganannya makan siang dekat tempat kerjanya menyebutkan, Rohimah alias Eli meninggalkan hutang sebesar Rp 1.500.
"Eli kelihatannya pendiam. Kalau makan siang di sini biasa menghabiskan Rp 250. Bayarnya sekali seminggu kalau gajian saja," tambah si pemilik warung. Di konfeksi itu, Rohimah menerima bayaran Rp 30.000-Rp 50.000 per bulan.
Di kampung halamannya, ia dikenal dengan nama Saadah. Di sana ia pernah menjadi guru agama di SD Batujajar. Tapi cuma sebentar.
"Ia keluar setelah terbukti melakukan pemotongan uang pensiun para guru SD di tempat kerjanya," kata H. Masud, seorang kerabat Rohimah yang juga pernah menjadi teman Rohimah semasa SD.
Malu