Kampar
TERUNGKAP dalam Rakerkesda Riau, Angka STUNTING di Riau Masih Tinggi, Khususnya di Kabupaten Kampar
Terungkap dalam Rapat Kerja Kesehatan Daerah atau Rakerkesda Riau, angka stunting di Riau masih tinggi khususnya di Kabupaten Kampar
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Nolpitos Hendri
TERUNGKAP dalam Rakerkesda Riau, Angka STUNTING di Riau Masih Tinggi, Khususnya di Kabupaten Kampar
TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Terungkap dalam Rapat Kerja Kesehatan Daerah atau Rakerkesda Riau, angka stunting di Riau masih tinggi khususnya di Kabupaten Kampar.
Stunting adalah sebuah kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya.
Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.
Baca: RELAWAN Prabowo-Sandi Tak Gelar Aksi Balasan, Netralisir HOAX yang Serang Capres 02 Door to Door
Baca: CALEG CANTIK Partai Gerindra di Pekanbaru Diintimidasi dan Diancam Preman, Secarik Kisah Wan Aniska
Baca: Kisah CALEG Cantik Asal Pekanbaru, Perempuan Masuki Dunia Politik, Terinspirasi Rania Al Abdullah
Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F Moeloek mengungkapkan, usia harapan di Riau sama dengan rata-rata nasional, yakni 71 tahun.
Selain itu, pihaknya juga menemukan kesamaan angka rata-rata nasional untuk angka sakit yakni 8 sampai 9 tahun,
"Artinya masyarakat kita itu 8 sampai 9 tahun hidup dalam kondisi sakit," kata Nila disela Rakerkesda Riau 2019 yang digelar di Labersa Grand Hotel dan Convention Centre Pekanbaru, Jalan Labersa, Tanah Merah, Siak Hulu, Kampar, Riau pada Senin (25/3/2019).
"Dari pemaparan kabupaten dan kota terhadap angka kematian ibu, tadi terlihat di Dumai angka kematian ibu menurun drastis," ujarnya.
Tidak hanya itu, dalam Rakerkesda Riau 2019 tersebut, diungkapkan, bahwa stunting di Riau masih tinggi dibeberapa Kabupaten Kota di Riau.
"Stunting di Riau masih tinggi, khususnya di daerah Kampar. Letak geografisnya dan akses jalan yang sulit, sehingga ini tidak hanya dari kementerian kesehatan saja, tapi harus lintas kementerian, karena akses jalan itukan kementerian PU," katanya.
Pada Rakerkesda ini Kemenkes juga mengungkapkan bahwa dari tahun 1990 hingga 2017 sebanyak 70 persen masyarakat Indonesia akan menjadi beban negara dengan penyakit tidak menular.
Baca: CALEG Cantik Partai GERINDRA di Pekanbaru, Terinspirasi Permaisuri Yordania Rania Al Abdullah
Baca: Kisah CEWEK CANTIK Asal Pekanbaru, Art Director di Kastil Creative, Ikut Pertukaran Pemuda ke Jepang
Baca: KISAH Empat Cewek Cantik KETURUNAN TIONGHOA di Pekanbaru, Torehkan Prestasi Hingga Bekerja Part Time
Apalagi ditambah dengan populasi Lansia yang semakin tinggi. Secara nasional penyakit stroke naik 93 persen dan diabetes naik 157 persen.
"Stroke nya naik 185 persen, sakit jantung 241 persen, diabetes 358 persen," ujarnya.
Menurutnya bila angka ini terus naik, tentu saja akan memberi beban pada pengeluaran pelayanan kesehatan yang juga akan ikut naik.
Dijelaskan Nila, oleh sebab itu kegiatan promotif dan preventif yang merupakan implementasi program gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) harus selalu digalakkan dan digaungkan.