Inilah Deretan Perusahaan Eka Tjipta Widjaja di Riau, Pabrik Bubur Kertas hingga Rumah Sakit
Eka Tjipta Widjaja pendiri Sinar Mas Group memiliki sejumlah perusahaan besar di Riau. PT Indah Kiat Pulp and Paper hingga Rumah Sakit Eka Hospital
Eka Tjipta Widjaja mendirikan PT Indah Kiat Pulp and Paper hingga Rumah Sakit Eka Hospital di Riau
TRIBUNPEKANBARU.COM - Eka Tjipta Widjaja pendiri Sinar Mas Group memiliki sejumlah perusahaan besar di Riau.
Meskipun sempat bertungkus lumus dan mengawali usaha di Makassar saat dirinya masih muda, Eka Tjipta Widjaja juga menempatkan sejumlah usaha di Bumi Lancang Kuning.
Bagi warga Riau, tentu tidak asing dengan PT Indah Kiat Pulp and Paper yang merupakan bagian Sinar Mas Group.
Eka Tjipta Widjaja adalah pemilik pabrik kertas dan bubur kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper.
Pabrik kertas dan bubur kertas adalah yang terbesar di Riau dan Indonesia.
Pabrik ini berdiri di Kecamatan Perawang, Kabupaten Siak.
Selain memiliki PT Indah Kiat Pulp and Paper, Eka Tjipta juga memiliki perusahaan industri kehutanan dan perkebunan sawit di Riau.
Baca: Kisah Eka Tjipta Widjaja Pendiri Sinar Mas Group, Berikan Kepercayaan Bisnis pada Generasi 2 dan 3
Baca: Eka Tjipta Widjaja Wafat. Berkali-kali Bangkrut Hingga Akhirnya Sukses. Begini Perjalanan Bisnisnya
Baca: BREAKING NEWS : Eka Tjipta Widjaja, Pemilik Perusahaan Bubur Kertas Terbesar di Riau Wafat
Usaha ini menyebar hampir di seluruh daerah di Riau.
Tak hanya itu, Sinar Mas Grup juga memiliki rumah sakit Eka Hospital di Pekanbaru.
Rumah sakit ini, hanya ada dua Indonesia. Satu di Pekanbaru, satu lagi di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Pendiri Sinar Mas Group dan juga pemilik PT Indah Kiat Pulp and Paper, Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia pada Sabtu (26/1/2019) pukul 19.43 WIB.
Managing Director Sinar Mas Group Gandhi Sulistyanto dalam pesan singkatnya mengungkapkan jenazah Eka Tjipta disemayamkan di Rumah Duka Gatot Subroto Jakarta.
Eka Tjipta Widjaja adalah sosok pengusaha sukses.
Ia merupakan Pemilik Sinar Mas Group.
Pada tahun 2018 lalu, dinobatkan oleh Forbes sebagai orang nomor 2 terkaya di Indonesia.
Saat ini Eka diperkirkan memiliki aset senilai Rp205 triliun.
Baca: Lihat Aksi Baim Wong Jadi Orang Gila, Ditakuti Security Sama Polisi hingga Dipeluk Sopir Taksi
Baca: Facebook akan Integrasikan WhatsApp Instagram dan Messenger, Bisa Saling Kirim Pesan
Baca: TIPS - Kapan si Dia Terakhir Online WhatsApp? Lewat Cara Ini, Last Seen yang Mati Pun Bisa Ketahuan
Namun, tahukah Anda, Eka Tjipta Widjaja mencapai kesuksesan itu bukan tanpa perjuangan.
Tak banyak yang tahu masa lalu Eka yang memprihatinkan.
Eka dan ibunya pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1932 saat ia berusia 9 tahun.
Ekonomi keluarganya sangat jauh dari kata layak. Ayahnya terlibat utang pada rentenir dan tak mampu membayar bunga yang sangat tinggi.
Eka akhirnya tak bisa melanjutkan sekolah dan hanya punya ijazah SD.
Ia bertekad untuk bisa membantu ayah dan ibunya.
Eka dan ayahnya mulai berjualan permen dan biskuit keliling Makassar.
Eka berjualan dari pintu ke pintu.
Sembari menaiki sepeda, ia akan berhenti dan mengetuk pintu rumah calon pembeli tanpa kenal lelah.
Eka yang kala itu berusia 15 tahun ternyata bisa meringankan beban utang keluarganya dari hasil jualan biskuit dan permen.
Baca: Drakor Encounter Tuntas. Simak Drama Korea Terbaru Touch Your Heart, Ada Yoo In Na & Lee Dong Wook
Baca: 5 Drama Korea Rating Tinggi di Januari 2019, Ada Masih Ongoing, Ada Drakor Favorit Kamu?
Baca: Setelah Drakor Encounter, Drama Korea Whats Wrong With Secretary Kim Bakal Tayang di Trans TV
Ia menabung sebagian keuntungannya untuk tambahan modal.
Tak puas dengan berjualan keliling, Eka membeli alat membuat kembang gula di rumah dan mulai memproduksi sendiri kembang gulanya.
Pada masa penjajahan Jepang, Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat/TNI) dengan menjual kopra pada mereka.
Namun Jepang mengeluarkan kebijakan monopoli kopra dan bisnis Eka terhenti. Eka kembali bangkrut.
Punya prinsip tak mau menyerah, Eka kembali menjajal bisnis baru. Ia beralih ke usaha bahan-bahan keperluan makanan, bangunan, dan kebutuhan harian.
Tahun 1950 lagi-lagi usahanya terhenti karena dirampas saat peristiwa Permesta.
Saat usianya 37 tahun, Eka Tjipta pindah ke Surabaya dan mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.
Eka mendirikan CV. Sinar Mas dan mulai bisnis membuat bubur kertas dari sisa-sisa pengolahan karet.
Seiring perkembangan bisnisnya, Eka mendirikan PT. Tjiwi Kimia pada 1976 yang bergerak di bidang bahan kimia dan tahun 1980, Eka bisa membeli 10 ribu hektar kebun kelapa sawit di Riau.
Tahun 1982, Eka membeli Bank International Indonesia (BII) yang dan memulai bisnis propertinya dengan nama Sinar Mas Group.
Hingga kini Eka mungkin telah mengalami puluhan kali jatuh dan bangkit lagi.
Tapi hasilnya, saat ini Eka ada di posisi dua sebagai orang terkaya di Indonesia.
Sinar Mas Group saat ini punya deretan bisnis properti yang ada di berbagai penjuru Indonesia, bisnis kekuangan (finance) hingga pelebaran sayap bisnis ke sektor usaha lain seperti pengolahan kelapa sawit, usaha bidang komunikasi Smart dan beragam jenis usaha lainnya.
Eka punya prinsip hidup jujur, bertanggung jawab, baik pada keluarga, pekerjaan dan lingkungan.
Eka juga tak suka berfoya-foya dan selalu berusaha hidup hemat.
Dari perjuangan Eka Tjipta si pemilik Sinar Mas Group ini, kita bisa belajar bahwa sukses memang bukan suatu hal yang instan.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Eka Tjipta Widjaja Wafat. Berkali-kali Bangkrut Hingga Akhirnya Sukses.