Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Tsunami Banten dan Lampung Selatan

Ini Penyebab Banyaknya Korban Tsunami yang Dipicu Erupsi Gunung Anak Krakatau

Tak ada yang mengira erupsi gunung anak krakatau justru memicu tsunami. Kondisi yang tidak disadari mayarakat

Editor: Budi Rahmat
Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid
Sutopo Purwo Nugroho bagikan video kondisi terkini wilayah Tanjung Lesung setelah terdampak tsunami Banten pada Sabtu (22/12/2018). 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Tidak ada yang menyangka bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau memicu terjadinya tsunami.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan,kejadian yang terjadi  Sabtu (22/12/2018) malam menyebabkan longsoran bawah laut yang memicu tsunami.

Hal ini dikarenakan letusan erupsi yang terjadi kala itu bukan yang paling besar.

Dilihat dari segi frekuensi dan tremor letusan pun tidak menunjukan tanda-tanda erupsi yang berpotensi menimbulkan tsunami.

"Kalau kita lihat letusannya juga tidak paling besar. Bulan Oktober dan November letusannya lebih besar," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).

Tidak adanya sistem peringatan dini tsunami yang dipicu longsoran bawah laut dan erupsi gunung merapi menyebabkan tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau kian sulit diprediksi.

Rumah-rumah warga dan fasilitas umum hancur pasca tsunami yang melanda pesisir Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12/2018) malam.
Rumah-rumah warga dan fasilitas umum hancur pasca tsunami yang melanda pesisir Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12/2018) malam. (BNPB)

Hal ini, menyebabkan masyarakat tidak punya kesempatan untuk evakuasi diri lantaran tak menyadari ancaman bencana yang akan terjadi.

Sutopo menerangkan, tsunami yang dibangkitkan oleh gempa bumi tektonik lebih mudah diprediksi.

Sebab, Indonesia memiliki sistem peringatan dini tsunami jenis tersebut, meskipun kini banyak yang mengalami kerusakan.

Berdasarkan sejarah catatan tsunami di Indonesia, sebanyak 90 persen tsunami dibangkitkan oleh gempa bumi. Sementara 10 persen dibangkitkan oleh longsor bawah laut dan erupsi gunung api.

Kondisi ini, kata Sutopo, menjadi tantangan bagi Indonesia untuk dapat mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang disebabkan longsoran bawah laut dan erupsi gunung api.

Apalagi, Indonesia saat ini memiliki 127 gunung api aktif. "Sebanyak 13 persen populasi gunung api aktif dunia ada di indonesia yang berpotensi juga menimbulkan tsunami," ujar Sutopo.

Akibat tsunami yang terjadi di wilayah Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018), BNPB mencatat, hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00, jumlah korban meninggal dunia meningkat menjadi 429 orang.

Jumlah itu meliputi korban di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus. Selain korban meninggal, tercatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang. BNPB juga mencatat, ada 16.802 orang yang mengungsi di sejumlah daerah.

Jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi yang masih terus dilakukan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Tidak Ada yang Mengira Erupsi Anak Krakatau Malam Itu Picu Tsunami"", 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved