WASPADA, Berbohong Termasuk Gangguan Kepribadian, Sama Seperti Psikopat dan Narsisme
WASPADA, Berbohong Termasuk Gangguan Kepribadian, Sama Seperti Psikopat dan Narsisme
TRIBUNPEKANBARU.COM- WASPADA, Berbohong Termasuk Gangguan Kepribadian, Sama Seperti Psikopat dan Narsisme
Jangan sekali pun pernah berbohong.
Bila sekali berbohong, maka akan diikuti dengan kebohongan berikutnya.
Memang, kebohongan sudah sering ditemukan di kehidupan sosial.
Bumbu-bumbu dusta tampaknya seolah menjadi keseharian manusia.
Baca: Daftar CPNS 2018 di Web SSCN,3 Instansi di Wilayah BKN Pekanbaru Masih Sepi Peminat, Ayo Serbu
Baca: Jika Situasi Ini Terjadi, Nomor Berapa yang Pertama Anda Pilih? Beginilah Kepribadian Anda
Dalam perkembangan otak, kita memiliki 'alat' serbaguna dan kuat yang dapat kita gunakan untuk bermain dengan kenyataan serta memengaruhi hasil dari apa yang terjadi.
Dalam lingkungan sosial, kebohongan dianggap sebagai perilaku yang buruk dan tidak seharusnya kita melakukan perilaku tersebut.
Bagi beberapa orang, mereka adalah pembohong patologis, berarti mereka tidak dapat berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri sendiri dan orang lain.
Dalam sebuah buku berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, berbohong patologis adalah gangguan dalam diri seseorang serta termasuk dalam gejala gangguan kepribadian.
Sama halnya dengan psikopat dan narsisme, melansir Business Insider.
"Aku pikir itu berasal dari cacat dalam saraf neurologis dalam hal apa yang menyebabkan kita memiliki belas kasih dan empati," ujar psikiater Judith Orloff, penulis 'The Empath's Survival Guide'.
"Karena narsis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut gangguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara kita."
Baca: Lagi PDKT Sama Seseorang? Jika Gebetan Punya 3 Kepribadian, Kamu Musti Waspada!
Baca: Ternyata Penyuka Kopi Suka Terlihat Gaul, Cek Kepribadianmu Lainnya dari Minuman Kesukaan
Ketika seseorang tidak peduli dengan orang lain, kebohongan tidak menjadi masalah.
Kurangnya empati pada dasarnya berarti kurangnya hati nurani, yang merupakan konsep yang sulit untuk dipahami oleh banyak orang.
"Ketika mereka berbohong, hal itu tidak menyakiti mereka dengan cara yang sama kebohongan itu akan menyakiti kita," kata Orloff.