G30S PKI
Lolos dari Pemberontak G30S/PKI, Ini Kesaksian Sukitman Polisi yang Temukan Lubang Buaya
Di balik peristiwa tersebut, ada seseorang yang menjadi saksi hidup dan mengetahui apa yang terjadi di malam itu.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Pemberontakan PKI pada 30 September 1965 atau dikenal dengan G30S/PKI menjadi salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia.
Lubang Buaya menjadi saksi bisu kekejaman para pemberontak saat menghabisi para pahlawan revolusi yang gugur.
Di Lubang Buaya itu, jasad para pahlawan revolusi dimasukan setelah sebelumnya disiksa dan dibunuh oleh PKI.
Untuk memperingati pahlawan yang gugur, dibuatlah monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta.
Di balik peristiwa tersebut, ada seseorang yang menjadi saksi hidup dan mengetahui apa yang terjadi di malam itu.
Dialah Sukitman, seorang polisi yang menjadi saksi hidup ketika para jenderal dibunuh secara sadis.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah oleh akun Subdisjianhubmas Pusjarah TNI, Sukitman menceritakan secara jelas dari awal hingga bagaimana ia melewati peristiwa mengerikan itu.
Baca: Jadwal Lengkap Timnas U-16 Indonesia di Grup C Piala Asia U-16 2018, Live Streaming MNC TV
Baca: Beruang yang Teror Warga Pelalawan Kembali Melintas, Tapi Tak Masuk Jebakan Kerangkeng
Ia menceritakan, saat itu 1 Oktober 1965, sekitar pukul 03.00 WIB, ia bersama rekannya sendang berjaga dan patroli malam.
Dengan menggunakan sepeda dan menenteng senjata, ia berpatroli di Seksi Vm Kebayoran Baru (sekarang Kores 704) yang berlokasi di Wisma AURI di Jl. Iskandarsyah, Jakarta, bersama Sutarso yang berpangkat sama, yakni Agen Polisi Dua.
"Waktu itu polisi naik sepeda. Sedangkan untuk melakukan patroli, kadang-kadang kami cukup dengan berjalan kaki saja, karena radius yang harus dikuasai adalah sekitar 200 m,” katanya dalam wawancara.
Saat itu, ia mendengar seperti suara tembakan yang cukup kencang.
Ia pun berinisiatif untuk menuju sumber suara itu.
Baca: Video Preview Drama 100 Days My Prince Episode 2, Situasi Berbeda D.O EXO dan Nam Ji Hyun
Baca: Preview Drama Korea 30 But 17,Ciuman Selamat Malam Yang Se Jong untuk Shin Hye Sun,Siap-siap Nangis
Ternyata suara itu berasal dari rumah Jenderal D.I. Panjaitan yang terletak di Jln. Sultan Hasanudin.
Di situ sudah banyak pasukan bergerombol.
Belum sempat tahu apa yang terjadi di situ, tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan tentara berseragam loreng dan berbaret merah yang berusaha mencegatnya.