Kisah Haru Darwis dan 4 Anaknya, Hidup Miskin, Memilih Tidur Untuk Mengurangi Rasa Lapar
Sebuah gubuk berdinding bambu dan triplek bekas berukuran 3x3 meter, ditempati Darwis (50) bersama empat anaknya.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebuah gubuk berdinding bambu dan triplek bekas berukuran 3x3 meter, ditempati Darwis (50) bersama empat anaknya.
Rumah beralas keramik bekas warna-warni itu, menjadi langganan banjir ketika air Kali Semajid di Kelurahan Gladak Anyar meluap.
Ketinggian air terkadang sampai merendam separuh rumah Darwis.
Darwis enggan pindah dari tempat itu. Sebab, ia mengaku tidak punya tanah untuk membangun rumah.
Tanah yang ditempati saat ini, separuhnya milik warga yang berbelas kasihan kepada nasibnya. Separuhnya lagi merupakan bantaran sungai.
Rabu (9/1/2019), saat Kompas.com mengunjungi rumahnya di RT 2 RW 6 Kelurahan Gladak Anyar, Darwis sedang tidur di atas kasur kusut tanpa ranjang.
Wajahnya pucat karena sedang tidak enak badan. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Anak bungsunya, Moh Rofi Mudarris (9) sedang tidak masuk sekolah. Ia menunggui Darwis di rumahnya.
Tiga kakaknya, Boby Wahyudi (20), Anis Romadona (17), Nabila (15) sedang bekerja serabutan. Ketiga-tiganya tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA karena persoalan biaya.
Gubuk kecil itu masih disekat menjadi dua kamar. Satu kamar ditempati Darwis dan Rofi. Satu kamar lagi ditempati Anis dan Nabila.
Sedangkan anak sulungnya, Boby memilih tidur di sofa bekas di emper rumah.
Lemari triplek bekas pemberian orang, disandarkan Darwis di emper rumah. Bagian bawahnya sudah terkikis rayap.
"Anak-anak sedang bekerja semua. Baru sore mereka pulang sambil bawa makanan," ujar Darwis sambil merapikan kancing bajunya.
Selama tidak bekerja, Darwis menggantungkan hidupnya kepada anak-anaknya.
Jika semuanya sedang tidak bekerja, semuanya pasrah kepada nasibnya masing-masing. Bahkan, anak bungsu Darwis, memilih tidur untuk mengurangi rasa lapar.