Perubahan Iklim Picu Ledakan Populasi Tikus, Setahun Bisa Lahir 18 Ribu Tikus Baru
Tikus hanya butuh waktu sebulan setelah dilahirkan agar bisa bereproduksi. Peningkatan suhu memberikan kondisi berkembang biak paling subur bagi tikus
TRIBUNPEKANMBARU.COM - Tikus merupakan hama pengerat yang hidup di setiap negara di dunia.
Sejak zaman dulu, kehadiran tikus sudah dianggap sebagai hama.
Namun, perubahan iklim ternyata tidak hanya berdampak pada bentang alam kita.
Teetapi juga dapat menyebabkan ledakan populasi tikus.
Para ilmuwan telah memperkirakan kenaikan suhu secara global sebesar 2 derajat celcius pada akhir abad ini.
Peningkatan suhu ini rupanya memberikan kondisi berkembang biak paling subur bagi tikus.
Bobby Corrigan, seorang pakar tikus dari Cornell University, menjelaskan bahwa hewan pengerat seperti tikus memiliki masa kehamilan yang sangat cepat, yaitu 14 hari.
Baca: Tikus Lebih Lincah, Saat Bertemu Kucing Ia Buat Dirinya Sulit Terlihat, Ini Fakta Lainnya
Baca: Dikira Tikus, Sosok di Tempat Sampah di Lamongan Itu Ternyata Bayi Tampan dan Kini Jadi Rebutan
Tikus juga hanya membutuhkan waktu satu bulan setelah dilahirkan untuk bereproduksi.
Ini artinya, satu tikus hamil dapat menghasilkan 15.000 hingga 18.000 tikus baru dalam waktu kurang dari satu tahun.
Ini bukan peringatan pertama.
Para ahli, mulai dari pakar pengerat hingga ahli biologi, telah mewaspadai efek perubahan iklim terhadap lonjakan reproduksi hewan pengerat.
Pasalnya, tikus terkenal dengan kemampuannya untuk menularkan berbagai penyakit, seperti pes atau sampar, leptospirosis, diare, demam, hingga keracunan makanan.
Bahkan, kuman penyakit di kotoran tikus yang mengering mampu menyebar dan menempel pada makanan rumah.
Penyakit-penyakit di atas bisa berdampak pada kematian.
Sebagai contoh, pada tahun 2011, 13 orang warga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal akibat leptospirosis.