Jamal Khashoggi Diduga Dibunuh: Apa Sebenarnya yang Ia Lakukan sehingga Arab Saudi Geram?
Setelah menjadi asisten mantan kepala mata-mata kerajaan, Khashoggi menjadi salah satu sosok paling vokal terhadap Arab Saudi.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi yang menghilang pekan lalu setelah mengunjungi konsulit negaranya di Turki, dulunya adalah orang dalam Saudi.
Setelah menjadi asisten mantan kepala mata-mata kerajaan, Khashoggi menjadi salah satu sosok paling vokal terhadap Arab Saudi.
Khashoggi yang seorang jurnalis dan kontributor The Washington Postdikabarkan tewas.
Ia diduga tewas setelah dibunuh dengan cara yang mengerikan di konsulat Arab Saudi di Istanbul.
Seiring dengan lenyapnya Kashogi, kita pun bertanya-tanya: apa yang telah ia lakukan terhadap Arab Saudi?
Baca: 6 Fakta Jamal Khashoggi, Jurnalis Arab Saudi yang Hilang di Turki
Baca: Video Link Streaming Barcelona Vs Sevilla, Liga Spanyol La Liga, Kick Of Pukul 01.45 WIB

Khashoggi telah menjadi jurnalis sejak tahun 1980-an.
Masalah bermula ketika ia dipecat dari jabatannya sebagai editor di surat kabar Al-Watan hanya dua bulan setelah ia mendapat posisi tersebut pada 2003 lalu.
Ulama-ulama konservatif Arab Saudi ternyata banyak yang kupingnya dibikin merah oleh kritik-kritiknya yang tajam terkait konservatifme Islam di negara itu.
Khashoggi sempat kembali ke Al-Watan pada 2007 dan terus melanjutan kritiknya terhadap ulama ketika Raja Abdullah menerapkan reformasi yang hati-hati.
Baca: HASIL Liga 1 Borneo FC vs PSM Makassar: Menang, PSM Makassar Geser Persib dari Puncak Klasemen
Baca: Jadwal Lengkap Liga Inggris Pekan Kesembilan, Dimulai Pertandingan Chelsea Vs Manchester United
Baca: Jadwal & Link Streaming Kualifikasi MotoGP Jepang 2018: Menanti Kebangkitan Valentino Rossi
Tiga tahun kemudian, ia dipaksa mengundurkan diri lagi setelah serangkaian artikel yang mengritik Salafisme—gerakan Suni ultakonservatif di mana Wahabisme bermula—di Arab Saudi.
Khashoggi sempat “breal” dengan pemerintahan Arab Saudi ketika ia lebih fokus pada Musim Semi Arab yang melanda kawasan-kawasan Timur Tengah pada 2011 lalu.
Berpihak pada oposisi di Mesir dan Suriah, Khashoggi menjadi kritikus vokal atas sikap pemerintahnya sendiri dan menjadi pembela Islam moderat.
Posisi ini tentu membuatnya dianggap sebagai ancaman eksistensial oleh Arab Saudi.
“Ini adalah periode kritis dalam sejarah Arab. Saya harus mengambil posisi. Dunia Arab telah menunggu momen kebebasan ini selama seribu tahun,” ujar Khashoggi dalam sebuah tayangan televisi beberapa hari sebelum ia menghilang.
Dia juga pernah mengritik Putra Mahkota Mohammed Bin Salman seiring dengan putusnya hubungan diplomatik Arab Saudi dengan Qatar