Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Perayaan Imlek 2019

Tak Banyak yang Tahu, Ini Cerita Legenda Dibalik Warna Merah Perayaan Imlek

Perayaan tahun imlek selalu indetik dengan ornamen berwarna merah. Namun ternyata ada makna dan legenda dibalik warna merah perayaan Imlek

Editor: David Tobing
Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir
Warga suku Tionghoa saat melaksanakan sembahyang di Vihara Surya Dharma di Jalan Angkasa, Pekanbaru, Selasa (4/2/2019). (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir). 

TRIBUNPEKANBARU.com -- Perayaan tahun imlek selalu indetik dengan ornamen berwarna merah. 

Setiap kali mendekati perayaan Imlek sejumlah  ornamen-ornamen warna merah menghiasi berbagai tempat umum, misalnya di mal atau taman.

Warna merah biasa digunakan untuk aksesori berupa lampion hingga busana pada perayaan Imlek.

Namun ternyata ada makna dan legenda dibalik warna merah perayaan Imlek atau tahun baru china.

Dilansir readerdiggest, kepopuleran warna merah bagi etnis Tionghoa ini berawal dari sebuah legenda Tiongkok tentang Nian atau seekor binatang buas yang meneror penduduk di desa di Tahun Baru dan suka memangsa hasil perkebunan, ternak bahkan anak-anak.

Nian ini merupakan seekor banteng berkepala singa. Penduduk desa mengetahui bahwa Nian sangat takut pada api, kebisingan dan warna merah.

BACA JUGA:

Tradisi Melepas Burung Saat Perayaan Imlek di Selatpanjang, Rutinitas untuk Minta Kesejahteraan

Sejarah Tradisi Angpao Merah di Hari Raya Imlek, Tersembunyi Doa Cepat Dapat Jodoh Bagi yang Jomblo

Sejarah dan Filosofi Angpao, Jomblo Masih Bisa Terimanya Supaya Dapat Jodoh

Sejarah Tradisi Angpao Merah di Hari Raya Imlek, Tersembunyi Doa Cepat Dapat Jodoh Bagi yang Jomblo

Rayakan Imlek, Warga Tionghoa Rengat Sembayang di Vihara Paramita

Oleh karena itu, warga desa pun mampu mengalahkan makhluk ini, dan sejak saat itu pula, warga menganggap bahwa merah adalah warna keberuntungan.

Dilansir wikipedia, dalam mitologi Tionghoa, nian adalah sejenis mahluk buas yang hidup di dasar laut atau di gunung.

Pada musim semi atau sekitar tahun baru Imlek, nian keluar dari persembunyiannya untuk mengganggu manusia, terutama anak-anak. Nian tidak menyukai bunyi-bunyian ribut dan warna merah.

Oleh sebab itu dalam tradisi Imlek, warga Tionghoa mengenakan pakaian dan mendekorasi peralatan dengan warna merah.

Atraksi barongsai ditampilkan dalam rangka perayaan Imlek 2570 kali ini di Vihara Surya Dharma Jalan Angkasa, Pekanbaru, Selasa (5/2/2019). (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir)
Atraksi barongsai ditampilkan dalam rangka perayaan Imlek 2570 kali ini di Vihara Surya Dharma Jalan Angkasa, Pekanbaru, Selasa (5/2/2019). (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir) (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir)

Membakar petasan dan mementaskan tarian singa (barongsai) untuk menakut-nakuti nian. Ada juga warga yang menempelkan Duilian di kertas merah untuk mencegah Nian agar tidak kembali.

Kata tahun dalam bahasa Tionghoa juga memiliki karakter yang sama dengan nama nian. Istilah untuk menyebut hari raya Imlek, guo nian uga berarti mengusir atau melewati nian.

Nian juga dilambangkan dalam tarian barongsai.

Tarian singa atau barongsai adalah tarian yang mempertunjukkan keahlian bela diri dan akrobat, diketahui banyak orang sebagai nian untuk wilayah Tiongkok Selatan.

Di Tiongkok Utara, disebut Rui Shi dianggap anjing Fu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved