Gempa di Sulteng
Ternyata Alat Pendeteksi Tsunami di Indonesia Sejak 6 Tahun Sudah Tak Berfungsi
Ternyata dari pengakuan pihak berwenang alat pendeteksi tsunami atau Buoy di daerah tersebut sudah tidak berfungsi sejak 6 tahun lalu.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Banyak pihak yang bertanya-tanya mengapa peringatan dini saat tsunami melanda Sulawesi Tengah terkesan terlambat.
Ternyata dari pengakuan pihak berwenang alat pendeteksi tsunami atau Buoy di daerah tersebut sudah tidak berfungsi sejak 6 tahun lalu.
Penyebabnya bisa karena rusak alami ataupun dirusak dengan sengaja oleh orang tidak bertanggungjawab.
Dikutip dari Tribunjakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), untuk memasang alat pendeteksi tsunami yang lebih cangggih.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bahwa alat tersebut dapat bermaanfaat untuk memprediksi tanda-tanda terjadinya tsunami.
"Jalau menurut saya, memerlukan (alat pendeteksi tsunami), sangat memerlukan. Wilayah Indonesia itu yang rawan tsunami, kejadian tsunami sering terjadi dan menimbulkan banyak korban,” ujar Sutopo, Minggu (30/9/2018).
Sutopo menjelaskan, bahwa sebelumnya buoy (alat pendeteksi tsunami yang mengapung di laut) menjadi alat yang digunakan untuk mendeteksi tsunami.
Namun, buoy tersebut sudah tidak beroperasi sejak tahun 2012. Selain itu, buoy juga kerap dirusak oleh oknum warga yang tidak bertanggung jawab saat berada di laut.
“Jadi tidak ada buoy tsunami di Indonesia. Sejak 2012 bouy sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya. Buoy tsunami yang memang diperlukan untuk memastikan bahwa tsunami ada sebagai salah satu bagian sistem peringatan dini,” ujar Sutopo.
Selain itu, Sutopo juga mengeluhkan pendanaan fasilitas untuk alat pendeteksi bencana yang setiap tahunnya mengalami penurunan.
Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan terkena bencana, seperti gempa atau tsunami.
"Dulu sempat hampir mendekati 2 triliun tahun ini hanya 700 miliar. Nah ini jadi kendala, di satu sisi ancaman bencana meningkat masyarakat yang terpapar resiko semakin meningkat kejadian bencana meningkat," ujar Sutopo.
Sementara itu dikutp dari Kompas.com, Dua hari terakhir, banyak orang mengungkapkan keheranannya soal peringatan dini dan penanganan bencana.
"Kok bisa tsunami Palu enggak tahu?" "Memang kita enggak punya peta hazard sampai enggak tahu?" Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Z Abidin mengungkapkan keruwetan masalah yang dihadapi saat gempa Donggala yang diikuti tsunami Palu.
Ia menjelaskan, BIG sebenarnya mengelola satu stasiun pasang surut di dermaga Kota Palu.